Suriah Keluarkan Surat Perintah Penangkapan terhadap Bashar al-Assad

- Undang-undang Suriah perlu direvisi guna menuntut Assad dan kroninya.
- Ratusan pejabat dan aparat keamanan rezim Assad telah ditangkap.
- Ratusan ribu orang tewas selama 14 tahun perang saudara di Suriah.
Jakarta, IDN Times - Seorang hakim Suriah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap mantan diktator Bashar al-Assad terkait peristiwa di Daraa pada 2011. Langkah ini menjadi tindakan hukum pertama terhadap Assad oleh negara yang pernah ia pimpin selama 24 tahun.
Hakim Tawfiq al-Ali menjelaskan, surat perintah tersebut dikeluarkan pada Sabtu (27/9/2025), atas tuduhan pembunuhan berencana, penyiksaan yang menyebabkan kematian, dan perampasan kebebasan. Gugatan ini diajukan oleh keluarga korban peristiwa di Daraa, kota yang menjadi titik awal pemberontakan rakyat Suriah terhadap rezim Assad.
“Keputusan pengadilan ini membuka pintu bagi surat perintah tersebut untuk diedarkan melalui Interpol dan kasus ini dapat dilanjutkan secara internasional,” kata hakim kepada kantor berita SANA.
1. Undang-undang Suriah perlu direvisi guna menuntut Assad dan kroninya
Dilansir dari The National, seorang pejabat Suriah yang terlibat dalam penuntutan dugaan kejahatan rezim sebelumnya mengatakan bahwa surat perintah penangkapan tersebut merupakan langkah sementara sampai tersedianya mekanisme hukum untuk menuntut Assad dan para letnannya.
“Undang-undang hukum saat ini tidak memuat ketentuan mengenai kejahatan terhadap kemanusiaan. Assad berdasarkan undang-undang saat ini mungkin juga memiliki kekebalan dari penuntutan," tutur pejabat tersebut.
Menurutnya, langkah yang lebih komprehensif untuk menuntut Assad, termasuk melalui kerja sama dengan Interpol, baru bisa dilakukan setelah undang-undang direvisi guna menutup celah hukum serta mengakomodasi besarnya dugaan kejahatan yang terjadi selama perang saudara 2011-2024.
2. Ratusan pejabat dan aparat keamanan rezim Assad telah ditangkap
Assad kabur ke Rusia pada Desember 2024 setelah kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS) melancarkan serangan kilat selama 11 hari yang mengakhiri lima dekade kekuasaan diktator Partai Baath. Setelah penggulingannya, pemerintahan sementara yang dipimpin oleh Presiden Ahmad al-Sharaa berjanji akan membentuk pengadilan khusus bagi mereka yang melakukan kejahatan terhadap warga Suriah di bawah rezim Assad.
Dalam 10 bulan terakhir, ratusan mantan pejabat dan aparat keamanan telah ditangkap. Namun, jajaran elit tertinggi rezim sebelumnya masih belum tersentuh karena sebagian besar berlindung di Rusia.
Sementara itu, aksi balas dendam terus terjadi hampir setiap hari di Suriah, menargetkan kalangan bawah dan mereka yang dicap kolaborator. Kekerasan juga menimpa komunitas Alawi, kelompok minoritas asal Assad yang selama ini dikenal sebagai pilar pendukung rezim diktator tersebut.
3. Ratusan ribu orang tewas selama 14 tahun perang saudara di Suriah
Dilansir dari The New Arab, pemberontakan di Suriah dimulai dengan demonstrasi damai pada 2011, setelah sejumlah anak sekolah di Daraa ditangkap dan disiksa karena membuat grafiti antirezim. Pasukan Assad kemudian mengepung kota tersebut dan memutus komunikasi, air, listrik, serta pasokan kebutuhan, sambil melakukan penggerebekan dari rumah ke rumah dan penangkapan massal.
Salah satu peristiwa paling menghebohkan adalah penyiksaan dan pembunuhan Hamza Ali al-Khateeb, bocah berusia 13 tahun yang menjadi simbol kebrutalan rezim Assad.
Penindasan terhadap aksi damai di berbagai wilayah Suriah kemudian memicu perang saudara selama 14 tahun, menewaskan ratusan ribu orang dan membuat jutaan lainnya mengungsi. Tindakan keras Assad juga mencakup serangan senjata kimia, bom barel, dan penyiksaan sistematis di penjara.
Sedikitnya 24.200 tahanan Suriah dibebaskan setelah lengsernya Assad, sementara lebih dari 100 ribu orang masih hilang dan diduga tewas. Lebih dari 1 juta pengungsi Suriah di luar negeri juga telah kembali ke tanah air.