Menaker Lepas Dua Ribu Peserta Magang ke Jepang

- Menteri Ketenagakerjaan melepas 2.000 peserta program pemagangan ke Jepang.
- Pemerintah memiliki tanggung jawab konstitusional dalam membuka dan memperluas lapangan kerja bagi seluruh warga negara.
- Menaker menyampaikan pesan khusus kepada para peserta magang melalui empat nilai utama yang ia rumuskan dalam konsep STAR, yaitu Santun, Tangguh, Adaptif, dan Rajin.
Jakarta, IDN Times - Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, melepas 2.000 peserta program pemagangan ke Jepang yang tergabung dalam Asosiasi Penyelenggara Pemagangan Luar Negeri (AP2LN) Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Bali dan Indonesia Timur. Acara ini berlangsung di Monumen Bajra Shandi, Denpasar, Bali, pada Kamis (13/11).
Dalam sambutannya, Yassierli menyampaikan rasa bangganya kepada para peserta yang telah berhasil melewati proses pembekalan dan persiapan untuk bekerja di Jepang. Ia menilai kesempatan ini merupakan momentum berharga untuk meningkatkan kualitas diri sekaligus membawa nama baik Indonesia di kancah internasional.
“Adik-adik semua adalah duta bangsa yang akan membawa nama baik Indonesia. Ini kesempatan luar biasa. Kalian sudah dibekali dengan pengetahuan dan pelatihan, maka manfaatkanlah kesempatan ini sebaik-baiknya,” ujar Yassierli.
1. Penyediaan lapangan kerja jadi tanggung jawab negara

Ia pun menegaskan, pemerintah memiliki tanggung jawab konstitusional dalam membuka dan memperluas lapangan kerja bagi seluruh warga negara. Salah satu wujud nyata dari tanggung jawab tersebut adalah melalui program pemagangan ke luar negeri.
“Kami dari pemerintah sangat paham, sangat sadar, bahwa lapangan kerja adalah tanggung jawab negara. Karena itu, program pemagangan, baik di dalam maupun luar negeri, menjadi perhatian serius kami. Pemerintah tidak diam, dan kami akan terus mendukung agar jumlah peserta magang meningkat dari tahun ke tahun,” tegasnya.
Selain program pemagangan ke luar negeri, pemerintah juga telah meluncurkan program magang dalam negeri bagi lulusan sarjana dan diploma. Program ini dirancang untuk memberikan pengalaman kerja dan keterampilan praktis bagi lulusan muda yang akan memasuki dunia kerja.
“Magang dalam negeri sudah kita launching untuk lulusan sarjana dan diploma. Alhamdulillah, lowongan yang tersedia mencapai 85 ribu, ditambah batch pertama sekitar 20 ribu, sehingga target kita 100 ribu peserta magang dalam negeri. Tujuannya sama, menyiapkan lulusan kita agar siap bekerja dan berdaya saing,” jelas Menaker.
2. Tingkatkan nilai tambah dari potensi lokal

Menurut Yassierli, program magang bukan sekadar tentang memperoleh uang saku, melainkan tentang meningkatkan keterampilan, wawasan, dan karakter kerja yang unggul. Ia pun menyampaikan arah kebijakan pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja berbasis potensi lokal.
“Presiden menyampaikan bahwa lapangan kerja yang kita ciptakan harus berbasis pada keunggulan dan sumber daya daerah. Karena itu, pemerintah menjalankan berbagai program seperti MBG, penguatan 80 ribu koperasi, 1.000 kampung nelayan, dan hilirisasi nasional. Semuanya diarahkan untuk meningkatkan nilai tambah dari potensi lokal kita,” ujar Yassierli.
3. Sampaikan pesan khusus kepada para peserta magang

Sebagai penutup, Menaker menyampaikan pesan khusus kepada para peserta magang melalui empat nilai utama yang ia rumuskan dalam konsep STAR, yaitu Santun, Tangguh, Adaptif, dan Rajin.
Pertama, Santun, mencerminkan kepribadian khas bangsa Indonesia yang dikenal ramah dan sopan. “Orang Indonesia dikenal dengan kesantunannya. Dimanapun kalian berada, jagalah sikap, tutur kata, dan perilaku. Kesantunan adalah identitas kita yang harus dipertahankan,” pesannya.
Kedua, Tangguh, menggambarkan pentingnya kekuatan mental dan daya juang untuk menghadapi tantangan hidup di negeri orang. “Kalian tidak boleh jadi anak manja. Sukses di masa depan membutuhkan pengorbanan. Kesulitan pasti ada, tapi orang yang tangguh selalu punya prinsip: kalau orang lain bisa, saya juga bisa,” tegas Menaker.
Ketiga, Adaptif, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan budaya baru tanpa kehilangan jati diri sebagai orang Indonesia. “Kalian akan menghadapi budaya kerja dan kehidupan yang berbeda. Adaptiflah terhadap perubahan, tapi jangan sampai kehilangan nilai-nilai Indonesia. Jangan sampai pulang lebih Jepang dari orang Jepang,” ucapnya sambil tersenyum.
Keempat, Rajin, yang berarti memiliki semangat belajar sepanjang hayat. “Dunia terus berubah, teknologi terus berkembang. Mentalitas orang sukses adalah mentalitas pembelajar. Jangan pernah berhenti belajar hal baru,” katanya. (WEB)



















