Sidang Umum PBB ke-80, Indonesia Angkat Isu Palestina dan Reformasi

- Agenda padat selama High Level Week: Indonesia akan ikut aktif mendorong solusi yang adil dan berkelanjutan untuk Palestina
- Isu strategis yang akan diangkat Indonesia: Dinamika global, serangan terhadap negara berdaulat, dan isu Palestina menjadi perhatian utama Indonesia
Jakarta, IDN Times - Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun ini menjadi momen penting karena bertepatan dengan peringatan 80 tahun berdirinya organisasi internasional tersebut. Ajang ini dipandang bukan sekadar agenda tahunan, melainkan kesempatan untuk meninjau kembali relevansi PBB di tengah dinamika global yang penuh tantangan.
Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kemlu RI, Tri Tharyat menegaskan, situasi global saat ini membutuhkan refleksi mendalam. “Sidang Majelis Umum memang rutin setiap tahun. Namun, momentum 80 tahun ini sangat berbeda. Kita perlu mereview apakah PBB masih relevan dengan tantangan dunia sekarang, terutama saat kepercayaan terhadap multilateralisme makin tergerus,” ujar Tri dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (11/9/2025).
Sidang tahun ini resmi dibuka pada 9 September 2025, sementara high level week akan dimulai pada 22–29 September 2025. Agenda utama yang paling ditunggu adalah debat umum yang dimulai 23 September, di mana 193 negara anggota berkesempatan menyampaikan pandangan.
Hingga kini tercatat 145 pemimpin dunia sudah memastikan hadir, termasuk 137 kepala negara/pemerintahan, lima wakil presiden, dan tiga wakil perdana menteri.
“Angka ini hampir pasti bertambah menjelang pelaksanaan high level week. Bagi negara yang tidak dihadiri pemimpin tertinggi, biasanya diwakili oleh menteri luar negeri,” kata Tri.
1. Agenda padat selama High Level Week

Tri menjelaskan, high level week tahun ini menjadi salah satu yang paling padat dalam sejarah. Total terdapat 176 pertemuan resmi dan nonresmi, mencakup 11 agenda resmi PBB, sembilan agenda resmi tambahan, serta 13 forum di luar PBB seperti ASEAN, BRICS, Gerakan Nonblok, hingga Group of 77.
“Ini bukan hanya forum pidato. Dalam satu minggu, ada puluhan agenda yang membahas isu global dari berbagai sisi. Jadi, momentum diplomasi di New York sangat intensif,” kata Tri.
Menurutnya, kehadiran Indonesia dalam berbagai segmen menunjukkan kapasitas diplomasi Indonesia di dunia internasional. Selain itu, terdapat 114 side events dan berbagai kegiatan bilateral yang disiapkan. Tri menekankan, ini adalah ruang penting untuk memperkuat kerja sama lintas isu dan menggalang dukungan untuk inisiatif Indonesia.
“Undangan Indonesia masuk ke semua level, dari kepala negara sampai tingkat pakar. Artinya, peran Indonesia diakui di banyak jalur diplomasi,” tambahnya.
Salah satu agenda yang disebut krusial adalah pertemuan tingkat tinggi mengenai solusi dua negara pada 22 September siang. “Pertemuan itu strategis, terutama di tengah situasi Palestina yang masih jauh dari penyelesaian. Indonesia akan ikut aktif mendorong solusi yang adil dan berkelanjutan,” ujar Tri.
2. Isu strategis yang akan diangkat Indonesia

Meski isi pidato Presiden RI belum bisa dibocorkan, Tri memberi gambaran tentang isu-isu prioritas. “Yang menonjol adalah dinamika global, khususnya serangan terhadap negara berdaulat, seperti yang baru-baru ini dialami Qatar. Isu Palestina tentu akan menjadi perhatian utama Indonesia,” katanya.
Tri menambahkan, Presiden Prabowo Subianto akan menyampaikan pesan mengenai perlunya reformasi multilateralisme agar lebih adaptif dengan kondisi saat ini. “Reformasi sistem multilateral itu penting, supaya PBB bisa lebih responsif, lebih inklusif, dan tidak didikte oleh segelintir negara besar,” ujarnya.
Selain itu, Indonesia akan mengangkat peran negara-negara Global South dalam tata dunia internasional. “Semangat Bandung akan kita bawa. Kita ingin memastikan suara negara-negara berkembang tidak terpinggirkan dalam pengambilan keputusan global,” ujar Tri.
Delegasi Indonesia juga disebut akan memanfaatkan momen ini untuk mendorong visi pembangunan nasional melalui Asta Cita. Menurut Tri, ini adalah kesempatan untuk mengaitkan prioritas domestik dengan agenda internasional.
3. Momentum diplomasi Indonesia di panggung dunia

Selain isu politik dan keamanan, Tri mengungkapkan bahwa delegasi Indonesia akan aktif dalam pertemuan tematik yang membahas perubahan iklim, kesehatan mental, penghapusan senjata nuklir, pemanfaatan energi nuklir, hingga pemberdayaan pemuda.
“Isu-isu ini sangat relevan dengan kepentingan Indonesia dan dunia. Dengan berpartisipasi aktif, kita tidak hanya menunjukkan solidaritas, tapi juga kepemimpinan,” kata Tri.
Presiden RI dijadwalkan menjadi pembicara ketiga dalam debat umum, sesuai tradisi yang menempatkan Brasil sebagai pembicara pertama dan Amerika Serikat kedua. “Ini prosedur yang sudah berjalan sejak PBB berdiri, dan Indonesia menghormatinya,” ujar Tri.
Tri juga menyebut kehadiran Dubes RI yang baru dilantik untuk PBB di New York, Umar Hadi, akan memperkuat koordinasi lapangan. “Beliau akan menjadi komandan di lapangan, memastikan delegasi kita terorganisasi dengan baik dalam menghadapi agenda yang sangat padat,” tuturnya.