Moldova Sindir Kebijakan Putin: Tujuan Rusia di Ukraina Gak Jelas

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Moldova, pada Sabtu (27/8/2022), merayakan Hari Kemerdekaan ke-31 di ibu kota Chisinau. Perayaan ini dilakukan di tengah situasi darurat di Moldova, akibat invasi Rusia ke Ukraina sejak Februari silam.
Moldova merupakan salah satu negara termiskin di Eropa yang meraih kemerdekaan setelah runtuhnya Uni Soviet pada 1990-an. Sampai saat ini, negara Eropa Timur itu memiliki ketergantungan yeng besar terhadap Rusia dalam berbagai sektor.
1. Sandu kecam serangan Rusia dalam pidato Hari Kemerdekaan Moldova
Presiden Moldova, Maia Sandu, yang hadir dalam perayaan itu memberikan kecaman atas invasi Rusia ke Ukraina. Ia juga menegaskan keinginan kuat Moldova bergabung dengan Uni Eropa.
"Perang tanpa maksud Rusia di Ukraina menunjukkan betapa mahalnya harga suatu kebebasan. Perang ini pasti akan berakhir dan kita akan bisa terlepas dari krisis ini dengan lebih kuat dan tidak mudah menyerah," paparnya, dilansir RFE/RL.
Lewat kesempatan itu, Sandu tak lupa mengatakan bahwa Moldova sudah menjadi salah satu negara kandidat anggota Uni Eropa. Ia menyebut bergabung dengan Uni Eropa akan membuat negaranya semakin kuat.
"Pada tahun ini, Moldova sudah resmi menjadi kandidat anggota Uni Eropa. Moldova akan menjadi negara yang benar-benar kuat dan bisa mempertahankan dirinya sendiri beserta warganya hanya bersama kaluarga negara-negara Eropa," ujar Sandu.
2. Sandu mendapat protes dari warga Gagauzia
Pada perayaan ini, gelombang protes justru terjadi di wilayah otonom Gagauzia. Demonstran pro-Rusia melangsungkan protes untuk menyatakan kekecewaannya kepada Sandu yang dianggap mengalihkan nilai-nilai di negaranya.
Selain itu, demonstrasi juga dipicu kekecewaan warga atas lonjakan harga kebutuhan pokok dan kekhawatiran kenaikan harga gas dalam waktu dekat.
Aksi protes yang digelar di tiga kota di Gagauzia tersebut menyuarakan dukungan kepada Rusia dan Presiden Vladimir Putin, dilaporkan The Times Hub.
Sementara itu, Gagauzia merupakan wilayah otonom di Moldova yang dihuni oleh mayoritas etnis Turkik. Warga di sana umumnya memiliki simpati lebih kepada Rusia dan sempat ingin bernegosiasi langsung dengan Rusia terkait masalah ekspor produk pertanian.
3. Moldova dan Ukraina teken kerja sama soal transportasi kargo
Pada hari yang sama, Moldova dan Ukraina sudah menyetujui penyederhanaan aturan terkait visa transportasi kargo. Lewat kebijakan baru ini, pengemudi truk Ukraina dapat dengan mudah masuk ke teritori Moldova.
Langkah ini disetujui kedua negara untuk meningkatkan ekspor dari Ukraina lewat Moldova di tengah perang. Maka dari itu, volume kargo yang masuk ke Moldova dari Ukraina akan dapat dimaksimalkan.
"Pembatalan izin transportasi kargo internasional ini dan pembukaan jalur kereta api Berezine adalah contoh terbaik dari kooperasi dalam bidang transportasi dan penguatan kooperasi antara Ukraina dan Moldova," tutur Menteri Infrastruktur Ukraina, Oleksandr Kubrakov, dikutip dari The Odessa Journal.
"Sekarang tugas kami adalah membuat kesempatan baru untuk meningkatkan perekonomian negara kami di tengah ancaman agresi militer dan kebijakan Rusia secara umum," paparnya.