Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rusia Diduga Ingin Bantu Iran di Program Misil Jarak Jauh

ilustrasi bendera Rusia (unsplash.com/@sampowl)
ilustrasi bendera Rusia (unsplash.com/@sampowl)

Jakarta, IDN Times - Kepala Central Intelligence Agency (CIA), William Burns mengungkapkan bahwa Rusia bersedia membantu Iran dalam proyek misil laut jarak jauh. Ia juga memperingatkan terkait kemungkinan penguatan aliansi Rusia-Iran dalam beberapa waktu belakangan ini.

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Ukraina menyebut bahwa Iran akan mengirimkan kembali drone Shahed-136 ke Rusia. Bahkan, terdapat kabar kedua negara akan membangun pabrik drone di Tatarstan yang mampu memroduksi hingga 6 ribu drone pada tahun depan. 

1. Burns sebut aliansi Rusia-Iran sangat berbahaya

Burns menilai bahwa penguatan aliansi Rusia-Iran ini sangat mengganggu. Ia pun menambahkan bahwa perkembangan aliansi kedua negara itu menuju ke arah yang sangat berbahaya. 

"Ini bergerak cukup cepat ke arah yang sangat berbahaya. Seperti yang kita ketahui bahwa Iran telah menyediakan ratusan drone bersenjata kepada militer Rusia yang mereka gunakan untuk menyerang warga sipil Ukraina dan infrastruktur sipil Ukraina," papar Burns, dikutip Ukrinform, Senin (27/2/2023).

"Kami tahu bahwa mereka telah menyediakannya, Anda tahu kan, amunisi untuk artileri dan tank juga," tambahnya. 

Ia menambahkan bahwa CIA melihat adanya tanda-tanda Rusia berniat membantu Iran dalam program misilnya. Setidaknya, Rusia mungkin akan menyediakan pesawat tempur kepada Iran yang ditukarkan dengan bantuan militer di tengah invasi. 

2. Iran akan membangun misil laut untuk melawan AS

Pekan lalu, Komandan Tentara Revolusioner Iran (IRGC), Amirali Hajizadeh dilaporkan tengah berupaya membangun misil lautnya yang mampu menjangkau jarak hingga 1.650 km. Ia menyebut bahwa ini dilakukan untuk membalas Amerika Serikat (AS). 

"Kami ingin membalas mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang membunuh petinggi militer kami. Menggunakan misil laut kami yang mampu menjangkau hingga jarak 1.650 km telah dimasukkan dalam misil Republik Islam Iran," katanya dalam siaran televisi nasional, dikutip Reuters.

Dalam siaran tersebut, juga terdapat potongan video yang memperlihatkan misil laut Paveh terbaru. Namun, ia mengaku tidak punya intensi untuk membunuh tentara di Irak ketika meluncurkan misil balistik ke pasukan AS di Irak. 

3. Inggris sebut drone Iran yang digunakan Rusia hampir habis

Dilaporkan Newsweek, Kementerian Pertahanan Inggris menyebut bahwa pasokan drone Iran yang digunakan Rusia di Ukraina telah mencapai batas. Pihaknya memperkirakan bahwa suplai drone tersebut sudah hampir habis. 

"Pasukan Ukraina telah menembak jatuh setidaknya 24 dari drone Shahed-136 per harinya antara Januari sampai Februari. Namun, kurangnya pengiriman drone menunjukkan bahwa Rusia telah kehabisan stok drone saat ini dan mereka membutuhkan pasokan drone baru" paparnya. 

Kemenhan Inggris menambahkan bahwa drone tersebut tidak memiliki rekor bagus dalam menghancurkan targetnya. Rusia hanya menggunakannya untuk mengalihkan sistem pertahanan udara Ukraina dari misil laut yang lebih efektif. 

Di sisi lain, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken menyebut bahwa Rusia berupaya mencari pasokan drone dari China yang mirip dengan Shahed-136. Ia pun menduga Beijing mungkin akan mengirimkan senjata mematikan ke Moskow dalam waktu dekat ini. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us