Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kelompok LGBTQ+ Korea Selatan Rayakan Kemenangan Presiden Baru

ilustrasi bendera LGBTQ. (unsplash.com/Stavrialena Gontzou)
ilustrasi bendera LGBTQ. (unsplash.com/Stavrialena Gontzou)
Intinya sih...
  • Kritik terhadap kebijakan Presiden Yoon Suk Yeol
  • Belum ada sikap resmi dari presiden terpilih soal LGBTQ+
  • Kelompok anti-LGBTQ+ juga gelar demo

Jakarta, IDN Times - Festival Budaya Queer Seoul kembali digelar di ibu kota Korea Selatan pada Sabtu (14/6/2025), tak lama setelah negara tersebut memilih presiden liberal baru. Meski berlangsung meriah, perayaan tahunan komunitas LGBTQ+ itu tetap diwarnai protes dari kelompok konservatif.

Di tengah upaya komunitas LGBTQ+ Korea Selatan memperluas penerimaan sosial, kelompok konservatif masih menentang keras pengesahan undang-undang antisdiskriminasi dan pengakuan hukum atas kemitraan sesama jenis.

1. Kritik kebijakan Presiden Yoon Suk Yeol

Presiden Korsel Yoon Suk Yeol (Wikimedia.org/Republic of Korea)
Presiden Korsel Yoon Suk Yeol (Wikimedia.org/Republic of Korea)

Pemerintah kota Seoul sempat beberapa kali menolak izin lokasi festival tahun ini sebelum akhirnya memberikan persetujuan.

“Slogan untuk Festival Budaya Queer Seoul ke-26 tahun ini adalah bahwa kami tidak pernah berhenti,” kata ketua penyelenggara Hwang Chae-yoo, dikutip dari The Straits Times.

“Selama pemerintahan sebelumnya, kebencian terhadap homoseksualitas dan LGBTQ+ sangat menguat, hingga banyak kebijakan pemerintah yang mengabaikan keberadaan kami. Karena itu, kami bertekad untuk terus berjuang demi peningkatan hak asasi manusia,” tambah dia.

2. Belum ada sikap resmi dari presiden terpilih soal LGBTQ+

bendera LGBTQ+. (unsplash.com/Anastasiia Chepinska)
bendera LGBTQ+. (unsplash.com/Anastasiia Chepinska)

Korea Selatan baru saja memilih Presiden Lee Jae-myung, tokoh liberal, dalam pemilihan cepat pada awal Juni. Ia menggantikan Presiden Yoon Suk Yeol yang sebelumnya dimakzulkan.

Meski Lee belum secara terbuka menyatakan sikapnya terkait isu LGBTQ+ selama kampanye, terpilihnya pemimpin baru ini memunculkan harapan ihwal adanya perbaikan situasi bagi komunitas LGBTQ+ di negara tersebut.

Di bawah terik matahari dengan suhu mencapai 31 derajat celsius, ribuan orang memadati lokasi festival. Para peserta membawa bendera pelangi dan memenuhi stan-stan milik organisasi LGBTQ+, perwakilan kedutaan besar, hingga klub universitas.

Pada pukul 16.30 waktu setempat, peserta festival mulai melakukan parade di jalan-jalan Seoul, menyerukan penguatan hak asasi manusia dan pengakuan martabat LGBTQ+. Penyelenggara mencatat jumlah peserta mencapai 30 ribu orang, sementara kepolisian memperkirakan sekitar 7 ribu orang hadir.

3. Kelompok anti-LGBTQ+ juga gelar demo

ilustrasi bendera LGBTQ. (unsplash.com/Stavrialena Gontzou)
ilustrasi bendera LGBTQ. (unsplash.com/Stavrialena Gontzou)

Pada saat yang sama, kelompok Kristen konservatif juga menggelar demonstrasi untuk menentang festival tersebut. Salah satu kelompok utama, Holy Breakwater of Unified Christian Rally, memulai aksinya sejak pukul 13.00 di depan Gedung Dewan Kota Seoul, sekitar 600 meter dari lokasi utama festival.

Penolakan kelompok konservatif Kristen terhadap kegiatan LGBTQ+ bukan hal baru di Korea Selatan. Sejak beberapa tahun terakhir, mereka kerap berhasil mempengaruhi keputusan pemerintah kota terkait penggunaan ruang publik.

Pada 2023, permohonan izin penggunaan Seoul Plaza untuk festival queer ditolak oleh otoritas kota, dan lokasi tersebut justru diberikan kepada sebuah acara budaya yang diselenggarakan kelompok Kristen, meskipun kedua pihak mengajukan izin di hari yang sama, dikutip dari The Korea Times.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us