Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rusia: AS Telah Mendeklarasikan Perang Ekonomi Melawan Kami

Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin. (Twitter.com/spriters)
Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin. (Twitter.com/spriters)

Jakarta, IDN Times – Kremlin menyebut Amerika Serikat (AS) telah memulai ‘perang ekonomi’. Pernyataan itu disampaikan setelah Presiden AS Joe Biden, mengumumkan larangan impor minyak dan gas dari Rusia pada Rabu (9/3/2022).  

Sejak Rusia melancarkan agresi militer ke Ukraina pada 24 Februari 2022, berbagai negara telah menjatuhkan sanksi kepada Moskow. Sanksi itu mengantarkan Rusia kepada krisis terparah sejak kejatuhan Uni Soviet pada 1991, sebab sanksi yang dijatuhkan menyasar sistem keuangan Rusia.

1. Rusia sebut tindakan AS akan merugikan banyak negara

Ilustrasi kilang minyak (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi kilang minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyebut sanksi Barat sebagai ‘bacchanalia’, yaitu semacam perayaan pada era Romawi kuno untuk menghormati Dewa Bacchus.

Istilah itu diartikan sebagai sanksi Washington yang memicu turbulensi di pasar energi global. Pasalnya, larangan impor energi dari Rusia menyebabkan kenaikan harga minyak, yang justru merugikan AS sendiri.

"Anda lihat bahwa bacchanalia yang dimulai oleh Barat membuat situasi menjadi semakin sulit. Kami mengamati situasi di pasar energi berkembang agak bergejolak, dan kami tidak tahu seberapa jauh turbulensi itu akan berlangsung,” kata Peskov, dikutip dari Reuters.

2. Rusia sedang mempertimbangkan aksi balasan

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov (Twitter.com/ Russian Embassy in USA)
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov (Twitter.com/ Russian Embassy in USA)

Sejak Senin (7/3/2022), Kremlin telah memperingatkan, harga minyak bisa melonjak hingga lebih dari 300 dolar AS (sekitar Rp4,2 juta) per barel jika AS dan Uni Eropa menerapkan larangan impor energi Rusia.

Ketergantungan Eropa terhadap minyak dan gas Rusia sangat tinggi. Rusia mengatakan, Eropa mengonsumsi sekitar 500 juta ton minyak per tahun dan Rusia memasok sekitar 30 persen dari kebutuhan itu.

Peskov mengatakan, Kremlin sedang mempertimbangkan tindakan serius sebagai balasan atas larangan impor minyak dan gas yang diprakarsai AS itu.

“Keputusan Presiden Biden menuntut analisis yang agak mendalam. Jika Anda bertanya kepada saya apa yang akan dilakukan Rusia, kami akan melakukan apa saja yang diperlukan untuk mempertahankan kepentingannya,” kata dia.

“AS jelas telah menyatakan perang ekonomi melawan Rusia dan (semakin) mengobarkan perang ini,” sambung dia.

3. Ukraina bersyukur atas sanksi terbaru AS

Volodymyr Zelenskyy, presiden Ukraina (twitter.com/ZelenskyyUa)
Volodymyr Zelenskyy, presiden Ukraina (twitter.com/ZelenskyyUa)

Dilansir dari Sky News, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berterima kasih kepada AS karena telah menutup akses impor minyak dan gas Rusia.

"Saya bersyukur secara pribadi kepada AS. Ini (larangan impor) memberikan sinyal kuat ke seluruh dunia bahwa setiap sen yang dibayarkan ke Rusia akan berubah menjadi peluru dan proyektil, yang akan terbang ke negara-negara berdaulat lainnya,” kata Zelenskyy.

“Rusia akan menghormati hukum internasional dan tidak akan berperang jika mereka tidak memiliki uang,” sambung dia.

Selain itu, Zelenskyy kembali mengajak pemimpin Rusia untuk duduk bersama di meja perundingan dan membicarakan tentang gencatan senjata.

“(Pembicaraan) itu demi kepentingan rakyat, bukan ambisi untuk pembunuhan,” tutur Presiden yang merupakan mantan komedian itu.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah Sunariyah
EditorSunariyah Sunariyah
Follow Us