Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Taiwan Sebut Latihan Militer China adalah Aksi Propaganda

Ilustrasi bendera Taiwan. (unsplash.com/Winston Chen)
Intinya sih...
  • Anggota parlemen Taiwan ragu latihan militer China adalah langkah invasi
  • Latihan militer terbaru China dianggap sebagai aksi propaganda oleh Chen Yeong-kang
  • Chen mendorong disusunnya undang-undang strategi keamanan nasional yang mencakup aspek ekonomi, energi, dan infrastruktur

Jakarta, IDN Times – Anggota parlemen Taiwan, Chen Yeong-kang, menyatakan keraguannya terhadap kemungkinan China melakukan invasi mendadak dengan dalih latihan militer. Ia menilai, latihan militer terbaru China tidak lebih dari aksi propaganda.

"Tidak mungkin bagi Beijing untuk sekadar mengubah latihan menjadi invasi skala penuh, karena hal itu memerlukan serangkaian operasi yang sangat berbeda, termasuk dukungan lanjutan dan serangan amfibi,” kata Chen, dikutip dari Nikkei Asia, Senin (14/4/2025).

Pernyataan Chen disampaikan beberapa hari setelah militer China meluncurkan latihan besar yang mencakup simulasi tembakan langsung. Beberapa analis menilai, latihan semacam itu bisa digunakan sebagai kedok untuk memulai serangan atau blokade yang sesungguhnya.

1. Taiwan nilai serangan mendadak sangat sulit

Militer China di pangkalan pelatihan Shenyang di Tiongkok, 24 Maret 2007. (commons.wikimedia.org/public domain free to use)

Chen, yang merupakan pensiunan Kepala Angkatan Laut Taiwan, mengatakan bahwa serangan mendadak semacam itu akan sangat sulit dilakukan oleh China. Ia mengatakan bahwa memindahkan pasukan dari kapal ke darat bukanlah perkara mudah.

"Jika Anda mencoba melakukan pendaratan amfibi, Anda perlu membangun pangkalan pantai dan garis depan. Jika hanya ada satu jalur kontak ke daerah pedalaman, itu bukan strategi, itu naif," tambahnya.

Chen juga mendorong disusunnya undang-undang strategi keamanan nasional yang mencakup aspek ekonomi, energi, dan infrastruktur, selain operasi militer. Ia tengah mengusulkan rancangan undang-undang yang mewajibkan cabang eksekutif menyerahkan rencana strategis tersebut kepada parlemen.

2. Latihan sebagai peringatan untuk Taiwan

Bendera China. (pixabay.com/PublicDomainPictures)

Latihan militer China yang digelar pada 3 April lalu, dengan nama "Strait Thunder", mencakup simulasi serangan terhadap pelabuhan utama dan fasilitas energi di Taiwan. Latihan ini dilakukan bersamaan dengan meningkatnya retorika agresif terhadap Presiden Taiwan, Lai Ching-te, yang oleh Beijing dijuluki sebagai parasit dan separatis.

“Latihan tersebut dimaksudkan sebagai peringatan serius dan bentuk pengekangan terhadap kekuatan separatis kemerdekaan Taiwan,” demikian pernyataan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA), dikutip dari BBC.

Sementara itu, Kantor Kepresidenan Taiwan menyatakan kecaman keras terhadap aksi provokatif tersebut. Mereka menyebut latihan militer China sebagai tindakan yang kian rutin di tengah memburuknya hubungan lintas selat.

3. Ketegangan China-Taiwan kian meningkat

Ilustrasi bendera Taiwan. (unsplash.com/Roméo A.)

China terus meningkatkan tekanan terhadap Taiwan, yang mereka anggap sebagai wilayah yang harus direbut kembali, bahkan jika perlu dengan kekerasan. Taiwan sendiri menolak klaim tersebut.

Pejabat Taiwan memperingatkan bahwa China kemungkinan akan menggelar lebih banyak latihan militer sepanjang tahun ini, terutama menjelang momen-momen penting seperti peringatan pelantikan Presiden Lai atau Hari Nasional Taiwan pada Oktober mendatang.

Namun, bagi militer Taiwan, manuver China juga membuka peluang. Setiap latihan militer yang digelar PLA menjadi ajang untuk mempelajari pola pergerakan mereka, guna meningkatkan kesiapan menghadapi kemungkinan serangan nyata.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us