Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penembakan di Christchurch, PM Selandia Baru Tolak Sebut Nama Pelaku

ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva
ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva

Wellington, IDN Times - Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menegaskan bahwa ia takkan menyebut nama pelaku penembakan di dua masjid di Christchurch yang menewaskan 50 orang pada Jumat (15/3).

Ia mengaku tak ingin menciptakan ketenaran dari peristiwa brutal dan memilukan tersebut. "Satu hal yang saya bisa pastikan kepada kalian, kalian takkan mendengar saya mengucapkan namanya," ujar Ardern, seperti dilansir dari The Guardian.

1. Ia mengimbau agar publik lebih mengingat para korban, bukan pelaku

ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva
ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva

Dalam pidato pertamanya di parlemen usai penembakan, Ardern mengatakan bahwa sebaiknya warga Selandia Baru berhenti menyebut nama pelaku dan lebih "mengucapkan nama-nama mereka yang kehilangan nyawa".

Ia membuka pidato tersebut dengan salam "Assalamualaikum" dan melihat bahwa hari penembakan tersebut "selamanya akan jadi hari yang terukir di ingatan kita bersama". Sebelumnya, Ardern menilai hari Jumat itu sebagai "salah satu hari terkelam" dalam sejarah negaranya.

2. Ardern ingin media sosial lebih berkomitmen memerangi penyebaran video penembakan

ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva
ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva

Ardern pun menyinggung tentang peran media sosial dalam menyebarluaskan video penembakan hingga beberapa hari setelah kejadian. Menurutnya, ini sungguh tidak layak apalagi media sosial "bukan tukang pos" yang hanya sekadar mengirim pesan.

"Kita tidak bisa diam saja dan menerima bahwa platform-platform ini sekadar hadir dan apa yang dikatakan di situ bukan tanggung jawab tempat yang mempublikasikannya," tegas Ardern.

Salah satu yang beredar luas adalah potongan video live streaming pelaku yang diunggah ke Facebook. Potongan video itu kemudian disebar juga ke platform lain yang dimiliki Mark Zuckerberg, misalnya Instagram.

Facebook sendiri mengaku sudah mengaku sudah menghapus 1,5 juta video penembakan dalam 24 jam pertama usai kejadian. Ardern berkata sudah berkomunikasi dengan Facebook dan menegaskan potongan video itu "tidak bisa, tidak seharusnya, disebarluaskan, diakses, bahkan bisa ditonton".

3. Selandia Baru mengupayakan perubahan aturan kepemilikan senjata

ANTARA FOTO/REUTERS/Chris Helgren
ANTARA FOTO/REUTERS/Chris Helgren

Menyusul peristiwa itu, Ardern mengatakan kabinetnya sedang menyusun proposal perubahan aturan kepemilikan senjata. Ini karena Brenton Tarrant, si pelaku, mendapatkan izin pembelian senjata kategori A dan membeli senjata semi-otomatis seperti yang dipakainya saat menyerang masjid.

Tarrant disebut memodifikasi senjatanya agar mirip military-style semi-automatic rifles (MSSA) yang jauh lebih mematikan. Tujuannya adalah untuk mengeluarkan daya bunuh yang lebih kuat. Tragisnya, untuk memiliki satu MSSA, seseorang semestinya mengantongi izin kategori E yang sangat sulit didapat.

4. Warga sekitar menunjukkan solidaritas kepada para Muslim yang menjadi target serangan

ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva
ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva

Sejak penembakan, warga sekitar lokasi kejadian berbondong-bondong menunjukkan rasa solidaritas kepada para Muslim di sana. Mereka tak hanya ikut berdoa dan mengirimkan karangan bunga, tapi juga menangis bersama.

Dari awal, Ardern pun menegaskan bahwa para korban adalah bagian dari Selandia Baru. "Mereka telah memilih Selandia Baru sebagai rumah, dan ini memang rumah mereka. Mereka adalah bagian dari kita," ucapnya.

Ketika menyambangi warga yang keluarganya jadi korban pun Ardern menunjukkan gestur simpati dan hormat di mana ia memilih mengenakan hijab. Ini menghasilkan pujian dari berbagai pihak, termasuk media-media Barat yang menyebut Ardern adalah "contoh pemimpin yang baik".

5. Siswa sekolah turut berdoa bersama

ANTARA FOTO/REUTERS/Edgar Su
ANTARA FOTO/REUTERS/Edgar Su

Rasa solidaritas masih muncul hingga Senin malam (18/3). Sekitar 1000 siswa dari berbagai sekolah di Christchurch yang sebelumnya saling bermusuhan datang untuk melakukan doa bersama di taman seberang masjid.

Mereka menyalakan lilin dan menyanyikan lagu tradisional suku Maori dan menampilkan tarian emosial Haka. Di sekitar mereka pun terdapat kertas-kertas dengan tulisan yang menegaskan bahwa warga Muslim diterima di Selandia Baru. Salah satunya adalah "Ini adalah rumah kalian. Kalian adalah bagi dari kami."

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwifantya Aquina
EditorDwifantya Aquina
Follow Us