Trump Isyaratkan Terbuka pada Negosiasi Tarif Resiprokal

- Wall Street alami sesi terburuk sejak pandemik 2020.
- Donald Trump mengisyaratkan keterbukaan terhadap negosiasi tarif resiprokal dengan negara lain.
- Pasar saham AS anjlok akibat guncangan tarif timbal balik yang baru diumumkan.
Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengisyaratkan keterbukaan terhadap negosiasi tarif resiprokal yang ia umumkan Kamis, 3 April 2025. Trump 'melemah' usai pasar saham AS anjlok akibat guncangan tarif tersebut. Wall Street pun mengalami sesi terburuknya sejak periode pandemik 2020.
Presiden AS Donald Trump mengklaim akan terbuka untuk bernegosiasi dengan negara lain, untuk penawaran yang fenomenal. "Jika seseorang mengatakan bahwa kami akan memberi Anda sesuatu yang sangat fenomenal, selama mereka memberi kami sesuatu yang bagus," kata Trump, dilansir dari Euronews, Jumat (4/4/2025).
1. Pasar global ketakutan

Komentarnya muncul setelah beberapa pejabat Gedung Putih bersikeras tarif timbal balik yang baru diumumkan tidak dapat dinegosiasikan. Pernyataan itu malah menyebabkan pasar saham global anjlok, dan menghapus sekitar 2 triliun dolar AS atau setara Rp33.120 triliun.
Pengumuman tarif 'Hari Pembebasan' membuat pasar global ketakutan, karena investor khawatir perang dagang global habis-habisan dapat mendorong ekonomi dunia ke dalam resesi, atau bahkan Depresi Besar seperti pada 1920-an.
Trump mengumumkan tarif timbal balik yang menargetkan 180 negara sehari sebelumnya, dengan cakupan dan skala yang belum pernah terlihat dalam satu abad. Meskipun terjadi kekacauan, Trump bersikeras dampak ekonomi hanya akan bersifat sementara, dan pasar saham akan meningkat pesat.
2. Wall Street catat hari terburuk sejak 2020

Trump mengumumkan tarif dasar 10 persen untuk semua negara, dengan pungutan impor tambahan untuk beberapa negara yang dianggap sebagai pelanggar. Gedung Putih mengonfirmasi tarif dasar 10 persen akan berlaku pada 5 April 2025, sementara pungutan timbal balik akan berlaku pada 9 April, sehingga hanya menyisakan sedikit waktu untuk negosiasi.
Pasar saham AS mengalami aksi jual hebat yang belum pernah terlihat sejak 2020, ketika COVID-19 menyebabkan penguncian dan penutupan bisnis di seluruh dunia. Di antara saham teknologi besar, Apple memimpin kerugian, merosot 9,25 persen karena kekhawatiran tentang gangguan tarif pada rantai pasokan dan penjualan globalnya, khususnya di China.
3. Saham barang mewah Eropa anjlok

Sementara itu, pasar saham Eropa juga ditutup dengan warna merah kemarin. Pengumuman Trump tentang tarif 20 persen untuk barang-barang dari Uni Eropa memicu kekacauan.
Sebagai tanggapan, Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak para pebisnis Eropa menangguhkan investasi di AS. LVMH anjlok ke 5,62 persen, Hermes juga ke 3,51 persen, sedangkan Adidas anjlok hampir 12 persen karena eksposurnya yang luas ke pasar global.
AS merupakan pasar utama bagi merek-merek mewah Eropa ini, dengan tarif yang diperkirakan akan berdampak signifikan pada penjualan.