Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jika Milenial dan Gen Z #KaburAjaDulu, Gimana Nasib Indonesia?

Ratusan mahasiswa UNM Makassar menggelar unjuk rasa menolak efisiensi anggaran pendidikan, Rabu (19/2/2025). IDN Times/Darsil Yahya
Intinya sih...
  • Ramainya #KaburAjaDulu menarik perhatian perekrut Jepang
  • Kaiji Wada, CEO KapanJepan, melihatnya sebagai peluang positif untuk mendekati kandidat yang ingin bekerja di Jepang
  • Jepang membutuhkan lebih banyak sumber daya manusia dari pasar global, termasuk Indonesia

Jakarta, IDN Times - Ramainya #KaburAjaDulu rupanya sudah menyebar sampai ke perekrut Jepang. Kaiji Wada, CEO KapanJepan, membagikan pemikirannya terkait dengan tagar ini.

"Sebagai perekrut Jepang, #KaburAjaDulu adalah angin positif karena kami dapat mendekati banyak kandidat yang ingin bekerja di Jepang," kata Kaiji dalam unggahan di LinkedIn miliknya, yang dikutip IDN Times, Kamis (20/2/2025).

Menurut dia, Jepang sebagai negara yang mengalami krisis reregenerasi, membutuhkan lebih banyak sumber daya manusia dari pasar global, termasuk Indonesia.

1. Bonus populasi Indonesia harus dikelola dengan baik

bendera Indonesia (pixabay.com/jorono)

Kaiji merasa masuk akal jika generasi muda Indonesia, yang memiliki talenta baik, akan pergi untuk mencari peluang lebih besar dalam situasi sekarang. Dia menganggap wajar jika seseorang mencari peluang yang lebih baik seperti pekerjaan, uang, kehidupan, kesejahteraan sosial, dan masa depan lebih stabil.

"Namun, jika brain drain ini terus berlanjut, seperti apa masa depan yang akan dihadapi Indonesia? Kini Gen Z sekaligus Gen Alpha menjadi bonus populasi di Indonesia dan perlu segera mengembangkan atau memelihara negara," seru Kaiji.

Dia menyatakan, untuk mendidik dan melatih mereka, generasi milenial bisa menjadi kuncinya.

"Jadi, tergantung pada generasi ini, tentang masa depan seperti apa yang akan menunggu Indonesia. Selain itu, pemerintah perlu menyadari apa yang harus diinvestasikan," ujar Kaiji.

2. Peluang bagi negara yang butuh pekerja

ilustrasi pekerja jalan kaki (pexels.com/Mathias Reding)

Meski demikian, kata Kaiji, gerakan #KaburAjaDulu merupakan peluang baginya sebagai perekrut di Jepang. Hal ini juga disampaikan oleh Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI), Abdul Kadir Karding.

Kepada awak media, Menteri Karding mengatakan, 1,3 juta tawaran pekerjaan datang ke Indonesia tahun lalu. Sayangnya, hanya 297 ribu yang terpenuhi.

Menurutnya, sah saja jika anak muda ingin bekerja di luar negeri. Sebab, selain bisa mewujudkan cita-cita, negara juga bisa mendapat untung.

Jepang, kata Karding, tahun ini saja sudah memberikan tawaran kerja untuk sekitar 100-200 ribu pekerja dari Indonesia. Berbagai sektor yang ditawarkan mulai dari kesehatan, manufaktur, pertanian, juga hospitality.

3. Harus memiliki kemampuan supaya bisa #KaburAjaDulu secara aman

ilustrasi pekerja muda (pexels.com/mikhail)

Menteri Karding mengingatkan, anak muda yang mau ikut tren itu harus memiliki kemampuan mumpuni. Mulai dari keterampilan, penguasaan bahasa, dan mental yang kuat.

Dia juga menegaskan, harus melewati jalur yang aman. Hal yang sama disampaikan pula oleh Kementerian Luar Negeri RI.

Direktur Pelindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI dan BHI) Kemlu RI, Judha Nugraha, mengatakan WNI yang ingin ikut tren #KaburAjaDulu harus berangkat secara prosedural.

"Hak semua WNI untuk bekerja di luar negeri, tapi harus melewati jalur yang aman dan baik. Karena keselamatan WNI di luar negeri merupakan prioritas kami," ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Permana
EditorSatria Permana
Follow Us