Trump Usul Hukuman Mati bagi Migran yang Lakukan Tindakan Kriminal

Jakarta, IDN Times - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengunjungi Aurora, Colorado pada Jumat (11/10/2024) untuk menyampaikan pesan imigrasi yang keras.
Trump menggambarkan Aurora sebagai zona perang yang dikuasai oleh geng Venezuela. Ia melemparkan berbagai pernyataan kontroversial dan mengusulkan hukuman mati bagi para kriminal migran.
Klaim Trump langsung dibantah oleh pejabat setempat, termasuk Wali Kota Republik Aurora, Mike Coffman.
"Tidak ada kompleks apartemen yang berada di bawah kendali geng, kota ini tidak berada di bawah kendali geng Venezuela," tegas Coffman, dilansir dari NPR.
Kunjungan Trump ke Aurora menarik perhatian sekitar 10 ribu pendukungnya yang berkumpul di sebuah aula dekat bandara di Gaylord Rockies. Para pendukung menyatakan kegembiraan mereka untuk mendengar rencana Trump tentang perbatasan AS-Meksiko, imigrasi, dan masalah ekonomi.
1. Trump umumkan rencana Operasi Aurora dan hukuman mati bagi migran kriminal
Dalam pidatonya yang berlangsung hampir 90 menit, Trump mengumumkan rencana Operasi Aurora. Tujuannya adalah menangkap dan mendeportasi anggota geng migran tak berdokumen jika ia terpilih kembali sebagai presiden.
Trump mengatakan program ini akan didasarkan pada Undang-Undang Musuh Asing tahun 1798 yang memungkinkan presiden untuk menahan atau mendeportasi anggota negara musuh.
Lebih lanjut, Trump menyerukan hukuman mati bagi migran yang membunuh warga AS atau petugas penegak hukum.
"Penjahat kita seperti anak kecil dibandingkan dengan orang-orang ini. Mereka adalah orang-orang paling kejam di muka bumi," ujar Trump.
Trump juga berjanji akan melakukan operasi deportasi terbesar dalam sejarah AS. Ia mengatakan akan mencabut status perlindungan sementara yang memungkinkan warga Haiti tinggal di AS karena kemiskinan dan kekerasan yang meluas di negara asal mereka.
2. Pejabat setempat bantah klaim Trump tentang tingkat kejahatan imigran
Trump turut menggunakan bahasa yang merendahkan, menyebut migran sebagai binatang yang telah menyerbu dan menaklukkan Aurora. Ia juga mengklaim bahwa negara-negara lain mengosongkan penjara dan lembaga kesehatan mental mereka dan membuang penjahat terburuk mereka di AS.
Namun, klaim-klaim Trump ini bertentangan dengan temuan para peneliti. Peneliti berulang kali menemukan bahwa imigran, baik berdokumen atau tidak, tidak melakukan kejahatan dengan tingkat yang lebih tinggi daripada warga negara AS.
Gubernur Colorado, Jared Polis, dalam konferensi pers sebelum rapat umum Trump, mengakui bahwa ada korban kejahatan di Aurora. Namun, ia mencatat bahwa statistik menunjukkan kota tersebut telah menjadi lebih aman selama dua tahun terakhir. Polis mengatakan Trump mendistorsi kebenaran.
"Cara bicara Trump ini menunjukkan bahwa dia tidak memikirkan dampak ucapannya. Dia seperti tidak peduli perasaan siapa yang tersakiti atau apa akibat dari kata-katanya," ujar Polis.
3. Harris juga janji atasi masalah imigrasi
Sementara itu, Kamala Harris, calon presiden dari Partai Demokrat, mulai mengubah sikapnya tentang migran.
Dia kini menunjukkan diri sebagai pemimpin yang mampu mengontrol perbatasan dengan tegas. Langkah ini dianggap sebagai upaya Harris untuk mengatasi kritik bahwa dia terlalu lunak dalam masalah imigrasi.
Saat berkampanye di Scottsdale, Arizona, Harris mengecam cara Trump menangani masalah luar negeri. Menurutnya, Trump terlalu lemah terhadap Iran selama masa jabatannya. Harris juga menyatakan bahwa dia akan lebih giat melindungi kepentingan Israel dibandingkan Trump.
"Sebagai presiden, saya tidak akan ragu untuk mengambil tindakan apa pun yang diperlukan untuk membela pasukan dan kepentingan Amerika dari Iran dan teroris yang didukung Iran," kata Harris, dilansir dari Associated Press.