Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Warga Guinea Serang Pusat Riset Usai Bayi Tewas Diserang Simpanse

Simpanse (pixabay.com/gerritbril)

Jakarta, IDN Times - Warga di sekitar pusat penelitian simpanse di Guinea menyerang fasilitas tersebut pada Jumat (21/9/2024), setelah seorang perempuan mengklaim bahwa salah satu hewan telah membunuh bayinya.

Pengelola pusat riset mengatakan, massa yang marah merusak bangunan dan membakar peralatan, termasuk drone, komputer, dan lebih dari 200 dokumen.

Saksi mata melaporkan bahwa amukan massa dipicu oleh ditemukannya jasad bayi yang sudah dimutilasi, terletak sekitar 3 km dari Cagar Alam Pegunungan Nimba, yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO.

1. Penyebab serangan masyarakat

Insiden ini dimulai ketika seorang ibu, Seny Zogba, mengaku bahwa simpanse telah menyerang bayinya. Zogba, yang sedang bekerja di ladang singkong, mengatakan bahwa seekor simpanse muncul dari belakang, menggigitnya, lalu membawa bayinya ke dalam hutan.

Serangan ini menimbulkan kemarahan masyarakat yang langsung mengarahkan protes mereka ke pusat penelitian terdekat.

Dilansir dari Reuters, pusat penelitian menyatakan bahwa insiden ini bukanlah kasus pertama. Sejak awal tahun, sudah tercatat enam serangan simpanse terhadap manusia di dalam kawasan cagar alam tersebut. Situasi ini semakin memperkeruh hubungan antara komunitas setempat dengan pusat riset.

2. Krisis pangan memicu serangan simpanse

Menurut ahli ekologi lokal, Alidjiou Sylla, kelangkaan makanan di cagar alam tersebut memaksa simpanse untuk lebih sering keluar dari kawasan lindung dan mendekati pemukiman manusia. Hal ini meningkatkan risiko konflik antara manusia dan hewan.

Semakin sering simpanse keluar, semakin besar kemungkinan terjadinya serangan, dikutip dari CNN.

Simpanse di wilayah Afrika Barat, termasuk Guinea, merupakan spesies yang terancam punah. Penurunan populasi mereka mencapai 80 persen antara 1990 dan 2014. Penyebab utama berkurangnya populasi ini adalah penggundulan hutan dan konflik dengan manusia yang tinggal di sekitar wilayah perlindungan.

3. Dampak lingkungan dan kekhawatiran penambangan

Hutan di sekitar Pegunungan Nimba merupakan rumah bagi populasi simpanse terbesar di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone. Di hutan Bossou, bagian dari Pegunungan Nimba, hanya tersisa tujuh ekor simpanse. Kawasan ini dekat dengan komunitas petani yang bergantung pada pertanian subsisten, memperburuk potensi interaksi antara manusia dan hewan.

Selain itu, Pegunungan Nimba juga merupakan lokasi salah satu cadangan bijih besi terbesar di Guinea. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan aktivis lingkungan mengenai dampak pertambangan terhadap habitat simpanse dan satwa lainnya. Konflik antara konservasi lingkungan dan kebutuhan ekonomi lokal menjadi isu yang semakin mendesak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sanggar Sukma
EditorSanggar Sukma
Follow Us