Komandan Perang Rusia Akui Kewalahan Hadapi Pasukan Ukraina

Jakarta, IDN Times - Komandan perang baru pasukan Rusia di Ukraina, Sergei Surovikin, mengatakan bahwa situasi di Kherson menjadi sangat sulit. Penyebabnya adalah pasukan Ukraina yang berhasil merebut kembali wilayah selatan dan timur.
Di saat yang sama, Moskow sedang bersiap untuk mengevakuasi warga sipil di daerah yang telah mereka caplok.
"Tentara Rusia di atas segalanya akan memastikan evakuasi yang aman dari penduduk Kherson," kata Surovikin pada Rabu (19/10/2022), seraya menegaskan bahwa situasi di sana sangat sulit bagi warga sipil maupun tentara Rusia.
“Musuh tidak menyia-nyiakan kesempatannya untuk menyerang pasukan Rusia,” tambah pria yang berasal dari matra Angkatan Darat Rusia itu, dilansir Al Jazeera.
1. Rusia mulai kelimpungan di Ukraina

Sebagai informasi, pasukan Moskow di wilayah tersebut telah didorong mundur antara 20 dan 30 kilometer dalam beberapa minggu terakhir, dan berisiko terjepit di tepi barat sepanjang 2.200 kilometer.
Surovikin mengatakan, posisi Rusia di kota Kupiansk, Lyman, dan Kherson terus digempur oleh pasukan Ukraina.
“Situasi di area ‘Operasi Militer Khusus’ dapat dikatakan tegang,” kata Surovikin.
Sebagai informasi, Kherson adalah salah satu dari empat provinsi Ukraina yang telah diduduki oleh pasukan Rusia. Moskow telah menggelar referendum di kota tersebut dan mengklaim mayoritas warga mendukung untuk bersatu dengan Rusia, keputusan yang dianggap ilegal dan melanggar hukum oleh Ukraina serta komunitas internasional.
2. Pejabat Kherson ingin tidak ada warga sipil di kawasan perang

Kepala wilayah Kherson yang diangkat Kremlin, Vladimir Saldo, mengatakan bahwa pihak berwenang telah memutuskan untuk mengevakuasi warga sipil karena risiko serangan militer Ukraina.
"Pihak Ukraina sedang membangun kekuatan untuk serangan skala besar," kata Saldo dalam sebuah pernyataan video.
“Di mana militer beroperasi, tidak ada tempat bagi warga sipil. Biarkan tentara Rusia memenuhi tugasnya,” kata dia, mengindikasikan bahwa pasukan Rusia sedang bersiap untuk membalas pasukan Kiev.
Ukraina dan Rusia membantah menargetkan warga sipil, meskipun Kiev menuduh pasukan Moskow melakukan kejahatan perang.
Surovikin mengakui bahwa ada ancaman dari pasukan Ukraina yang bergerak maju menuju kota Kherson, yang sebagian besar direbut Rusia tanpa perlawanan pada hari-hari awal invasi.
3. Rusia bantah gunakan teknologi Iran di perang Ukraina

Surovikin, jenderal yang memiliki pengalaman perang di Suriah dan Chechnya, dianggap sebagai dalang serangan brutal baru-baru ini. Sebab, sebelum dia ditunjuk sebagai komandan perang, Rusia belum pernah menghujani Ukraina dengan rudal dan drone bunuh diri.
Serangan-serangan itu berlanjut hingga pekan ini, dengan pejabat Ukraina mengatakan bahwa mereka diserang oleh “drone kamikaze” Shahed-136 buatan Iran, yang terbang menyasar target dan meledak.
Kiev menuduh Teheran mendukung Moskow dengan teknologinya. Sebaliknya, Iran membantah memasok drone dan Rusia juga membantah tuduhan itu.
“Teknologi Rusia sedang digunakan,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
Kendati begitu, dua pejabat senior Iran dan dua diplomat Iran mengatakan kepada Reuters, bahwa Teheran telah berjanji untuk memberi Rusia lebih banyak drone serta rudal mereka.