Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pengadilan India Minta Petani Setop Bakar Tanaman demi Kurangi Polusi

ilustrasi polusi udara (unsplash.com/Amir Hosseini)

Jakarta, IDN Times - Mahkamah Agung India memerintahkan pihak berwenang di negara bagian sekitar New Delhi untuk menghentikan petani membakar sisa tanaman. Keputusan ini diambil pada Selasa (7/11/2023), usai kualitas udara di ibu kota India itu mencapai tingkat berbahaya selama seminggu terakhir.

“Kami mengarahkan pemerintah negara bagian Punjab dan negara bagian yang berdekatan dengan Delhi – Haryana, Rajasthan dan Uttar Pradesh – untuk memastikan bahwa pembakaran (sisa) tanaman dihentikan segera,” kata hakim Mahkamah Agung Sanjay Kishan Kaul, dikutip Reuters.

Pengadilan juga meminta pemerintah Delhi untuk mengambil langkah tegas untuk mengatasi polusi udara di kota tersebut.

“Pemerintah Delhi juga harus bertanggung jawab. Banyak bus yang beroperasi menimbulkan polusi dan beroperasi dengan kapasitas setengahnya. Anda harus mengatasi masalah ini."

1. Indeks kualitas udara di Delhi masuk dalam kategori berbahaya

Pada Selasa jam 2 siang, indeks kualitas udara (AQI) secara real-time di ibu kota India mencapai 306, tingkat yang dikategorikan berbahaya oleh kelompok pemantau kualitas udara Swiss, IQAir.

Delhi telah melakukan serangkaian kebijakan untuk memerangi polusi, termasuk menghentikan pembangunan konstruksi lokal, menutup sekolah dasar hingga 10 November dan akan memberlakukan aturan ganjil genap minggu depan. Belakangan, kota tersebut ingin wilayah tetangganya mengendalikan pembakaran sisa tanaman.

Larangan tersebut sebenarnya telah dikeluarkan oleh pengadilan dalam beberapa tahun terakhir, namun belum memberikan dampak yang berarti. Para petani juga terkadang menanggapi kebijakan itu dengan permusuhan.

2. Pembakaran sisa tanaman menyumbang 30-40 persen polusi di Delhi

Para petani di Punjab dan Haryana biasanya membakar sisa tanaman mereka usai panen padi pada akhir Oktober atau awal November, untuk membersihkan ladang mereka sebelum kemudian menanam gandum.

Praktik ini telah dilakukan selama bertahun-tahun. Menurut badan pemantau kualitas udara pemerintah federal, SAFAR, asap yang dihasilkan biasanya menyumbang 30-40 persen polusi di Delhi pada Oktober hingga November.

Pemerintah federal dan negara bagian telah menawarkan subsidi pada mesin pemanen dan pengurai tunggul yang lebih baik untuk mendukung para petani dan menyadarkan mereka akan bahaya dari praktik tersebut.

Hakim Kaul menugaskan kantor polisi setempat untuk memastikan bahwa arahan pengadilan dipatuhi, di bawah pengawasan sekretaris kepala negara bagian. Pengadilan juga menyarankan peralihan bertahap dari tanaman padi ke tanaman alternatif yang tidak memerlukan banyak air.

“Peralihan ini hanya bisa terjadi jika dukungan harga minimum tidak diberikan untuk padi namun diberikan dengan tanaman alternatif – sesuatu yang sudah diupayakan oleh pemerintah (federal) untuk didorong,” kata Hakim Kaul.

3. Berbagai risiko kesehatan akibat polusi udara

Menurut pakar kesehatan, selain menyebabkan kerusakan pada sistem pernapasan, polusi udara juga mempunyai hubungan langsung dengan penyakit arteri koroner seperti serangan jantung, stroke otak, dan arthritis.

“Penting untuk dipahami bahwa polusi udara mempengaruhi berbagai sistem tubuh, selain menyebabkan penyakit pernapasan. Polusi mempunyai hubungan langsung dengan penyakit arteri koroner seperti serangan jantung, stroke otak, dan arthritis. Kami memiliki bukti ilmiah yang membuktikan hubungannya dengan berbaga jenis penyakit kanker,” kata Piyush Ranjan, dokter di All India Institutes of Medical Sciences (AIIMS), dikutip NDTV.

Menurut dokter, rekomendasi AQI untuk orang-orang yang sehat harus kurang dari 50. Apabila AQI telah melebihi 400, maka ini dapat berakibat fatal bagi mereka yang menderita penyakit terkait paru-paru bahkan menimbulkan risiko kanker paru-paru.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us