Kremlin Bantah Trump dan Putin Lakukan Pembicaraan Telepon

Jakarta, IDN Times - Kremlin pada Senin (12/11/2024) membantah laporan media tentang adanya pembicaraan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Laporan sebelumnya menyebut Trump menasihati Putin untuk tidak meningkatkan perang di Ukraina.
"Ini contoh nyata buruknya kualitas informasi yang dipublikasikan media terpercaya. Berita ini sepenuhnya tidak benar dan hanya informasi palsu," ujar Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dikutip dari The Guardian.
Peskov menyatakan, belum ada rencana komunikasi antara kedua pemimpin.
1. Trump ingatkan Putin soal kekuatan militer AS
The Washington Post melaporkan bahwa pembicaraan tersebut terjadi pada Kamis lalu (7/11/2024). Trump disebut bergabung dalam panggilan dari resornya di Florida.
Lima sumber yang mengetahui masalah tersebut melaporkan, kedua pemimpin membahas perdamaian di Eropa. Trump juga mengingatkan Putin tentang kehadiran militer AS yang besar di Eropa.
Dalam pembicaraan yang dibantah tersebut, Trump menyatakan ketertarikannya untuk melakukan dialog lanjutan tentang resolusi perang Ukraina. Kedua pemimpin juga dilaporkan sempat membahas masalah wilayah yang dikuasai Rusia.
Namun, tim kampanye Trump belum mengonfirmasi adanya panggilan tersebut.
"Kami tidak berkomentar tentang panggilan pribadi antara Presiden Trump dan pemimpin dunia lainnya," ujar Direktur Komunikasi Trump, Steven Cheung.
Moskow khawatir Trump akan dibatasi oleh lembaga keamanan AS yang sangat anti-Putin. Putin sendiri mengisyaratkan kekhawatiran ini dalam pidatonya di forum Valdai. Ia mengatakan bahwa Trump mengalami banyak tekanan politik selama masa jabatan pertamanya sehingga sulit mengambil keputusan bebas.
2. Rusia diduga tidak suka pada ancaman Trump
Abbas Gallyamov menilai bahwa Kremlin tidak menyukai pernyataan tentang pasukan AS di Eropa. Gallyamov merupakan mantan penulis pidato Putin yang kini tinggal di Israel setelah dicap sebagai agen asing oleh Rusia.
"Tampaknya Trump mengancam Putin. Jika Rusia sekarang setuju dengan proposal Trump setidaknya secara parsial, akan terlihat bahwa dia melakukannya di bawah tekanan," ujar Gallyamov.
Seorang pengusaha Moskow mengatakan, Kremlin enggan mengonfirmasi panggilan tersebut. Alasannya, laporan ini mengandung ancaman implisit dari Trump terhadap Rusia yang meningkatkan situasi di Ukraina.
Peskov mengatakan bahwa Moskow terdorong oleh ajakan damai Trump dalam kampanyenya. Namun, sikap Trump yang tidak dapat diprediksi membuat Moskow ragu apakah janji tersebut akan ditepati.
3. Biden akan desak Trump untuk tetap dukung Ukraina

Trump telah berbicara dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, pada Rabu lalu. Selama kampanye kepresidenannya, Trump mengklaim bisa menyelesaikan perang di Ukraina dalam 24 jam. Namun, dia tidak menjelaskan detail rencana tersebut.
Trump secara pribadi mengisyaratkan dukungannya pada kesepakatan yang memungkinkan Rusia mempertahankan sebagian wilayah yang direbut.
Zelenskyy mengatakan bahwa dia tidak mengetahui detail rencana Trump untuk mengakhiri perang dengan cepat. Dia meyakini bahwa penyelesaian cepat akan memaksa Ukraina untuk mengorbankan banyak hal.
Presiden AS, Joe Biden, mengundang Trump ke Gedung Putih pada Rabu. Biden disebut akan melobi Trump agar tidak meninggalkan Ukraina.
"Biden akan memiliki kesempatan selama 70 hari ke depan untuk meyakinkan Kongres dan pemerintahan yang akan datang. AS tidak boleh meninggalkan Ukraina karena itu berarti lebih banyak ketidakstabilan di Eropa," ujar Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, dikutip dari Reuters.