NATO Ingin Perbaiki Hubungan dengan Rusia Usai Perang Ukraina

- Sekretaris Jenderal NATO ingin memperbaiki hubungan dengan Rusia setelah perang di Ukraina berakhir
- NATO harus terus menekan sanksi kepada Rusia dan belum bisa menormalisasi hubungan dalam waktu dekat
- Ukraina sudah mengumpulkan anggota tim untuk membangun mekanisme pengawasan selama 30 hari gencatan senjata
Jakarta, IDN Times - Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, pada Jumat (14/3/2025), mengumumkan niatnya untuk memperbaiki hubungan dengan Rusia setelah perang di Ukraina berakhir. Namun, normalisasi hubungan NATO-Rusia masih belum dapat dilakukan dalam waktu dekat.
Sebelumnya, Rutte sudah menyarankan kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk memperbaiki hubungan dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Ia menyebut AS sudah berbuat banyak untuk Ukraina, termasuk membantu dalam melawan agresi Rusia.
1. Sebut Rusia akan tetap menjadi tetangga NATO
Rutte mengatakan bahwa saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk menormalisasi hubungan dengan Rusia. Ia menyebut, NATO harus terus menekan sanksi kepada Rusia.
"Pertama-tama, Anda harus menekan Rusia untuk memastikan bahwa mereka menyetujui perjanjian perdamaian. Maka dari itu, kami harus menjatuhkan sanksi dan mari kita tidak boleh naif terhadap Rusia. Namun, tidak bisa dimungkiri bahwa Rusia akan berada di sana dan tidak akan pergi ke mana-mana," terangnya, dikutip Kyiv Post.
Ia menambahkan, sangat normal setelah perang di Eropa berakhir dan seiring berjalannya waktu mungkin kami akan menormalisasi hubungan. Ia mengklaim, langkah ini bukan hanya untuk Eropa, tapi akan diikuti oleh AS.
2. Sebut rencana gencatan senjata di Ukraina sangat cerdas
Sementara itu, Rutte menolak berkomentar soal rencana gencatan senjata di Ukraina selama 30 hari. Namun, ia menyebut rencana tersebut sangatlah cerdas dan mendukung langkah tersebut.
"Pemerintahan Trump dan Presiden Trump sendiri telah berusaha membuka jalan buntu untuk mengakhiri perang ini karena dia mau menghubungi Rusia. Saya pikir ini adalah tindakan positif untuk rakyat Ukraina," ungkapnya, dikutip Politico.
Mantan Perdana Menteri Belanda itu mengatakan bahwa dialog dengan Rusia sudah menunjukkan di mana AS sebenarnya berada. Namun, ia menyebut ini masih harus terus dilakukan dan sulit untuk diprediksi apa yang akan terjadi.
Rutte menyebut bahwa masih ada berbagai cara untuk memberikan jaminan keamanan kepada Ukraina. Namun, keterlibatan NATO dalam jaminan keamanan di Ukraina cukup sulit.
3. Ukraina bentuk tim untuk mengawasi gencatan senjata
Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha mengungkapkan bahwa Ukraina sudah mengumpulkan anggota tim untuk membangun sebuah mekanisme pengawasan selama 30 hari gencatan senjata.
"Kami sudah membentuk tim nasional untuk membentuk tim yang pantas dalam mengatur soal pengawasan gencatan senjata. Ini adalah sebuah proses yang sangat-sangat kompleks," tuturnya, dilansir The Kyiv Independent.
Ia menambahkan, Ukraina masih sangat ragu dan khawatir terkait dengan ancaman pelanggaran dari Rusia. Sybiha menyebut bahwa selama adanya perjanjian Minsk, Moskow sudah melakukan 25 kali pelanggaran.
Sybiha mengungkapkan bahwa garis depan di Ukraina sepanjang 1.300 km tengah mengalami masalah logistik sebelum ditetapkannya gencatan senjata.