Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ribuan Warga Israel Protes Rencana Netanyahu Mau Kuasai Gaza

poster para sandera Israel (Chenspec, CC BY-SA 4.0 , via Wikimedia Commons)
poster para sandera Israel (Chenspec, CC BY-SA 4.0 , via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Mayoritas warga Israel dukung diakhirinya perang di Gaza.
  • Jajak pendapat menunjukkan mayoritas warga Israel mendukung diakhirinya perang guna menjamin pembebasan sandera.
  • Kemarahan warga Israel terhadap pemerintah semakin meningkat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Puluhan ribu orang memadati jalan-jalan di pusat kota Tel Aviv, Israel, pada Sabtu (9/8/2025) malam untuk menuntut diakhirinya kampanye militer di Gaza dan pembebasan sandera. Demonstrasi ini digelar sehari setelah pemerintah mengumumkan akan mengambil alih wilayah Palestina tersebut.

Menurut penyelenggara, lebih dari 100 ribu orang ikut berpartisipasi dalam demonstrasi tersebut. Para pengunjuk rasa membawa bendera Israel dan poster yang menampilkan foto para sandera. Sebagian lainnya memegang papan yang mengekspresikan kemarahan kepada pemerintah atau menyerukan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, untuk turun tangan demi menghentikan perang.

"Ini bukan hanya keputusan militer. Ini bisa menjadi hukuman mati bagi orang-orang yang paling kita cintai," kata Lishay Miran Lavi, istri salah satu sandera Israel yang masih ditahan di Gaza, Omri Miran.

1. Mayoritas warga Israel dukung diakhirinya perang di Gaza

Pada Jumat (8/8/2025), kantor Perdana Menteri Israel mengumumkan bahwa kabinet keamanan telah menyetujui rencana Netanyahu untuk mengambil alih Kota Gaza. Langkah ini menuai kritik keras dari dalam maupun luar negeri, termasuk dari beberapa sekutu dekat Israel di Eropa. Kabinet penuh diperkirakan akan memberikan persetujuan paling cepat pada Minggu (10/8/2025).

Dilansir dari The Guardian, jajak pendapat publik menunjukkan bahwa mayoritas warga Israel mendukung diakhirinya perang guna menjamin pembebasan sandera. Menurut Israel, sebanyak 50 sandera masih ditahan oleh Hamas di Gaza, dengan sekitar 20 di antaranya diyakini masih hidup.

“Mereka (pemerintah) fanatik. Mereka melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kepentingan negara,” kata Rami Dar, seorang pensiunan berusia 69 tahun yang ikut berpartisipasi dalam demonstrasi tersebut.

Sementara itu, Yana, perempuan berusia 45 tahun yang hadir bersama suami dan dua anaknya, menilai perang yang berlangsung di Gaza selama hampir 2 tahun terakhir tidak menghasilkan kemajuan apa pun.

“Saya bertanya-tanya apakah tambahan korban jiwa di kedua pihak, bukan hanya Israel tapi juga Gaza, akan membawa perubahan," tambahnya.

2. Kemarahan warga Israel terhadap pemerintah semakin meningkat

Dan Perry, mantan editor Associated Press dan penerbit Ask Questions Later on Substack, mengatakan bahwa rasa marah dan putus asa semakin meningkat di kalangan warga Israel yang pada dasarnya menentang keputusan pemerintah untuk merebut Kota Gaza

"Ini bukan rencana yang populer. Rakyat Israel pada umumnya ingin perang ini berakhir," katanya kepada Al Jazeera dari Tel Aviv.

Perry mengungkapkan bahwa ada beberapa kontradiksi dalam opini publik Israel. Di satu sisi, masyarakat ingin Hamas hilang, tetapi di sisi lain mereka merasa bahwa kampanye militer yang berlangsung di Gaza saat ini bukan lah langkah yang tepat.

“Semua ini menyebabkan munculnya jenis disonansi dalam masyarakat Israel yang sangat, sangat beracun. Saya tidak mengartikan hal ini sebagai bentuk persetujuan terhadap keberadaan Hamas di Gaza, tetapi ada ketidakpuasan atas perang yang terus berlangsung dengan alasan bahwa ada cara lain untuk mengakhirinya," tambahnya.

3. Kelaparan menjadi ancaman serius bagi anak-anak dan lansia

Sekitar 1.200 orang tewas dan 251 lainnya disandera saat Hamas melancarkan serangan di Israel selatan pada 7 Oktober 2023. Sebagai balasan, Israel melakukan kampanye militer besar-besaran di Gaza, yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 61.300 orang. Perang ini juga menyebabkan wilayah Palestina tersebut hancur dan menyeret penduduknya ke ambang kelaparan.

Mohammed Abu Salmiya, direktur Rumah Sakit al-Shifa di Gaza utara, mengatakan bahwa kelaparan masih terus menjadi ancaman serius, terutama bagi anak-anak dan lansia.

“Masalah gizi pada anak menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh dan dapat menyebabkan kematian,” ujarnya, dikutip dari Al Jazeera.

Pada Minggu, Kementerian Kesehatan di Gaza mencatat lima kematian baru akibat kelaparan dalam 24 jam terakhir. Dengan demikian, jumlah korban tewas akibat kelaparan dan malnutrisi di Gaza bertambah menjadi 217 orang, termasuk 100 anak-anak, sejak perang dimulai.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us