Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Telepon Putin, Minta Rusia Tidak Eskalasi Perang Ukraina

Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump dan Presiden Rusia, Vladimir Putin. (x.com/@KremlinRussia_E)
Intinya sih...
  • Trump melakukan pembicaraan telepon dengan Putin setelah kemenangannya
  • Pembicaraan membahas eskalasi perang di Ukraina dan tujuan perdamaian di Eropa
  • Kremlin menyebut sikap Trump sulit ditebak terkait hubungan AS-Rusia

Jakarta, IDN Times - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump melakukan pembicaraan via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (7/11/2024). Ini merupakan percakapan pertama keduanya sejak Trump memenangkan pemilihan presiden AS pada Selasa (5/11).

Trump berbicara dengan Putin dari resornya di Florida. Dalam percakapan tersebut, dia menasihati Putin untuk tidak melakukan eskalasi perang di Ukraina. Trump juga mengingatkan Putin tentang kehadiran militer AS yang besar di Eropa.

Keduanya membahas tujuan perdamaian di benua Eropa. Trump kemudian menyatakan ketertarikan untuk melakukan pembicaraan lanjutan terkait resolusi perang Ukraina.

Juru bicara tim Trump, Steven Cheung, mengonfirmasi bahwa pembicaraan tersebut memang terjadi.

"Trump memenangkan pemilihan secara meyakinkan dan dunia tahu Amerika akan kembali memimpin. Para pemimpin mulai membangun hubungan lebih kuat dengan Trump karena dia mewakili perdamaian global," ujarnya dalam email, dilansir Washington Post pada Senin (11/11).

Trump juga telah berbicara dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, pada hari Rabu (6/11/2024. Menarikya, Elon Musk turut hadir dalam panggilan tersebut. Sejauh ini Trump mengklaim telah berbicara dengan sekitar 70 pemimpin dunia sejak terpilih.

1. Kremlin awalnya tidak berencana menelepon Trump

Kremlin awalnya merespon dingin kemenangan Trump. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyatakan Putin tidak berencana menelepon presiden terpilih dari negara yang tidak bersahabat. Peskov juga menyebut AS terlibat dalam perang melawan Rusia.

Namun pada Kamis, Putin secara terbuka memberi selamat kepada Trump atas kemenangannya. Peskov kemudian menyebut prospek perbaikan hubungan di bawah kepresidenan Trump menunjukkan tanda yang baik. Menurutnya, Trump selalu menekankan pentingnya negosiasi untuk mencapai perdamaian selama masa kampanyenya.

"Sikap Trump sulit ditebak. Kami tidak tahu apakah dia akan menepati janji-janjinya saat kampanye. Mari kita tunggu dan lihat," ujar Peskov.

Panggilan telepon ini dilakukan tanpa dukungan Departemen Luar Negeri AS dan penerjemah pemerintah AS. Pasalnya, tim transisi Trump belum menandatangani perjanjian dengan Badan Layanan Umum AS (GSA). Perjanjian ini merupakan prosedur standar untuk transisi kepresidenan.

2. Trump janji akhiri perang di Ukraina secepat mungkin

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy dan Mantan Presiden AS, Donald Trump. (twitter.com/@ZelenskyyUa)

Selama kampanye kepresidenan, Trump mengatakan akan mengakhiri perang di Ukraina secara cepat. Namun, ia tidak menjelaskan bagaimana dia akan melakukannya. Secara pribadi, Trump mengisyaratkan akan mendukung kesepakatan di mana Rusia mempertahankan beberapa wilayah yang direbut.

Trump juga telah mengkritik biaya perang yang dinilai membebani pembayar pajak AS. Dilansir Reuters, pemerintahan Biden telah mengalokasikan lebih dari 174 miliar dolar AS (sekitar Rp2.726 triliun) untuk Ukraina.

Bantuan ini diperkirakan akan berkurang saat Trump menjabat. Hal ini dikarenakan, Partai Republik akan mengendalikan Senat AS dengan 52 kursi.

Ketegangan antara Ukraina dan kubu Trump meningkat setelah kunjungan Zelenskyy ke pabrik amunisi di Pennsylvania pada September lalu. Kunjungan ke negara bagian penentu kemenangan ini dikritik sebagai aksi politik oleh sekutu Trump.

Ketua DPR AS, Mike Johnson, bahkan meminta Zelenskyy memecat duta besarnya untuk AS, Oksana Markarova. Saat ini Zelenskyy sedang meninjau kandidat untuk menggantikannya.

3. Biden melobi pemerintahan Trump untuk tidak tinggalkan Ukraina

Presiden AS, Joe Biden telah mengundang Trump ke Oval Office pada Rabu (13/11). Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan mengatakan, Biden akan berusaha meyakinkan Kongres dan pemerintahan baru untuk tidak meninggalkan Ukraina.

"Meninggalkan Ukraina berarti lebih banyak ketidakstabilan di Eropa," kata Sullivan kepada CBS News.

Kementerian Luar Negeri Ukraina membantah klaim bahwa Kiev telah diberitahu sebelumnya tentang panggilan Trump-Putin.

"Kami tidak pernah diberi tahu sebelumnya soal pembicaraan telepon ini. Karena itu, kami tidak bisa memberikan dukungan atau penolakan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Heorhii Tykhyi, dikutip dari The Guardian.

Ukraina melancarkan serangan drone besar ke Moskow dan lima wilayah Rusia lainnya pada Minggu (10/11). Serangan ini melukai satu orang. Tiga bandara terpaksa menghentikan operasi sementara.

Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim, sistem pertahanan udaranya menangkis 84 drone Ukraina. Sementara itu, Ukraina bersiap mengamankan wilayah Kursk yang berhasil direbutnya dari Rusia. Moskow dilaporkan sedang mempersiapkan serangan balasan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us