Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Klaim Dapat Dukungan Timur Tengah untuk Gempur Hamas

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump (Shealeah Craighead, Public domain, via Wikimedia Commons)
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump (Shealeah Craighead, Public domain, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Gencatan senjata di Gaza alami pelanggaran dan ketegangan baru
  • Trump desak Hamas serahkan senjata dan ubah arah politik Gaza
  • Negara-negara pertimbangkan kirim pasukan penjaga perdamaian ke Gaza
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan bahwa sejumlah negara di kawasan Timur Tengah telah menawarkan bantuan militer untuk menghadapi kelompok Hamas jika perjanjian gencatan senjata kembali dilanggar. Ia menyampaikan hal itu melalui unggahan di Truth Social pada Selasa (21/10/2025).

“Banyak SEKUTU KITA YANG SEKARANG HEBAT di Timur Tengah, dan wilayah sekitar Timur Tengah, telah dengan tegas dan kuat, dengan antusiasme besar, memberi tahu saya bahwa mereka akan menyambut kesempatan, atas permintaan saya, untuk masuk ke GAZA dengan kekuatan besar dan ‘meluruskan Hamas’ jika Hamas terus bertindak buruk, melanggar perjanjian mereka dengan kita,” tulis Trump di Truth Social.

Trump mengatakan dukungan itu menunjukkan komitmen kuat para sekutu untuk menjaga stabilitas kawasan. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Indonesia atas bantuan yang diberikan.

“Saya ingin berterima kasih kepada negara besar dan kuat Indonesia, dan pemimpinnya yang luar biasa, atas semua bantuan yang telah mereka tunjukkan dan berikan kepada Timur Tengah, dan kepada AS,” ujarnya, dikutip dari Al Jazeera.

Trump tidak menyebutkan nama negara lain yang memberikan tawaran serupa.

1. Gencatan senjata di Gaza alami pelanggaran dan ketegangan baru

ilustrasi bangunan hancur imbas perang (pexels.com/Ahmed akacha)
ilustrasi bangunan hancur imbas perang (pexels.com/Ahmed akacha)

Gencatan senjata yang dimediasi pemerintahan Trump sejak 10 Oktober 2025 dimaksudkan untuk menciptakan stabilitas di Gaza, wilayah Palestina yang terus dilanda konflik. Namun, laporan terbaru menyebut Israel telah menewaskan hampir 100 warga Palestina sejak kesepakatan itu dimulai. Israel berdalih para korban berada di zona militer yang tidak ditandai dengan jelas, sementara pengiriman bantuan kemanusiaan dibatasi hanya 986 truk dari target 6.600 truk.

Pada Minggu (19/10/2025), situasi semakin tegang setelah Israel melancarkan serangan udara yang menewaskan puluhan warga Palestina. Bantuan kemanusiaan juga dihentikan menyusul tewasnya dua tentara Israel di Rafah, Gaza selatan. Brigade Ezzedine al-Qassam, sayap militer Hamas, membantah keterlibatan dalam insiden itu dan menegaskan peristiwa terjadi di wilayah yang dikontrol Israel. Beberapa laporan AS justru menyebut dua tentara tersebut tewas akibat bom yang belum meledak.

Kondisi ini memperlihatkan rapuhnya gencatan senjata yang telah disepakati. Pembatasan bantuan dan ketidakjelasan batas zona militer menimbulkan kekhawatiran baru mengenai keberlanjutan perdamaian di Gaza. Banyak pihak menilai kekerasan yang terus berlangsung mengancam stabilitas regional dan dapat memicu konflik lebih luas.

2. Trump desak Hamas serahkan senjata dan ubah arah politik Gaza

Proposal perdamaian 20 poin yang digagas Trump berisi tuntutan agar Hamas menyerahkan seluruh persenjataannya dan tidak lagi terlibat dalam pemerintahan Gaza di masa depan. Ia memperingatkan keras terhadap pelanggaran atas kesepakatan tersebut.

“Mereka harus bersikap baik, dan jika tidak, kita akan pergi dan kita akan melenyapkan mereka,” kata Trump dalam pernyataannya, dikutip dari The Independent.

Ia menilai Hamas kini kehilangan sebagian besar dukungan dari negara seperti Iran, yang memperkuat posisi AS untuk menekan kelompok itu.

Sementara itu, Wakil Presiden AS, JD Vance, menyampaikan optimisme saat berbicara di Israel. “Kami melakukannya dengan sangat baik. Kami berada di posisi yang sangat baik,” ujarnya.

Ia mengusulkan pembentukan pasukan internasional guna membangun infrastruktur keamanan di Gaza sebelum pelucutan senjata Hamas dilakukan. Menurutnya, proses ini akan memerlukan waktu serta koordinasi intensif dengan berbagai pihak di kawasan.

3. Negara-negara pertimbangkan kirim pasukan penjaga perdamaian ke Gaza

ilustrasi militer (pexels.com/Somchai Komkamsri)
ilustrasi militer (pexels.com/Somchai Komkamsri)

Dilansir dari Newsweek, sejumlah negara yang sedang dipertimbangkan untuk membentuk pasukan penjaga perdamaian di Gaza masih berhati-hati karena khawatir akan terseret langsung dalam bentrokan dengan Hamas. Meski begitu, Indonesia dan beberapa negara lain telah menawarkan pengiriman pasukan penjaga perdamaian dengan tujuan mendukung pemulihan stabilitas tanpa rencana menghadapi Hamas secara langsung.

Untuk mempercepat rekonstruksi, Vance mengumumkan pendirian Civilian Military Co-operation Centre (CMCC), pangkalan militer yang dipimpin AS di Israel. Pusat tersebut beranggotakan sekitar 200 tentara dan bertugas mengoordinasikan bantuan serta pembangunan infrastruktur di Gaza, tanpa melibatkan kehadiran pasukan AS di wilayah itu.

Jared Kushner, menantu Trump, bersama utusan AS Steve Witkoff, mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk membahas langkah lanjutan gencatan senjata. Pertemuan itu dimaksudkan untuk memanfaatkan jaringan regional Kushner dalam memperkuat kerja sama dan mempercepat stabilisasi di Gaza.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

Gus Ipul Ucapkan Selamat Hari Santri Saat ke Sekolah Rakyat di Pontianak

22 Okt 2025, 19:31 WIBNews