Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Suriah Bentuk Komite Khusus Selidiki Kekerasan Berdarah di Sweida

Ilustrasi Bendera Suriah (freepik.com/wirestock)
Ilustrasi Bendera Suriah (freepik.com/wirestock)
Intinya sih...
  • Wilayah Sweida didominasi oleh komunitas Druze yang terkejut dengan bentrokan sengit antara kelompok bersenjata Druze dan militan suku Bedouin mayoritas Sunni.
  • Sebanyak 426 orang tewas dalam rentang waktu 13-20 Juli 2025. Lebih dari 176 ribu penduduk mengungsi ke Dar’a dan Rural Damascus, menyebabkan rumah sakit kelebihan kapasitas.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Suriah mengumumkan pembentukan komite khusus guna menyelidiki kerusuhan sektarian di provinsi Sweida yang terjadi selama pertengahan Juli lalu. Langkah ini diambil setelah ratusan jiwa meninggal dunia dalam rentetan bentrok antarkelompok, sehingga menjadi perhatian internasional atas kondisi keamanan dan perlindungan warga sipil.

Pernyataan resmi dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman Muzher al-Wais pada Kamis (31/7/2025), menjelaskan bahwa tim beranggotakan tujuh orang terdiri dari hakim, pengacara, dan pejabat militer akan menelusuri penyebab utama insiden berdarah di Sweida.

1. Kronologi pecahnya bentrokan berdarah di Sweida pada Juli 2025

Wilayah Sweida yang didominasi komunitas Druze dikejutkan oleh bentrokan sengit antara kelompok bersenjata Druze dengan militan suku Bedouin yang mayoritas Sunni. Akar masalah bermula dari penculikan pedagang Druze oleh kelompok Bedouin yang memicu aksi balas dendam dan adu kekuatan bersenjata di berbagai titik kota.

“Ketegangan antara kelompok tersebut memang telah lama terjadi dan sering meletup akibat perebutan lahan serta sumber daya,” menurut laporan Pemerintah Suriah, dilansir Arab News.

Pemerintah Suriah menerjunkan pasukan keamanan pada Senin (14/7/2025) untuk mencoba meredakan situasi. Namun, bentrokan justru semakin meluas. Pihak Israel bahkan melakukan serangan udara pada Selasa (15/7/2025) ke beberapa posisi militer Suriah sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Druze.

2. Dampak korban jiwa, pengungsian, dan krisis kemanusiaan

Badan pemantau hak asasi manusia Suriah (SNHR) melaporkan bahwa sepanjang rentang waktu 13-20 Juli 2025, korban tewas telah mencapai sedikitnya 426 orang, termasuk di antaranya tujuh anak dan beberapa tenaga kesehatan.

“Sebagian besar korban meninggal akibat serangan artileri, penembak jitu, hingga eksekusi singkat di lokasi kejadian,” ujar seorang dokter di Rumah Sakit Nasional Sweida, dikutip dari Le Monde.

Akibat konflik tersebut, lebih dari 176 ribu penduduk terpaksa mengungsi ke Dar’a dan Rural Damascus seperti dilaporkan Kantor Koordinasi Kemanusiaan PBB (OCHA). Rumah sakit di kota Sweida mengalami kelebihan kapasitas dan kekurangan tenaga medis.

“Memastikan perlindungan dan akses medis terhadap warga menjadi tanggung jawab kemanusiaan seluruh pihak,” kata Dr. Christina Bethke dari WHO.

3. Mandat komite investigasi dan janji transparansi pemerintah

Pendirian komite investigasi diumumkan Menteri Kehakiman Suriah melalui dekrit resmi. Komite ini mendapat mandat untuk menggali setiap laporan kekerasan terhadap warga sipil serta menyeret pelaku ke pengadilan.

“Komite ini akan mengusut segala penyebab, menyoroti setiap insiden dan melaporkan hasil penyelidikan dalam tempo tiga bulan,” ujar Muzher al-Wais.

Melansir Times of Israel, segala temuan serta nama pelaku akan diserahkan kepada otoritas peradilan Suriah untuk proses hukum lanjutan. Penyelidikan ini diharapkan bisa mengakhiri siklus kekerasan dan memberikan rasa keadilan kepada masyarakat Sweida.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us