Meksiko Minta China Bantu Lawan Penyelundupan Fentanyl

Jakarta, IDN Times - Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador (AMLO), meminta Presiden China, Xi Jinping, untuk membantu melawan penyelundupan fentanyl. Permintaan itu disampaikan setelah Amerika Serikat (AS) menuding krisis fentanyl yang disebabkan oleh Meksiko.
Beberapa bulan ini, hubungan Meksiko-AS memburuk imbas penculikan dan pembunuhan warga AS di Matamoros. Politikus Republikan AS ingin tentaranya melawan langsung kartel narkoba di Meksiko. Bahkan, Washington terus menyalahkan Meksiko atas krisis narkoba di negaranya.
1. AMLO minta Xi berikan informasi soal pengiriman fentanyl
AMLO membacakan surat resmi yang dikirimkan kepada Presiden Xi Jinping. Ia pun melakukan pembelaan dari kritik AS soal kurangnya tindakan Meksiko melawan penyelundupan narkoba, termasuk rencana AS mengintervensi Meksiko.
"Kami kirimkan kepadamu, Presiden Xi Jinping, tidak untuk meminta bantuanmu dalam menghadapi ancaman gila ini, tapi untuk meminta dengan alasan kemanusiaan, Anda dapat membantu kami mengontrol penyelundupan fentanyl yang dikirim dari China ke negara kami," papar AMLO, dilansir Reuters.
Dalam surat itu, AMLO juga meminta Presiden Xi agar memberikan detail informasi kepada Meksiko kapan dan di mana fentanyl tersebut dikirimkan, serta berapa jumlahnya dan kepada siapa dikirimkan.
Ia pun mengakui laboratorium pembuatan fentanyl memang sudah menyebar di Meksiko, terutama di negara bagian Sinaloa. Namun, aparat keamanannya berhasil meringkus 1.400 laboratorium dengan bahan bakunya.
2. Meksiko terus mencari solusi atasi penyelundupan narkoba

Menteri Luar Negeri Meksiko, Marcelo Ebrard, membalas ucapan Senator AS Lindsey Graham bahwa negaranya tidak menciptakan masalah, tapi berusaha mencari solusi. Ia pun menyebut usaha Meksiko melawan penyelundupan fentanyl adalah yang paling berpengaruh di dunia.
Dilansir El Pais, Ebrard juga membantah komplain AS soal tingginya penyelundupan narkoba dari Meksiko yang berujung krisis fentanyl. Ia pun membalas bahwa semua senjata yang didapat kartel narkoba berasal dari AS dan mengakibatkan tingginya angka kekerasan di Meksiko.
"Semua warga membeli senjata di setiap sudut jalan. Kami meminta agar AS mengecek setiap kendaraan menjelang masuk perbatasan, sehingga mereka tidak membawa senjata, seperti halnya kami memonitor bahwa mereka tidak membawa narkoba ke AS," tutur Ebrard.
Sementara itu, fentanyl merupakan salah satu jenis narkoba dengan nilai profit yang sangat besar. Sebesar 100 kg atau 1 juta dosis fentanyl ditaksir bernilai lebih dari 400 ribu dolar AS (Rp5,9 miliar).
3. AMLO tolak dakwaan kepada eks Presiden Trump

AMLO pada Rabu (5/4/2023) juga menolak dakwaan kriminal yang dilayangkan kepada mantan Presiden AS, Donald Trump. Ia menyebut dakwaan sebagai upaya mengganjal Trump dalam pilpres.
"Seharusnya masalah hukum tidak digunakan dalam untuk kepentingan elektoral dan tujuan politik. Maka dari itu, saya tidak setuju dengan apa yang mereka lakukan kepada eks Presiden Trump," terangnya.
AMLO juga menyebut bahwa kasus Trump ini sama seperti cara yang digunakan untuk melengserkan mantan Presiden Peru, Pedro Castillo. Ia diketahui mundur dari jabatannya dan ditangkap setelah berusaha membubarkan parlemen.
"Seharusnya warga yang menentukan. Saya tidak dapat mengatakan bahwa Trump memang benar-benar bersalah atau tidak," tambahnya.



















