Tragedi Longsor dan Banjir Korea Selatan Usai Hujan 17 Jam, 18 Tewas

- Hujan deras selama 17 jam memicu banjir dan tanah longsor di Korea Selatan, menewaskan 18 orang.
- Gapyeong mencatat rekor curah hujan harian tertinggi, menyebabkan kerusakan pada bangunan publik, fasilitas swasta, dan lahan pertanian.
- Presiden Lee Jae Myung memerintahkan respons menyeluruh terhadap bencana tersebut dan menjanjikan negara yang lebih aman.
Jakarta, IDN Times - Tak ada wilayah yang luput dari bencana alam di dunia. Bahkan, negara maju sekalipun tak bisa menanggulanganinya.
Hujan deras selama berhari-hari yang memicu banjir dan tanah longsor di Korea Selatan menewaskan sedikitnya 18 orang. Dari pernyataan Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan, Senin (21/7/2025), sembilan orang masih hilang hingga Minggu malam (20/7/2025).
Sementara itu, warga di daerah yang paling parah terdampak masih syok. Di Gapyeong, sekitar 62 kilometer di timur laut Seoul, beberapa warga mengenang pengalamannya lolos dari banjir setelah hujan deras mengguyur daerah tersebut selama 17 jam.
1. Tinggi air hingga leher orang dewasa
Gapyeong termasuk di antara sejumlah tempat yang mencatat rekor curah hujan harian tertinggi dalam satu hari. Wilayah ini memecahkan rekor curah hujan harian nasional sebelumnya, yaitu 156,3 mm pada 30 September 1998 lalu.
"Tanah di bawah saya amblas, dan air naik setinggi leher. Untungnya, ada pipa besi di dekat sini. Saya berpegangan sekuat tenaga," kata Ahn Gyeong-bun, pemilik restoran yang hampir hancur total sambil terisak.
Dikutip Channel News Asia, dua orang tewas dan empat lainnya hilang setelah tanah longsor melanda rumah-rumah di sekitar Gapyeong serta banjir menyapu kendaraan hingga kemarin. Bagi mereka yang masih bertahan seperti Ahn, masa depan yang tidak pasti menanti. Bahkan, pria berusia 65 tahun itu sudah pasrah karena beberapa kulkas restoran hanyut terbawa banjir.
"Saya sudah menjalankan restoran ini selama 10 tahun. Apa yang harus saya lakukan sekarang?" kata Ahn, sambil berdiri di samping bangunannya yang rusak parah dan bertengger di samping sungai yang masih meluap.
2. Lahan pertanian rusak
Di seluruh Korea Selatan, kerusakan akibat hujan telah dilaporkan terjadi pada 1.999 bangunan publik dan 2.238 fasilitas swasta, termasuk pertanian, berdasarkan pernyataan Kementerian Dalam Negeri.
Meskipun hujan telah mereda, Badan Cuaca Nasional kini telah mengeluarkan peringatan gelombang panas.
3. Respons menyeluruh dari pemerintah

Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung, telah memerintahkan respons menyeluruh terhadap bencana tersebut. Lee berharap seluruh pihak yang terkait bisa menangani situasi sesuai karakteristik regiona masing-masing.
Lee, yang menjabat pada Juni 2025, telah berjanji untuk membuat negara lebih aman dan mencegah terulangnya bencana dalam beberapa tahun terakhir yang sering disalahkan atas kurangnya respons dari pihak berwenang.
"Karena hujan lebat lokal telah menjadi hal yang biasa, tindakan khusus berdasarkan karakteristik regional sangat dibutuhkan. Jika ditemukan kelalaian atau kesalahan serius dalam disiplin pegawai negeri sipil, kami akan meminta pertanggungjawaban mereka dan tindakan menyeluruh akan diambil untuk mencegah terulangnya kejadian serupa," kata Kang Yu-jung, juru bicara kantor Lee.