Senator AS Dorong Aksi Militer jika Hamas Tak Lucuti Senjatanya

- Desakan Lindsey Graham agar Hamas segera melucuti senjata.
- Graham mendesak dilakukannya operasi militer bersama antara Lebanon, Israel, dan AS jika kelompok Hizbullah menolak menyerahkan senjata beratnya.
- Penolakan Graham terhadap keterlibatan Turki di pasukan stabilisasi Gaza
Jakarta, IDN Times - Senator Amerika Serikat (AS), Lindsey Graham, pada Minggu (21/12/2025), mendesak dilakukannya aksi militer baru terhadap kelompok Hamas dan Hizbullah jika kedua organisasi tersebut tidak bersedia melucuti senjata mereka. Pernyataan itu ia sampaikan saat melakukan kunjungan ke Israel.
Saat ini, gencatan senjata rapuh yang diberlakukan sejak Oktober 2025 lalu telah menghentikan konflik bersenjata selama dua tahun antara Israel dan Hamas, meskipun kedua pihak saling menuduh melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan tersebut.
1. Desakan Lindsey Graham agar Hamas segera melucuti senjata
Senator AS, Lindsey Graham menyerukan agar segera disusun rencana untuk mewajibkan kelompok Hamas melucuti senjatanya dalam batas waktu tertentu. Ia menilai, setelah 90 hari sejak dimulainya gencatan senjata, Hamas justru memperkuat kekuasaannya di Gaza.
"Kami harus segera menyusun rencana, memberi Hamas batas waktu, dan masa tertentu untuk mencapai tujuan pelucutan senjata," ujar Graham dalam konferensi pers di Yerusalem, dilansir Arab News.β
Ia juga menegaskan bahwa fase kedua gencatan senjata berisiko gagal jika Hamas tetap mempertahankan persenjataannya. Pemerintah Israel, menurutnya, menjadikan pembongkaran persenjataan Hamas sebagai syarat utama tercapainya perdamaian permanen.
2. Seruan operasi militer gabungan terhadap Hizbullah
Graham juga mendesak dilakukannya operasi militer bersama antara Lebanon, Israel, dan AS jika kelompok Hizbullah menolak menyerahkan senjata beratnya. Ia menilai Hezbollah terus memproduksi lebih banyak senjata, yang menurutnya tidak dapat diterima.
"Jika Hizbullah menolak menyerahkan senjata beratnya, di masa depan kita harus lakukan operasi militer bersama Lebanon, Israel, dan AS, di mana kita terbang bersama Israel untuk menumpas Hezbollah," ujar Graham, dikutip The Sun.
Sementara itu, pemerintah Lebanon telah memulai proses pelucutan senjata Hizbullah di wilayah selatan negara itu, namun Israel meragukan kemampuan militer Lebanon dalam menegakkan kebijakan tersebut. Hizbullah sendiri sampai saat ini masih menolak menyerahkan persenjataannya.
3. Penolakan Graham terhadap keterlibatan Turki di pasukan stabilisasi Gaza
Pernyataan Graham disampaikan sehari setelah para mediator dari AS, Qatar, Mesir, dan Turki menyerukan agar gencatan senjata di Gaza tetap dipertahankan. Fase kedua dari kesepakatan gencatan senjata tersebut mencakup penarikan pasukan Israel, pembentukan pasukan internasional, serta pembentukan otoritas sementara untuk menggantikan pemerintahan Hamas.
Di sisi lain, Hamas meminta para mediator untuk menghentikan tindakan yang disebutnya sebagai pelanggaran oleh Israel, termasuk serangan artileri di Khan Yunis. Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menanggapi isu pelucutan senjata dengan memuji Graham sebagai sahabat besar Israel.
Graham juga menolak kemungkinan keterlibatan Turki dalam pasukan stabilisasi di Gaza. Ia berpendapat bahwa langkah tersebut tidak mendapat dukungan politik di Israel dan berpotensi menimbulkan gejolak serius di negara tersebut.

















