Petugas Israel Aniaya Tahanan Palestina jelang Pembebasan Mereka

- Petugas penjara Israel secara rutin menganiaya tahanan Palestina.
- Para tahanan akan dibebaskan pada Senin.
- Tentara Israel gerebek rumah para tahanan yang akan dibebaskan.
Jakarta, IDN Times - Sebuah video yang beredar di internet menunjukkan para petugas Israel menganiaya tahanan Palestina yang akan dibebaskan dalam kesepakatan pertukaran tahanan pada Sabtu (11/10/2025). Peristiwa itu terjadi di Penjara Ganot di wilayah Negev, Israel selatan.
Dalam rekaman tersebut, para tahanan Palestina terlihat dipaksa berjalan dalam barisan dengan badan membungkuk, sementara tangan terikat di belakang dan mata ditutup. Di sekitar mereka, terlihat tentara dan polisi Israel mengawasi dengan ketat.
"Video ini mendokumentasikan pemandangan menyakitkan yang menunjukkan perlakuan brutal pendudukan terhadap para tahanan yang dijadwalkan dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran," kata Kantor Informasi Tahanan Palestina, yang juga membagikan video itu di platform digital mereka.
1. Petugas penjara Israel secara rutin menganiaya tahanan Palestina
Dalam pernyataan di media sosial Facebook, Amjad al-Najjar, kepala Klub Tahanan Palestina, menuturkan bahwa para tahanan dalam video tersebut merupakan narapidana yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Mereka dipindahkan ke penjara Negev sebagai persiapan untuk dideportasi ke Gaza.
Dilansir dari The New Arab, petugas penjara Israel telah lama melakukan kekerasan terhadap tahanan Palestina dari Jalur Gaza maupun Tepi Barat. Selama dua tahun perang Israel di Gaza, berbagai laporan juga mengungkap adanya kasus penyiksaan, pemerkosaan, dan pelecehan terhadap para tahanan.
Penganiayaan dan kelalaian yang disengaja oleh otoritas Israel disebut telah menyebabkan sedikitnya 78 tahanan Palestina tewas sejak Oktober 2023.
2. Para tahanan akan dibebaskan pada Senin
Dilansir dari Anadolu, Layanan Penjara Israel mengonfirmasi telah menyelesaikan proses pemindahan tahanan Palestina ke fasilitas tempat mereka akan dibebaskan. Menurut laporan media, pembebasan diperkirakan akan dimulai pada Senin (13/10/2025), setelah penyerahan para sandera Israel yang ditahan oleh Hamas.
Berdasarkan kesepakatan, sebanyak 2 ribu tahanan Palestina, termasuk 250 narapidana yang menjalani hukuman seumur hidup dan 1.700 warga dari Gaza yang ditangkap sejak awal perang, akan dibebaskan sebagai pertukaran dengan 48 sandera Israel. Namun, beberapa tokoh Palestina terkenal, seperti pemimpin Fatah Marwan Barghouti dan Sekretaris Jenderal Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) Ahmed Saadat, tidak masuk dalam daftar tahanan yang akan dibebaskan.
Tahap pertama dari kesepakatan gencatan senjata di Gaza mulai berlaku pada Jumat (10/10/2025) siang. Pasukan Israel telah menyelesaikan penarikan secara bertahap hingga ke garis yang dikenal sebagai yellow line, membuka periode 72 jam untuk proses pertukaran tahanan.
Tahap kedua disebut akan mencakup pembentukan mekanisme pemerintahan baru di Gaza tanpa keterlibatan Hamas, pembentukan pasukan keamanan gabungan yang terdiri dari warga Palestina serta tentara dari negara-negara Arab dan Islam, serta pelucutan senjata Hamas.
3. Tentara Israel gerebek rumah para tahanan yang akan dibebaskan
Dilansir dari MEE, militer Israel dilaporkan menggerebek rumah beberapa tahanan Palestina yang akan dibebaskan di Tepi Barat yang diduduki. Para tentara memperingatkan keluarga untuk tidak menggelar perayaan atas pembebasan kerabat mereka.
"Para tentara menyerbu rumah, mengancam kami, dan mengatakan bahwa kami dilarang menunjukkan kegembiraan atau menyambut siapa pun yang mengucapkan selamat atas pembebasannya. Mereka juga menembakkan peluru secara acak di lingkungan tersebut, melukai seorang pemuda di tangan, serta menyerang pemuda-pemuda lainnya," kata Razan, putri tahanan Taleb Makhamreh dari Yatta, selatan Hebron.
Alaa Bani Odeh, ayah dari tahanan bernama Muhammad asal Tamoun, selatan Tubas, mengatakan bahwa tentara Israel menggerebek rumahnya pada Minggu (12/10/2025) pukul 6 pagi dan berada di sana selama satu jam penuh.
“Mereka memberi tahu kami bahwa jika ada perayaan, mereka akan segera menangkapnya kembali dan menahan seluruh anggota keluarga. Mengibarkan bendera Palestina atau bendera faksi juga dilarang," ujarnya.