Rusia Tuduh AS Bikin Propaganda untuk Ubah Rezim di Georgia

- Badan Intelijen Luar Negeri Rusia klaim AS siapkan propaganda untuk mengubah pemerintahan di Georgia.
- Relasi Georgia-AS memanas menyusul peresmian UU anti-agen asing dan pembatalan latihan militer gabungan Noble Partner.
- Pihak AS dituduh akan mengadakan kampanye propaganda untuk mendiskreditkan Partai Georgian Dream menjelang pemilu parlemen Georgia.
Jakarta, IDN Times - Badan Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR) mengklaim Amerika Serikat (AS) telah menyiapkan propaganda khusus untuk mengubah pemerintahan di Georgia yang saat ini dipimpin oleh partai pro-Rusia, Georgian Dream.
Belakangan ini, relasi Georgia-AS terus memanas menyusul peresmian UU (Undang-Undang) anti-agen asing. Washington bahkan sudah membatalkan latihan militer gabungan Noble Partner di Georgia yang sebenarnya sudah dijadwalkan pada bulan Juli ini.
1. AS disebut akan mendiskreditkan Partai Georgian Dream
SVR mengungkapkan akan ada langkah-langkah dari AS menjelang pemilu parlemen Georgia yang digelar pada 26 Oktober mendatang. Pihaknya mengklaim Washington akan mengadakan kampanye propaganda untuk mendiskreditkan Partai Georgian Dream.
"Plot utamanya adalah menciptakan skenario buatan seperti tradisi Hollywood yang sudah dikenal luas. Mereka akan menciptakan sentimen anti-Rusia sebagai dasarnya dan penyebaran propaganda untuk menyalahkan Rusia atas segala permasalahan di Georgia," terangnya pada Selasa (9/7/2024), dikutip Civil.
Selain itu, Presiden Georgia Salome Zurabishvili disebut akan berperan vital dalam menciptakan sentimen anti-Rusia di Georgia dan berbuntut pada demonstrasi besar di Tbilisi.
"Penduduk Tbilisi akan beraksi untuk melawan pemerintah yang digodok selama digulirkannya demonstrasi anti-pemerintah imbas penetapan hukum anti-agen asing. Rencana ini termasuk mengorbakan partisipan," tambahnya.
2. AS bantah tudingan Rusia soal urusan dalam negeri Georgia

Mendengar pernyataan itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, Matthew Miller mengatakan bahwa ini bukanlah satu-satunya pernyataan konyol Rusia. Ia pun mengklaim AS tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri Georgia.
"Saya mengutarakan ironi dari suatu negara, Rusia yang secara ilegal mengokupansi 20 persen teritori Georgia. Sementara, mereka mengatakan tuduhan konyol tersebut kepada negara lain," tuturnya, dikutip Reuters.
Di sisi lain, pemerintahan Partai Georgian Dream tidak memberikan komentar apapun terkait pernyataan Rusia. Sebelumnya, mereka sudah menuduh negara-negara Barat mendukung kelompok oposisi agar negaranya berperang dengan Rusia.
3. Georgia kecewa atas dibatalkannya latihan militer Noble Partner

Sekretaris Jenderal Partai Georgian Dream, Kakha Kaladze mengucapkan kekecewaannya atas pembatalan latihan militer gabungan Noble Partner di Georgia. Ia menyatakan Tbilisi siap bekerja sama dengan Washington, tapi dengan relasi yang setara.
"Anda tidak akan dapat mengambil segala contoh dari perubahan perubahan pemerintahan Georgia. Ini adalah sebuah hipokrisi. Pemerintah Georgia tidak pernah mengambil langkah anti-demokrasi dan non-Eropa," ujarnya.
"Sebaliknya, sejak 2012, kami sudah mengambil progres nyata untuk serius menuju ke integrasi Eropa yang dicanangkan oleh Partai Georgian Dream," sambungnya.
Ia pun mengklaim bahwa Georgia tidak akan mengikuti jejak siapapun dan akan tetap berdaulat serta merdeka dalam menentukan keputusannya.