Isi Obrolan Presiden Afghanistan dengan Biden sebelum Lari ke UEA

Jakarta, IDN Times - Pelarian Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, ke Uni Emirat Arab pada 15 Agustus 2021 menjadi pukulan terakhir yang meruntuhkan Negara Republik Islam Afghanistan. Larinya pemimpin negara itu secara tidak langsung menyerahkan kekuasaan dan wilayah kepada Taliban.
Namun, sebelum Presiden Ghani melarikan diri, Reuters secara ekslusif mendapatkan transkrip terkait perbincangaan antara Biden dan Ghani melalui saluran telepon pada 23 Juli 2021.
Berikut adalah beberapa informasi penting dari perbincangan antar keduanya.
1. Biden pastikan bantuan serangan udara untuk militer Afghanistan

Pasukan Afghanistan yang terdesak di minggu-minggu terakhirnya ternyata mendapat jaminan bantuan serangan udara dari militer Amerika Serikat menurut pernyataan Biden.
"Kami akan terus menyediakan dukungan serangan udara, jika kami mengetahui apa rencananya," ujar Presiden AS Joe Biden kepada Ashraf Ghani.
Beberapa hari sebelum perbincangan antara Biden dan Ghani, militer AS dilaporkan telah melaksanakan serangan udara guna mendukung operasi militer Afghanistan. Tetapi, serangan tersebut mendapat protes keras dari Taliban karena dianggap melanggar kesepakatan damai AS-Taliban.
2. Presiden Afghanistan tuduh Pakistan dukung Taliban

Dalam perbincangannya dengan Biden, Presiden Ghani blak-blakan menuduh Pakistan telah mendukung seluruh kegiatan militer maupun logistik Taliban. Dia menyebut Afghanistan sedang mengalami invasi besar-besaran oleh AS.
"Kami sedang menghadapi serangan invasi, terdiri dari Taliban, perencanaan penuh dan dukungan logistik Pakistan, dan setidaknya 10 hingga 15 ribu teroris internasional, di mana sebagian besar merupakan orang Pakistan yang dilemparkan ke sini," ucapnya.
Pakistan memang sering dituduh telah membantu Taliban dalam meraih momentum di Afghanistan sejak keterlibatannya pada 1994 silam. Namun, Kedutaan Besar Pakistan di Amerika Serikat menyangkal tuduhan yang dilontarkan Presiden Ghani.
"Jelas bahwa mitos pejuang Taliban yang menyebrang dari Pakistan disayangkan merupakan sebuah alasan dan renungan dari Ashraf Ghani untuk membenarkan kegagalannya dalam memimpin dan memerintah," menurut Kedutaan Besar Pakistan kepada Reuters.
3. Ashraf Ghani percaya perdamaian hanya dapat diraih melalui jalur militer

Situasi yang semakin parah di Afghanistan tetap tidak membuat Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, menyerahkan kehendaknya untuk berdamai dengan Taliban. Terdesak dari seluruh penjuru, Ghani masih percaya bahwa perdamaian di Afghanistan dapat ia raih apabila, "menyeimbangkan solusi militer".
Saat itu, Ghani menekankan pemerintahannya harus berpacu dengan waktu sebelum semua itu terlambat.
Presiden AS Joe Biden sendiri juga mengakui sebenarnya militer Afghanistan memiliki jumlah yang jauh lebih besar dan dilengkapi dengan seluruh macam peralatan tempur taktis ketimbang Taliban.
"Anda (Ghani) memiliki 300.000 prajurit bersenjata lengkap melawan 70 hingga 80 ribu (pejuang Taliban) dan prajurit tersebut memiliki kemampuan tempur yang baik", ucapnya.
Meskipun begitu, militer Afghanistan terbukti sangat tidak efektif di lapangan. Dengan taktik perangnya, Taliban pun dengan mudah menakklukan wilayah Afghanistan hingga akhirnya Kabul jatuh pada 15 Agustus 2021.