Rusia Kirim Tentara Bayaran dari Afrika ke Suriah

Jakarta, IDN Times - Direktorat Intelijen Militer Ukraina (HUR), pada Selasa (3/12/2024), mengklaim Rusia berencana mengirimkan tentara bayaran dari Afrika ke Suriah. Keputusan ini menanggapi intensitas serangan pemberontak di Aleppo, Suriah.
Pada akhir pekan lalu, Rusia sudah membantu tentara Suriah melancarkan serangan bom yang menyasar pangkalan militer pemberontak. Pengeboman ini menjadi kelanjutan intervensi Moskow dalam perang saudara di Suriah sejak September 2015.
1. Berencana kirim Korps Afrika ke Suriah
HUR mengklaim, Rusia sudah berupaya untuk mengembalikan situasi di Aleppo usai serangan mengejutkan dari pemberontak Islamis dengan mengirimkan tentara bayaran dan penerjemah ke Hama. Mereka kemungkinan akan datang dalam waktu dekat.
"Pengiriman ini melibatkan pasukan pembunuh bayaran dari beberapa perusahaan militer di Rusia yang membentuk Korps Afrika. Atas kejadian ini, rencana rotasi tentara Rusia di Suriah terpaksa ditunda," tuturnya, dilansir The Kyiv Independent.
"Tentara pemerintah Suriah dan unit militer Rusia mengalami kekalahan besar dan terpaksa meninggalkan posisinya, senjatanya, dan peralatan tempur lain. Mereka mundur secara tidak teratur imbas serangan besar pemberontak di Suriah," tambahnya.
Sebagai informasi, Korps Afrika milik Rusia sudah dibentuk sejak 2023 yang terdiri dari tentara, perwira, dan tentara pembunuh bayaran berpengalaman yang pernah bergabung dengan Grup Wagner. Kelompok itu kemungkinan pernah dikirim ke Suriah, Libya, Burkina Faso, dan Niger.
2. Diplomat dan tentara Rusia dievakuasi dari Damaskus
Pada Senin, HUR juga mengklaim adanya pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak di ibu kota Damaskus. Pertempuran ini membuat situasi di Suriah semakin mencekam dan tidak menentu, yang memaksa Rusia menarik diplomat dan militernya.
"Kontingen militer negara agresor telah ditarik meninggalkan Hama dan dievakuasi melalui pangkalan udara Khmeimim. Bahkan, Kepala Koordinasi Pusat Rusia di Khmeimim, Kolonel Jenderal Alexander Zhuravlyov mengakui rezim Bashar al-Assad gagal mengontrol situasi," ungkap HUR, dilansir Kyiv Post.
Menyusul kekalahan ini, Komandan Militer Rusia di Suriah, Sergey Kiselyov, memutuskan mundur dari jabatannya. Pada saat yang sama, Komandan Pasukan Khusus Rusia di Suriah, Kolonel Vadim Baykulov dipanggil mendadak ke Moskow.
3. Rusia adakan latihan militer di Laut Mediterania

Pada hari yang sama, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim sudah menembakkan misil hipersonik dan mengadakan latihan tempur di Laut Mediterania bagian timur. Latihan militer ini diadakan menyusul kekalahan tentara Suriah dari pemberontak.
"Latihan militer ini diselenggarakan untuk menguji kombinasi aktivitas Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara Rusia. Latihan ini berfungsi meningkatkan presisi misil laut yang diluncurkan di bagian timur Laut Mediterania," terangnya.
Melansir The Moscow Times, latihan ini sudah diikuti oleh lebih dari 1.000 pasukan, 10 kapal perang, dan 24 pesawat tempur. Tidak diketahui secara pasti di mana latihan ini diselenggarakan, tapi Rusia diketahui memiliki pangkalan AL di Tartus, Suriah.