Krisis Ekonomi, Jumlah Pekerja Seks di Inggris Melonjak

Jakarta, IDN Times - Krisis ekonomi di Inggris telah menyebabkan lonjakan jumlah pekerja seks komersial (PSK). Badan Kolektif PSK Inggris melaporkan bahwa saat ini mereka menerima sekitar 30 persen lonjakan yang ingin menjadi PSK.
Selain itu, ada 100 pengguna baru untuk layanan PSK ini tercatat ada antara Desember 2021 hingga April 2022, dilansir dari Strait Times, Selasa (25/10/2022).
PSK menjadi pilihan bagi mereka yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan karena biaya hidup yang tinggi dan tagihan listrik yang juga melonjak di Inggris saat ini.
1. Jumlah PSK meningkat, persaingan semakin ketat

Martha, 29 tahun, yang berprofesi sebagai PSK di Inggris, merasa persaingan makin ketat karena krisis ekonomi mendorong lebih banyak perempuan di Inggris terjun ke dunianya.
Banyak perempuan menjadi pekerjaan seks untuk pertama kalinya. Sementara mereka yang telah berhasil meninggalkannya, harus kembali menjadi pekerja seks untuk membayar tagihan rumah tangga.
2. Pendapatan PSK cukup turun di tengah krisis

Martha khawatir krisis ekonomi berkepanjangan. Pasalnya, ia mengaku pendapat hariannya kian turun setiap hari. Penghasilannya berkurang sejak krisis ekonomi melanda negaranya.
“Orang-orang yang datang menawar harga murah karena mereka harus berhemat,” kata Martha.
Biasanya, dia bisa mendapatkan 250 poundsterling atau setara dengan Rp4,5 juta. Namun, sejak krisis terjadi, Martha hanya bisa menghasilkan sekitar 150 Poundsterling per harinya atau setara dengan Rp2,6 juta.
Martha memulai pekerjaan ini sejak tahun lalu di mana ia merasa membutuhkan penghasilan tambahan.
3. Ada yang menjual barang pribadi untuk membayar tagihan

Selain itu, hampir delapan juta orang telah menjual barang-barang pribadi atau rumah tangga untuk menutupi tagihan. Pemerintah diminta menggunakan anggaran untuk membantu warga berpenghasilan terendah.
Survei tersebut juga menunjukkan, 41 persen orang sudah menghentikan semua pengeluaran yang tidak penting, angka ini naik tujuh poin sejak survei Maret 2022.
The Guardian dalam laporan Money Advice Trust menjelaskan, hampir 11 juta orang sekarang berada dalam kondisi tagihan biaya hidup yang harus dibayar. Sementara lebih dari 5 juta tidak memiliki makanan. Berdasarkan hasil penelitian terbaru, disebutkan orang Inggris melewatkan makan demi bisa menyalakan lampu di rumah mereka.