23 Juni Hari Konvensi Bonn: Ini Pengertian dan Sejarahnya

Hari Konvensi Bonn di selenggarakan setiap tanggal 23 Juni

Setiap tanggal 23 Juni diperingati sebagai Hari Konvensi Bonn. Peringatan ini menjadi penting lantaran mengingatkan masyarakat dunia akan kondisi iklim dunia.

Konvensi Bonn diadakan oleh badan lingkungan PBB di Bonn, Jerman. Pada konferensi tahun 2017, setidaknya dihadiri oleh perwakilan 200 negara, termasuk Amerika Serikat yang menyatakan mundur sebelumnya pada Kesepakatan Iklim Paris 2015.

1. Sejarah Hari Konvensi Bonn

23 Juni Hari Konvensi Bonn: Ini Pengertian dan SejarahnyaIlustrasi perubahan iklim (Unsplash/Ciprian Morar)

Hari Konvensi Bonn lahir karena perwakilan 200 negara dunia berupaya untuk menyepakati sebuah buku petunjuk yang akan diimplementasikan mulai tahun 2018. Nama Konvensi Bonn karena konferensi ini dilaksanakan pertama kali di Bonn.

Terdapat berbagai hambatan seperti pembiayaan negara miskin untuk mempersiapkan sasaran Kesepakatan Iklim Paris.

Konvensi Bonn berlangsung selama 13 hari yaitu pada tanggal 6-17 November. Konvensi Bonn merupakan pertemuan badan lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang pertama sejak Presiden Donald Trump mundur dari Kesepakatan Iklim Paris 2015.

Pertemuan ini digelar setiap tahun yang dihadiri oleh para penandatangan kerangka konvensi mengenai perubahan iklim PBB. Penandatanganan tersebut berisikan kesepakatan delegasi negara untuk menetapkan batasan emisi gas rumah kaca ke atmosfer bagi setiap negara.

Baca Juga: 18 April Hari Peringatan Konferensi Asia-Afrika: Sejarahnya

2. Sasaran umum Konvensi Bonn

23 Juni Hari Konvensi Bonn: Ini Pengertian dan SejarahnyaThe Stroud Courier

Konvensi Bonn pada awalnya menetapkan kewajiban yang mengikat di kalangan negara-negara maju untuk mengurangi emisi gas rumah kaca periode 2008-2012. Namun, pada tahun 2010 di Cancun, Meksiko disepakati bahwa pemanasan global harus ditekan di bawah dua derajat Celcius yang sesuai dengan suhu pada masa pra-industri.

Namun, berbeda dengan Kesepakatan Iklim Paris yang menegaskan bahwa negara dunia berkomitmen menjaga ambang batas suhu bumi di bawah 2 derajat Celcius menjadi 1,5 derajat Celcius.

Masing-masing negara terikat dengan konvensi ini diwajibkan mengurangi emisi pada tahun 2020 sesuai dengan komitmen masing-masing.

Dampak dari perubahan iklim yang terjadi atas kenaikan permukaan laut serta meningkatnya frekuensi dan kekuatan badai siklon kini dianggap sangat berpengaruh pada negara yang berada di pulau kecil. Contohnya, akibat Badai Winston yang terjadi pada bulan Februari 2016 yang menyebabkan 44 orang meninggal dan 40 ribu rumah rusak.

3. Peran Indonesia dalam Konvensi Bonn

23 Juni Hari Konvensi Bonn: Ini Pengertian dan SejarahnyaIlustrasi polusi yang menyebabkan perubahan iklim (pixabay.com/Marcin)

Indonesia menjadi salah satu negara yang mendukung kesepakatan tersebut sejak awal. Mulai dari konferensi Stockholm di tahun 1972 hingga hari pertama konvensi tersebut diadakan sebagai Hari Lingkungan Hidup Seunia.

Indonesia juga mulai menyusun peraturan perundangan lingkungan pertama pada tahun 1982 dengan UU No.4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang tersebut berubah menjadi UU No.32  Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang memasukkan unsur perlindungan serta sanksi berat bagi pelanggar.

Pada tahun 2009, mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri pertemuan G20 di Pittsburgh yang menyatakan pada tahun 2020 Indonesia akan menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26% dengan kemampuan sendiri dan 41% dari bantuan internasional.

Melalui peringatan Hari Konvensi Bonn ini, diharapkan masyarakat semakin paham akan tujuan dunia untuk kebaikan iklim masa depan. Yuk, mulai upayakan hal-hal kecil sejak dini untuk menyelamatkan iklim.

Baca Juga: Perubahan Iklim Nyata! Gelombang Panas Tewaskan 25 Orang di India

Topik:

  • Bella Manoban
  • Langgeng Irma Salugiasih
  • Stella Azasya

Berita Terkini Lainnya