Inggris Kecam Rencana Israel Mau Kuasai Gaza

- Rencana Israel tuai kecaman internasional.
- Kepala Hak Asasi Manusia PBB serukan hentikan operasi militer Israel.
- Pemimpin Liberal Demokrat desak penghentian total penjualan senjata Inggris ke Israel.
Jakarta, IDN Times- Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengecam rencana Israel untuk mengambil alih Kota Gaza. Rencana tersebut diusulkan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan telah disetujui oleh kabinet keamanannya. Starmer menyebut langkah Netanyahu keliru dan mendesaknya untuk mempertimbangkan kembali keputusannya.
"Tindakan ini tidak akan menghasilkan apa pun untuk mengakhiri konflik ini atau membantu menjamin pembebasan para sandera. Ini hanya akan membawa lebih banyak pertumpahan darah," kata Starmer, dilansir BBC pada (9/8/2025).
1. Rencana Israel tuai kecaman internasional
Rencana Israel menuai kecaman dari komunitas internasional. Sejumlah negara seperti Jerman, Spanyol, dan Turki, serta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyuarakan penolakan mereka.
Jerman merespons dengan menangguhkan pengiriman senjata ke Israel yang berpotensi digunakan dalam serangan di Gaza. Pemerintah Jerman menyatakan semakin sulit melihat bagaimana tujuan Israel seperti pembebasan sandera atau pelucutan senjata Hamas dapat tercapai dengan operasi militer yang terus meningkat.
Kepala Hak Asasi Manusia PBB, Volker Türk, turut menyerukan agar operasi militer Israel segera dihentikan. Ia memperingatkan akan ada konsekuensi yang mengerikan jika eskalasi terus berlanjut.
"Setiap eskalasi lebih lanjut dari konflik akan mengakibatkan pengungsian paksa yang lebih besar, lebih banyak pembunuhan, lebih banyak penderitaan yang tak tertahankan, perusakan yang tidak masuk akal, dan kejahatan kekejaman," ujar Türk, dilansir Politico.
2. PM Starmer ditekan agar lebih tegas pada Israel
Di dalam negeri, pemerintah Starmer juga menghadapi tekanan dari partai-partai lain di Inggris. Partai Liberal Demokrat, Partai Hijau, dan Partai Nasional Skotlandia (SNP) menuntut tindakan yang lebih tegas dari sekadar kecaman.
The Guardian melansir, pemimpin Liberal Demokrat, Ed Davey, menuduh tujuan Netanyahu mengarah pada pembersihan etnis. Ia juga mendesak penghentian total penjualan senjata Inggris ke Israel.
Di Israel sendiri, rencana itu menimbulkan perpecahan dan kekhawatiran. Para petinggi militer dan banyak keluarga sandera cemas perluasan serangan justru akan membahayakan nyawa sekitar 20 sandera yang diyakini masih hidup.
Kritik juga datang dari pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, yang menilai keputusan tersebut sebagai sebuah kesalahan fatal. Menurutnya, langkah ini justru sesuai dengan keinginan Hamas.
"Inilah yang diinginkan Hamas: agar Israel terperangkap di lapangan tanpa tujuan, tanpa menentukan gambaran hari berikutnya, dalam pendudukan tak berguna yang tak seorang pun mengerti ke mana arahnya," tutur Lapid.
3. Inggris dorong solusi dua negara
Rencana yang disetujui kabinet keamanan Israel mencakup lima tujuan utama. Tujuan Israel antara lain melucuti senjata Hamas, memulangkan semua sandera, melakukan demiliterisasi Jalur Gaza, dan membentuk pemerintahan sipil alternatif di luar Hamas maupun Otoritas Palestina.
Namun, rencana untuk menguasai Kota Gaza ini merupakan versi yang lebih kecil dari niat awal Netanyahu. Sebelumnya, ia sempat menyatakan ingin mengambil alih kendali atas seluruh Jalur Gaza.
Di tengah eskalasi ini, Inggris tetap mendorong solusi diplomatik sebagai jalan keluar satu-satunya. Menurut Starmer, prospek solusi dua negara akan semakin kabur tanpa adanya negosiasi yang tulus dari kedua belah pihak. Sebelumnya, pemerintah Inggris juga telah menyatakan akan mengakui negara Palestina pada September jika Israel tidak mengupayakan perdamaian.