Ngeri! China Disebut Mampu Tenggelamkan Kapal Induk AS

- Simulasi konflik memperlihatkan kerentanan Ford dalam serangan besar.
- Spesifikasi Ford menunjukkan nilai strategis yang sangat besar.
- China mengembangkan kemampuan serang khusus untuk skenario Taiwan.
Jakarta, IDN Times – New York Times merilis temuan dari laporan rahasia Pentagon bertajuk Overmatch Brief pada Senin (8/12/2025). Dokumen tahunan yang disusun oleh Kantor Evaluasi Operasional di bawah Kantor Sekretaris Pertahanan itu memetakan berbagai persoalan militer penting untuk para pejabat senior Gedung Putih. Laporan tersebut juga memasukkan proyeksi simulasi konflik antara pasukan Amerika Serikat (AS) dan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA).
Dari simulasi itu, China digambarkan mampu memukul mundur senjata tercanggih milik AS sebelum mendekati Taiwan. Skenario itu menunjukkan pasukan Washington berpeluang kalah bila terlibat langsung dalam serangan China ke wilayah tersebut. Laporan itu bahkan menyebut kapal induk paling baru milik Angkatan Laut AS, USS Gerald R. Ford (CVN-78), berpotensi hilang dalam bentrokan semacam itu.
Menurut laporan National Security Journal yang mengutip New York Times, Overmatch Brief menjadi dokumen resmi pertama dari pihak militer AS yang secara terbuka mengakui keunggulan PLA dalam skenario itu. Laporan yang bocor ke publik tersebut dinilai konsisten dan mengejutkan karena memaparkan banyak temuan sensitif.
1. Simulasi konflik memperlihatkan kerentanan Ford dalam serangan besar

New York Times juga memberikan gambaran lebih rinci mengenai isi Overmatch Brief yang bocor itu. Laporan tersebut menyatakan bahwa pasukan China mampu menenggelamkan kapal induk USS Gerald R. Ford dalam berbagai skenario terkait Taiwan. Dalam sejumlah simulasi, kapal induk itu dihantam sebelum kekuatan udara AS sempat memberikan pengaruh signifikan.
Dalam simulasi yang digambarkan, kombinasi rudal balistik anti-kapal jarak jauh, rudal jelajah, serta kendaraan luncur hipersonik digunakan bersamaan dengan serangan elektronik dan siber yang menyerupai aktivitas Volt Typhoon. Setelah sistem satelit pengawasan dan navigasi berhasil diganggu, serangan rudal anti-kapal dalam jumlah besar membanjiri pertahanan kelompok kapal induk tersebut sehingga Ford akhirnya tenggelam atau tak lagi mampu mengoperasikan pesawat.
2. Spesifikasi Ford menunjukkan nilai strategis yang sangat besar

Dilansir dari Army Recognition, USS Gerald R. Ford merupakan kapal induk tercanggih yang dimiliki Angkatan Laut AS. Bobotnya mencapai sekitar 100 ribu ton dan menggunakan dua reaktor nuklir A1B sebagai sumber tenaga, sementara dek penerbangannya memiliki panjang sekitar 333 meter.
Kapal induk ini dirancang membawa lebih dari 75 pesawat tempur dan didukung sistem peluncur pesawat Electromagnetic Aircraft Launch System, perangkat penahan Advanced Arresting Gear, serta radar generasi terbaru. Proyek pembangunan kapal itu menelan biaya sekitar 12,8 miliar dolar AS (setara Rp213,6 triliun).
3. China mengembangkan kemampuan serang khusus untuk skenario Taiwan

China terus memperkuat kemampuan militernya khusus untuk menghadapi situasi di Taiwan. Upaya itu mencakup pengembangan rudal balistik anti-kapal seperti DF-21D dan DF-26, armada pesawat H-6K untuk serangan jarak jauh di laut, serta jaringan pengintaian tambahan. China juga dilaporkan telah mengumpulkan hingga 600 senjata hipersonik, yang mampu melaju minimal lima kali kecepatan suara dan bermanuver di udara sehingga sulit dicegat. Senjata tersebut dilengkapi dengan rudal anti-kapal yang dapat dilepas dari kapal perang, kapal selam, maupun pesawat tempur.
Overmatch Brief juga menyoroti sejumlah persoalan di tubuh militer AS. Washington dianggap terlalu mengandalkan platform mahal dan mudah diserang seperti kapal induk dan satelit utama, padahal persenjataan murah yang diproduksi massal bisa mengatasinya. Belanja pertahanan AS saat ini berada di kisaran 3,4 persen dari PDB, yang menjadi tingkat terendah dalam sekitar 80 tahun. Karena itu, laporan tersebut mendorong AS beralih ke platform yang lebih tersebar, mempercepat produksi amunisi, memperkuat pangkalan, membangun komunikasi yang tahan gangguan, serta memberi peran lebih luas untuk kapal tak berawak dan kapal kecil agar mampu menghadapi potensi kerugian besar.
















