Warga Gaza Puji Keberanian Yahya Sinwar di Detik-Detik Terakhirnya

- Tewasnya pemimpin Hamas, Yahya Sinwar dalam baku tembak dengan pasukan Israel memicu beragam reaksi di kalangan warga Gaza.
- Banyak warga Gaza memandang kematian Sinwar sebagai contoh kepahlawanan dan keberanian, bahkan berencana menjadikan video kematian Sinwar sebagai bahan edukasi untuk anak-anak mereka.
- Meski banyak yang memuji, beberapa warga Gaza mengkritik keputusan Sinwar yang memicu perang berkepanjangan dengan Israel. Sejak serangan 7 Oktober 2023 yang dipimpin Sinwar, lebih dari 42 ribu warga Palestina tewas dalam serangan balasan Israel.
Jakarta, IDN Times - Tewasnya pemimpin Hamas, Yahya Sinwar dalam baku tembak dengan pasukan Israel pada Rabu (17/10/2024), memicu beragam reaksi di kalangan warga Gaza. Rekaman video yang dirilis militer Israel menampilkan momen-momen terakhir Sinwar, memperlihatkannya terluka parah namun masih berusaha melawan.
Dalam rekaman tersebut, terlihat seorang pria yang diklaim sebagai Sinwar berupaya melempar tongkat ke arah drone Israel yang memantaunya. Video ini dengan cepat menyebar luas di kalangan warga Palestina dan internasional.
Bagi sebagian besar pendukungnya, cara Sinwar meninggal dianggap sebagai bukti kepahlawanan. Sementara itu, pihak lain melihatnya sebagai akhir dari era kepemimpinannya yang telah memicu perang berkepanjangan dengan Israel.
1. Sinwar dinilai bertindak heroik hingga momen terakhirnya
Banyak warga Gaza memandang kematian Sinwar sebagai contoh kepahlawanan dan keberanian.
"Dia tewas sebagai pahlawan, menyerang bukan melarikan diri, menggenggam senapannya dan bertempur melawan tentara pendudukan di garis depan," ujar pernyataan Hamas, dilansir dari Reuters.
Adel Rajab, seorang ayah dua anak di Gaza, menyatakan kekagumannya.
"Dia mati mengenakan rompi militer, bertarung dengan senapan dan granat, dan ketika dia terluka dan berdarah, dia melawan dengan tongkat. Beginilah cara pahlawan mati," katanya.
Beberapa warga Gaza bahkan berencana menjadikan video kematian Sinwar sebagai bahan edukasi untuk anak-anak mereka.
"Saya akan menjadikan video ini tugas wajib untuk ditonton oleh anak-anak saya, dan cucu-cucu saya di masa depan," ungkap Ali, seorang sopir taksi berusia 30 tahun di Gaza.
Dr. Ziad Maqdad, seorang dokter berusia 65 tahun, berpendapat bahwa cara Sinwar meninggal membuktikan komitmennya terhadap perjuangan Palestina. Ia menilai hal tersebut sebagai suatu kehormatan besar bagi seorang pemimpin.
2. Sebagian warga Gaza kritik kepemimpinan Sinwar
Meski banyak yang memuji, beberapa warga Gaza mengkritik keputusan Sinwar yang memicu perang berkepanjangan dengan Israel. Sejak serangan 7 Oktober 2023 yang dipimpin Sinwar, lebih dari 42 ribu warga Palestina tewas dalam serangan balasan Israel.
"Banyak yang mungkin berduka atas kematian Sinwar, tapi saya dan sebagian besar warga Gaza tidak termasuk di dalamnya," ujar Omar Dajani, mantan penasihat hukum tim negosiasi Palestina, dilansir dari NBC News.
Beberapa warga khawatir kematian Sinwar tidak akan mengakhiri konflik yang telah merenggut begitu banyak nyawa.
"Kita tidak bisa berharap akan ada perdamaian atau gencatan senjata dalam waktu dekat. Israel punya agenda sendiri, dengan atau tanpa Sinwar," kata Ahmed Yossef, yang mengaku sebagai mantan wakil direktur pendidikan di Gaza.
Meski mengkritik taktik Sinwar, beberapa warga tetap menghormati keberaniannya.
"Saya bukan pengikut setia Sinwar. Tapi harus diakui, dia adalah simbol perlawanan bagi banyak warga Palestina," ungkap seorang warga yang meminta namanya dirahasiakan.
3. Pemimpin Hamas selanjutnya diprediksi akan tetap bersikap keras

Banyak pendukung Sinwar menyatakan kematiannya justru akan memperkuat perlawanan terhadap Israel.
Khalil Al-Hayya, wakil pemimpin Hamas, dalam pidatonya pada Jumat (19/10) menegaskan bahwa pengorbanan Sinwar akan memperkuat semangat perjuangan mereka. Ia menyatakan bahwa Hamas tidak akan berhenti berjuang hingga Palestina merdeka dengan Yerusalem sebagai ibukotanya.
Iran juga menyampaikan optimisme yang senada dengan Hamas.
"Detik-detik terakhir Sinwar bukan hanya sebuah akhir, tapi awal dari semangat perlawanan baru di seluruh kawasan," tulis Menteri Luar Negeri Iran, Seyed Abbas Araghchi di platform X.
Sementara, Frank Lowenstein, mantan utusan khusus untuk negosiasi Israel-Palestina, memperkirakan pemimpin Hamas selanjutnya akan tetap bersikap keras terhadap Israel.