Kunjungan Paus Leo ke Lebanon Diakhiri Misa di Lokasi Ledakan 2020

- Paus kunjungi rumah sakit dan lokasi ledakan
- Keluarga korban tuntut keadilan yang tertunda lima tahun
- Warga Lebanon sambut kunjungan Paus sebagai harapan baru
Jakarta, IDN Times - Paus Leo XIV menutup kunjungannya ke Lebanon pada Selasa (2/12/2025), dengan agenda penting yang menyoroti luka mendalam bangsa itu. Ia melakukan kunjungan ke rumah sakit dan lokasi ledakan Pelabuhan Beirut 2020.
Ledakan yang menewaskan 218 orang tersebut hingga kini menjadi simbol gagalnya sistem pemerintahan dan krisis yang belum pulih, seperti dilansir dari ABC News.
Dalam kesempatan itu, Paus dijadwalkan bertemu keluarga sejumlah korban yang selama lima tahun terakhir memperjuangkan penegakan hukum. Mereka mengeluhkan proses penyelidikan yang terus terhambat dan tidak menghasilkan satu pun vonis pejabat.
Kedatangan Paus disambut harapan baru, terutama setelah ia menyerukan pencarian kebenaran sebagai fondasi perdamaian dan rekonsiliasi nasional. Pesan tersebut ia sampaikan pada awal kunjungannya, di tengah krisis politik dan ekonomi yang terus menjerat Lebanon.
Ribuan warga Lebanon menyambut hangat kehadiran Leo XIV, yang menjadi paus pertama yang berhasil berkunjung dalam beberapa tahun terakhir setelah rencana kunjungan Paus Fransiskus tertunda karena krisis berkepanjangan dan kondisi kesehatannya.
1. Paus kunjungi rumah sakit dan menemui keluarga korban ledakan
Paus mengawali hari terakhirnya dengan kunjungan ke Rumah Sakit De La Croix, sebuah fasilitas kesehatan yang menangani pasien dengan gangguan psikologis. Kedatangannya disambut pemandangan unik ketika sekelompok anak-anak berdandan sebagai Garda Swiss, para kardinal, dan bahkan satu anak mengenakan busana serba putih seperti Paus.
Di rumah sakit ini, Paus menyampaikan pesan dukungan moral bagi para pasien dan tenaga kesehatan. Kunjungannya menjadi simbol komitmen untuk mendampingi kelompok rentan yang turut terdampak berbagai krisis Lebanon.
Agenda berlanjut dengan kunjungan ke lokasi ledakan Pelabuhan Beirut, tempat Paus dijadwalkan bertemu sejumlah keluarga korban. Mereka menantikan komitmen moral Gereja Katolik terhadap perjuangan panjang yang belum membuahkan hasil sejak 2020.
Paus juga diharapkan memberikan doa bersama untuk memperingati korban serta mendukung upaya warga Lebanon yang menuntut transparansi dan akuntabilitas.
2. Keluarga korban tuntut keadilan yang tertunda lima tahun
Di antara keluarga yang dijadwalkan bertemu Paus adalah Mireille Khoury, ibu dari Elias, remaja 15 tahun yang tewas dalam ledakan. Khoury menegaskan, luka Lebanon tak akan pulih tanpa keadilan yang ditegakkan secara tuntas.
Ia menjadi salah satu suara paling lantang dalam mendorong penyelesaian penyelidikan yang menyeret sejumlah pejabat politik, keamanan, dan yudisial. Menurutnya, tanggung jawab negara belum terpenuhi karena ledakan terjadi akibat kelalaian penyimpanan bahan berbahaya di dekat kawasan permukiman.
“Anak-anak kami tewas di rumah mereka. Mereka tewas karena seseorang menyimpan amonium nitrat di pelabuhan,” kata Khoury dalam wawancara dengan AP. Pernyataannya mencerminkan kemarahan kolektif keluarga korban yang selama bertahun-tahun menghadapi hambatan hukum.
Khoury menyambut kehadiran Paus sebagai dukungan spiritual, namun menegaskan bahwa doa tidak akan menghapus kemarahan hingga keadilan benar-benar ditegakkan.
3. Warga Lebanon sambut kunjungan Paus sebagai harapan baru
Masyarakat Lebanon menyambut Paus dengan antusias sejak sebelum misa akbar digelar di tepi laut Beirut. Ribuan orang memadati kawasan itu, membawa harapan bahwa kunjungan Paus dapat memberi dorongan moral bagi bangsa yang didera krisis bertahun-tahun.
Banyak warga meyakini bahwa kunjungan Leo XIV dapat mendorong perhatian internasional terhadap berbagai problem Lebanon, mulai dari dampak perang Hizbullah–Israel hingga runtuhnya sistem politik.
“Untuk Lebanon, ini berarti sangat besar,” ujar Maggie Claudine, seorang peziarah yang menunggu di rumah sakit.
“Kami berharap perdamaian akhirnya menang,” sambungnya.
Kunjungan ini ditutup dengan misa besar sebelum Paus kembali ke Roma, membawa pesan perdamaian dan dorongan agar Lebanon menapaki jalan menuju keadilan dan pemulihan nasional.


















