Trump Bakal Tarik Ribuan Pasukan AS dari Suriah, Israel Ketar-Ketir

Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, bakal menarik ribuan pasukan AS dari wilayah Suriah. Rencana penarikan ini diungkap dalam sebuah pemberitaan media Israel, Kan, pada Selasa (28/1/2025).
“Pejabat senior Gedung Putih menyampaikan pesan kepada rekan-rekan mereka di Israel yang menunjukkan bahwa Presiden Trump bermaksud menarik ribuan tentara AS dari Suriah,” lapor media itu, sebagaimana yang dikutip Anadolu Agency.
Penarikan ribuan pasukan AS muncul hampir dua bulan setelah jatuhnya rezim Bassar Al Assad pada 9 Desember lalu. Di Suriah, pasukan AS mempertahankan eksistensinya untuk menjalankan misi kontra terorisme melawan kelompok ISIS.
1. Trump tak mau pasukan AS jadi umpan meriam
Trump tak memmberikan alasan spesifik terkait rencana penarikan terbarunya. Trump hanya menerangkan kepada politisi Partai Republik, Robert F Kennedy Jr, bahwa rencana penarikan di Suriah ditujukan agar pasukan AS tak jadi umpan meriam.
Kennedy mengatakan bahwa dalam percakapannya, Trump menaruh fokus pada pasukan Kurdi dan Turki di sepanjang perbatasan Suriah. Dua pihak ini sewaktu-waktu bisa menimbulkan konflik yang besar.
"Dia mengatakan kami memiliki 500 orang di perbatasan Suriah dan Turki, dan sebuah perkemahan kecil yang dibom. Dia mengatakan ada 750 ribu tentara di Turki. Ada 250 ribu militan di Suriah. Jika mereka saling berhadapan, kami akan berada di tengah," katanya.
Kennedy menyebut jawaban Trump yang tegas, yakni menarik pasukan tersebut.
2. Israel khawatir penarikan pasukan AS dari Suriah
Menurut media Kan, penarikan itu juga menimbulkan kekhawatiran bagi Israel. Sebab, pasukan AS berperan penting di kawasan itu.
Dilansir Al Arabiya, pasukan Israel kini berupaya untuk mempertahankan eksistensinya di kawasan Pegunungan Hermon. Pada Selasa, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa pihaknya akan bertahan di wilayah itu sampai batas waktu yang tak ditentukan.
"Kami tidak akan membiarkan pasukan musuh membangun pijakan di zona keamanan selatan Suriah, dari sini hingga poros Sweida-Damaskus. Kami akan bertindak melawan ancaman apa pun," kata Katz.
Israel memperluas pendudukannya di Dataran Tinggi Golan dengan merebut zona demiliterisasi di Gunung Hermon sejak Desember tahun lalu. Negara itu memanfaatkan masa pengambilalihan kekuasaan yang dilakukan oleh faksi Hayat Tahrir Al Sham (HTS).
3. Ketidakhadiran AS di Suriah dapat membuat ISIS lebih leluasa

Beberapa pengamat khawatir penarikan dan pemotongan bantuan keamanan di wilayah Suriah selama masa pemerintahan Trump akan membuat ISIS lebih leluasa untuk muncul. Trump telah menangguhkan bantuan ke wilayah itu selama 90 hari sejak awal memerintah.
Mantan Direktur Antiterorisme M16, Richard Barrett, mengatakan bahwa keberadaan pasukan AS untuk membantu Suriah Defence Force (SDF) di Suriah penting, terutama untuk menjaga fasilitas penahanan utama di al-Hol dan al-Roj. Di sisi lain, SDF belum membuat kesepakatan dengan pemerintah de facto di Suriah.
“Ini berarti ISIS melihat peluang untuk merekayasa pelarian sekitar 9 ribu pejuangnya yang ditahan di timur laut Suriah,” katanya, dilansir The Guardian.
Ia juga mengatakan bahwa SDF kini berharap agar 2 ribu pasukan AS di Suriah bisa tetap dipertahankan.