Italia dan Spanyol Kirim Kapal Perang Lindungi Flotilla Gaza

- Italia kirimkan dua kapal perang untuk lindungi armada GSF
- Spanyol kirimkan satu kapal perang
- Israel tidak akan izinkan armada GSF mencapai Gaza
Jakarta, IDN Times - Italia dan Spanyol mengumumkan akan mengirimkan kapal perang untuk melindungi armada Global Sumud Flotilla (GSF) yang membawa bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Langkah ini diambil setelah armada kapal internasional tersebut diserang drone saat berlayar di lepas pantai Yunani pada Selasa (23/9/2025) malam.
Para aktivis yang ikut serta dalam pelayaran tersebut melaporkan sedikitnya 13 ledakan, sementara drone atau pesawat menjatuhkan benda tak dikenal ke sedikitnya 10 kapal. GSF mengklaim serangan itu merupakan bagian dari kampanye intimidasi Israel yang berkelanjutan.
Insiden ini menimbulkan kekhawatiran serius terhadap keselamatan lebih dari 500 peserta tak bersenjata yang berada di armada. Mereka berasal dari berbagai negara, termasuk Italia, Swedia dan Spanyol.
1. Italia kirimkan dua kapal perang untuk lindungi armada GSF
Menteri Pertahanan Italia, Guido Crosetto, pada Kamis (25/9/2025), menyatakan bahwa Italia mengirimkan dua kapal angkatan laut ke lokasi. Ia sebelumnya menyebutkan bahwa satu kapal sudah dalam perjalanan untuk kemungkinan operasi penyelamatan.
Beberapa jam kemudian, Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, menyampaikan kecaman kerasnya atas serangan drone terhadap armada GSF dan mengatakan bahwa Roma akan melakukan penyelidikannya sendiri untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab. Ia juga mengimbau kepada peserta yang berada di armada agar tidak mempertaruhkan keselamatan mereka dengan melanjutkan misi itu.
"Semua ini tidak berguna, berbahaya, dan tidak bertanggung jawab. Tidak perlu mempertaruhkan keselamatan diri dan memasuki zona perang untuk mengirimkan bantuan ke Gaza, yang sebenarnya bisa disalurkan oleh pemerintah Italia dalam hitungan jam," ujar Meloni. Ia mendesak mereka untuk menerima usulan Roma agar bantuan tersebut diserahkan ke Patriarkat Latin Yerusalem di Siprus, yang kemudian akan bertanggung jawab atas pengiriman ke Gaza.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani, juga berupaya melakukan mediasi dengan pemerintah Israel agar bantuan kemanusiaan yang diangkut oleh armada tersebut dapat memasuki Gaza, dilansir dari CNN.
2. Spanyol kirimkan satu kapal perang
Mengikuti langkah Italia, Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, mengatakan bahwa negaranya juga akan mengirimkan kapal perang pada Kamis untuk membantu armada GSF. Ia menegaskan bahwa hukum internasional harus dihormati dan warga dari 45 negara yang berpartisipasi dalam misi bantuan tersebut memiliki hak penuh untuk berlayar di Laut Mediterania tanpa diganggu.
“Besok kami akan mengirim kapal angkatan laut dari Cartagena dengan seluruh sumber daya yang diperlukan jika diperlukan untuk membantu flotilla dan melakukan operasi penyelamatan," kata Sanchez pada Rabu (24/9/2025), saat menghadiri Sidang Umum PBB (UNGA).
3. Israel tidak akan izinkan armada GSF mencapai Gaza
Dilansir dari Euro News, Israel telah berulang kali menyatakan tidak akan mengizinkan armada GSF mencapai Jalur Gaza. Mereka juga mengklaim bahwa konvoi tersebut diorganisir oleh Hamas tanpa adanya bukti
“Jika keinginan asli para peserta armada adalah untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan bukan melayani Hamas, Israel meminta kapal-kapal tersebut untuk berlabuh di Ashkelon Marina dan menurunkan bantuan di sana, yang kemudian akan dikirimkan secara terkoordinasi ke Jalur Gaza,” tulis Kementerian Luar Negeri Israel di X pada Senin (22/9/2025).
Aktivis asal Brasil yang ikut berpartisipasi dalam misi GSF, Thiago Ávila, mengatakan bahwa kelompok tersebut tidak akan meninggalkan misi mereka.
“Global Sumud Flotilla adalah misi damai, tanpa kekerasan, dan bersifat kemanusiaan, yang mematuhi hukum internasional, sebagaimana ditegaskan dalam putusan sementara ICJ (Mahkamah Internasional) bahwa tidak ada negara yang boleh menghalangi bantuan kemanusiaan yang mencoba masuk ke Gaza,” kata Ávila dalam video di Instagram.
Armada GSF merupakan armada sipil yang terdiri dari lebih dari 50 kapal kecil dari 44 negara, dengan tujuan menembus blokade Israel di Gaza. Salah satu tokoh terkenal yang berpartisipasi dalam misi ini adalah aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg.
Sejak armada bantuan tersebut berlayar dari Spanyol pada awal September, para aktivis telah melaporkan beberapa serangan terhadap konvoi tersebut, termasuk terhadap beberapa kapal di perairan Yunani pada Selasa, serta dua kapal utama di perairan Tunisia awal bulan ini. Israel sendiri telah dua kali menggagalkan upaya GSF untuk mencapai Gaza melalui laut pada Juni dan Juli.