Protes Meletus di Seluruh Dunia usai Pencegatan Kapal Flotilla ke Gaza

- Protes meletus di seluruh dunia sebagai respons atas tindakan Israel mencegat armada bantuan ke Gaza.
- Sekitar 15 ribu orang turun ke jalan-jalan di kota Spanyol, Barcelona, sambil meneriakkan slogan-slogan pro-Palestina.
- Mahasiswa di Italia menduduki sejumlah universitas dan serikat pekerja menyerukan aksi mogok sebagai bentuk solidaritas terhadap pencegatan armada bantuan ke Gaza.
Jakarta, IDN Times - Protes meletus di berbagai kota di dunia pada Kamis (2/10/2025), sebagai respons atas tindakan Israel yang mencegat armada Global Sumud Flotilla (GSF) yang membawa bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Dalam aksi itu, pengunjuk rasa menuntut pemerintah untuk menerapkan sanksi yang lebih keras terhadap Israel.
Sejak Rabu (1/10/2025), militer Israel telah menghentikan 41 kapal yang berusaha menembus blokade laut di Gaza. Lebih dari 400 peserta, termasuk aktivis iklim asal Swedia Greta Thunberg, ditahan dan terancam dideportasi.
1. Sekitar 15 ribu memadati jalan di kota Barcelona
Dilansir dari France24, sekitar 15 ribu orang turun ke jalan-jalan di kota Spanyol, Barcelona, seraya meneriakkan slogan-slogan pro-Palestina seperti “Gaza, kalian tidak sendirian”, “Boikot Israel” dan “Kebebasan untuk Palestina”. Beberapa juga merusak atau menyemprotkan slogan pada jendela toko dan restoran, termasuk jaringan kopi Starbucks, waralaba burger Burger King, dan jaringan supermarket Carrefour, yang mereka tuduh terlibat dalam serangan Israel di Gaza.
“Protes ini adalah satu-satunya hal yang bisa kami lakukan. Tapi melakukannya dengan cara seperti ini, menurut saya tidak benar. Kita harus melakukannya dengan damai, dengan kata-kata, bukan dengan tindakan," kata demonstran bernama Akram Azahomaras, yang menilai tindakan vandalisme justru merugikan, dikutip dari The New Arab.
Ratusan pengunjuk rasa juga menggelar aksi di luar parlemen Irlandia di Dublin. Miriam McNally, yang mengatakan putrinya ikut berlayar bersama armada GSF, hadir dalam demonstrasi tersebut.
“Saya sangat mengkhawatirkan putri saya, tapi saya sangat bangga padanya dan apa yang dia lakukan. Dia membela kemanusiaan meski menghadapi bahaya besar," ujarnya.
2. Mahasiswa di Italia duduki sejumlah universitas
Di Paris, sekitar 1.000 orang melakukan unjuk rasa di Place de la Republique yang bersejarah. Sambil membawa bendera Palestina, massa meneriakkan slogan-slogan seperti “Israel keluar, Palestina bukan milikmu” dan “Hidup Palestina." Sementara itu, di kota pelabuhan Marseille, Prancis selatan, ratusan orang ditangkap setelah mencoba menutup akses ke kantor perusahaan pembuat senjata Eurolinks, yang dituduh menjual komponen militer ke Israel.
Di Italia, mahasiswa menduduki sejumlah universitas, termasuk Universitas Statale di Milan dan Universitas La Sapienza di Roma, serta memblokir akses ke Universitas Bologna dengan menggunakan ban mobil. Di Turin, ratusan orang juga dilaporkan memblokir lalu lintas di jalan lingkar kota.
“Kami siap memblokir semuanya. Mesin genosida harus segera dihentikan,” teriak pengunjuk rasa.
Serikat pekerja di Italia juga menyerukan aksi mogok pada Jumat (3/10/2025) sebagai bentuk solidaritas terhadap pencegatan armada bantuan ke Gaza. Sementara itu, di Brussels, sekitar 3 ribu demonstran berunjuk rasa di depan gedung Parlemen Eropa, mendesak Uni Eropa (UE) untuk mengakhiri pengepungan di Gaza.
3. Demonstran tuntut embargo total terhadap Israel
Di Turki, barisan panjang demonstran bergerak menuju kedutaan Israel di Istanbul sambil membawa spanduk bertuliskan “Embargo total terhadap pendudukan.” Pemerintah Turki termasuk salah satu pengkritik paling keras terhadap serangan Israel di Gaza.
“Kami menuntut pembebasan semua anggota armada Sumud dan semua tahanan, dan sebagai mahasiswa, kami menuntut agar semua hubungan akademis dan ekonomi dengan negara Israel yang melakukan genosida dihentikan di universitas kami,” kata Elif Bozkurt, mahasiswa berusia 21 tahun, kepada AFPTV.
Protes serupa juga diadakan di kota Dublin, Berlin, Jenewa, Buenos Aires, Mexico City, Karachi dan Kuala Lumpur.
“Kami sangat kesal. Kesal, marah, muak karena yang mereka lakukan adalah demi kemanusiaan. Mereka hanya membawa bantuan dan makanan bayi. Penangkapan ini tidak adil," kata Ili Farhan, warga Malaysia yang berpartisipasi dalam demonstrasi di Kuala Lumpur.
Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, agresi militer Israel di wilayah tersebut telah menewaskan lebih dari 66 ribu warga Palestina, dengan sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. Pembantaian ini terjadi setelah kelompok Hamas memimpin serangan ke Israel pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan 251 lainnya disandera.