PM Moldova soal Pasukan Rusia di Perbatasan Negaranya: Kami Was-was!

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Moldova mengungkapkan kekhawatirannya terkait ancaman invasi Rusia ke negaranya. Moldova disebut-sebut sebagai target selanjutnya setelah pasukan Presiden Vladimir Putin berhasil memenangkan perang di Ukraina.
Pada pekan lalu, Moldova juga sudah bersitegang dengan Rusia terkait tudingan pemblokiran pasukan penjaga perdamaian ke Transnistria. Bahkan, hal itu memicu keinginan Transnistria untuk segera melangsungkan referendum guna bergabung dengan Rusia.
1. Gavrilita khawatir Rusia semakin mendekat ke perbatasan Moldova
Pernyataan di atas diungkapkan oleh Perdana Menteri Moldova, Natalia Gavrilița, pada Minggu (24/7/2022) ketika diwawancarai oleh CNN. Keterangan itu merupakan tanggapan atas pasukan Rusia yang semakin dekat dengan perbatasan Moldova-Ukraina.
"Ini merupakan skenario hipotesis untuk saat ini, tapi apabila aksi militer terus berlanjut ke barat daya Ukraina menuju ke Odessa, maka tentu saja kami sangat khawatir akan menjadi target selanjutnya," tutur Gavrilita.
"Kami sangat khawatir, terutama mengingat adanya tentara Rusia di teritori pecahan Moldova, yakni Transnistria. Kami sedang melakukan apapun yang bisa dilakukan untuk menjaga kestabilan dan keamanan, serta memastikan peperangan tidak semakin meluas," tambahnya.
2. Bukan hanya Moldova yang khawatir terkait ancaman Rusia
Gavrilita, yang merupakan seorang lulusan Sekolah Pemerintahan Harvard Kennedy, sudah menjabat sejak Agustus 2021. Ia juga mengatakan bahwa Moldova bukan satu-satunya yang mengkhawatirkan invasi Rusia.
"Ini merupakan posisi yang sulit, bukan hanya Moldova, tetapi juga negara kecil lainnya yang bergantung kepada aturan internasional. Apabila sebuah negara bisa memulai perang tanpa tindakan dari hukum internasional, maka tidak ada satu pun yang aman dan saya pikir banyak negara yang juga khawatir," tutur Gavrilita, dikutip dari Politico.
Ketika ditanya terkait dampak ekonomi yang diakibatkan pada Moldova, Gavrilita mengiyakan hal tersebut dan menitikberatkan pada bagaimana sejarah negaranya yang sangat rumit.
"Memang, Moldova adalah negara yang paling terdampak dari perang ini setelah Ukraina secara ekonomi. Kami sudah melihat sendiri bagaimana tingginya inflasi. Bahkan, inflasi pada Juni sudah mencapai 32 persen," paparnya.
3. Moldova tetap menerima pengungsi dari Ukraina
Meski tengah dilanda inflasi besar-besaran, tapi Gavrilia mengungkapkan bahwa negaranya tetap menerima pengungsi dalam jumlah besar. Ia tidak ambil pusing soal berapa besar biaya yang diperlukan untuk menampung pengungsi.
"Kami sudah melihat ini, 85 persen warga Moldova tetap bersedia menampung lebih banyak pengungsi. Sedangkan 50 persen di antaranya tanpa syarat. Maka dari itu membuat saya sangat optimis terkait harapan dari warga kami," ungkapnya.
Dilaporkan The Hill, Moldova merupakan negara kecil yang terletak di tengah Ukraina dan Rumania dan hanya memiliki penduduk sebesar 2,5 juta jiwa. Negara ini memerdekakan diri dari Uni Soviet dan mengalami perang saudara yang mengakibatkan pecahnya Transnistria pada 1990-an.
Setelah pecahnya perang di Ukraina, Moldova sudah menampung sekitar setengah juta pengungsi asal Ukraina. Bahkan, menjadi negara penampung pengungsi terbesar apabila dibandingkan dengan jumlah penduduknya.