Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

London Terancam Kehilangan Tenaga Medis dan Perawat

New York Times/ Andrew Testa

London, IDN Times - London, Inggris sedang mengalami dampak dari Brexit. Brexit sendiri sudah terjadi semenjak 17 bulan lalu. Tetapi dampaknya semakin hari semakin terasa.

Terlepas dari anggapan para nasionalis Britania Raya, bahwa negara tersebut akan tetap menjadi negara yang kuat di konstelasi dunia. Banyak sekali dampak yang tidak bisa dipandang sebelah mata. 

Satu sektor yang mengalami dampak dari kebijakan yang memutuskan secara resmi keluarnya Inggris dari organisasi supranasional Uni Eropa adalah sektor kesehatan. Satu kota yang paling berdampak adalah London.

Perawat dan tenaga medis memutuskan untuk tinggalkan London.

wburg.org

Dilansir dari New York Times, Selasa (21/11/2017), sebelum Brexit terjadi, National Health System atau lebih dikenal sebagai NHS telah mengalami beberapa masalah. Di antaranya kekurangan tenaga kerja medis dan perawat.

Namun atas bantuan tenaga kerja dari Eropa, Inggris mampu memperkecil jumlah kekurangan pekerja dan mendorong kinerja sektor kesehatan menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Pasca Brexit, permasalahan baru timbul. Beberapa perawat dan tenaga medis asal Eropa memutuskan untuk meninggalkan London dan kembali mencari peruntungan di negara mereka atau negara anggota Uni Eropa lainnya. Mereka tidak ingin bekerja di negara yang tidak menginginkan mereka.

Diambil dari sumber yang sama semenjak referendum tahun 2016 lalu, hampir 10 ribu pekerja di bidang kesehatan asal Eropa yang terdaftar dalam NHS memutuskan untuk mengundurkan diri.

90 persen perawat asal Eropa memutuskan untuk keluar. Satu rumah sakit yang terkena dampaknya adalah King's College Hospital. Rumah sakit terbesar di London ini kekurangan 528 perawat dan Bidan, dan 318 dokter.

Informasi tersebut sesuai dengan data yang disajikan oleh The Guardian. Menurut infromasi dari The Guardian, NHS Digital, sebuah agensi resmi yang mengumpulkan data seputar pelayanan kesehatan menunjukkan ada 9.832 dokter, perawat dan staf pembantu kesehatan lainnya telah meninggalkan UK.

Ada lima fase yang dialami para pekerja asal Eropa setelah Brexit.

New York Times/ Andrew Testa

Dokter asal Prancis  yang bekerja di Inggris-Cyril Noël mengatakan, pada New York Times, ia merasa ditolak oleh negara yang ia cintai. "Saya memiliki perasaan yang terbelah ketika harus menolong orang-orang yang berusaha menyingkirkan saya dan teman-teman (Orang-orang Eropa yang bekerja di Inggris)." 

Ia juga menjelaskan bahwa ada lima fase yang dilalui para pekerja asal Eropa dalam melalui kondisi berkabung atas keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Menurutnya, fase pertama merupakan fase goncangan (shock).

Setelah itu fase penyangkalan (denial), fase kemarahan (anger) terlebih banyaknya pemberitaan media yang menunjukkan kekerasan yang terjadi pada penduduk asal Eropa, atau perilaku tidak adil terkait masalah administrasi orang-orang berkewarganegaraan eropa.

Permasalahan permasalahan di atas mungkin hanya permasalahan birokratis saja. Namun pasca Brexit, peristiwa-peristiwa tersebut sulit untuk dianggap enteng. Brexit membuat para pekerja asal Eropa kembali menimbang posisi mereka di negara tersebut.

Setelah fase kemarahan muncul fase keempat adalah fase depresi. Fase keempat  diikuti fase kelima yaitu fase penerimaan. Dr Noel berada dalam fase ini dan memutuskan untuk meninggalkan Britania Raya di awal tahun depan dan bekerja di Dubai.

Banyaknya kasus seperti Dr Noel sangat mengancam keseluruhan sistem N.H.S di Britania Raya. Terlebih jumlah pekerja asal Eropa yang masuk untuk bekerja di sektor kesehatan Britania Raya, kalah jumlah dengan pekerja asal Eropa yang meninggalkan negara ini.

Dilansir dari BirminghamMail, para pekerja asal EU ini memerlukan kejelasan terkait izin bekerja dan menetap yang jelas. Ketakutan mereka terhadap kesulitan birokrasi di masa depan membuat semakin banyak yang mulai berpikir untuk meninggalkan Britania Raya

Jika dibiarkan hal itu akan berdampak kepada kemunduran N.H.S. Hal itu juga secara kontinum akan berdampak pada akses kesehatan masyarakat Britania Raya yang terbatas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us