Yunani Blokir Pengiriman Amunisi ke Israel

Jakarta, IDN Times - Persatuan Pekerja Yunani memblokir masuknya truk yang diduga membawa amunisi di Pelabuhan Piraeus pada Jumat (18/10/2024). Mereka menolak pengiriman amunisi ke Israel yang digunakan untuk membunuh warga Palestina di Gaza.
Dalam sejarahnya, relasi Yunani-Israel cukup dingin karena suplai senjata dari Israel ke Turki pada 1980-an. Hubungan kedua negara mulai membaik sejak 2010 dan keduanya kini menjadi sekutu dekat. Meski demikian, mayoritas rakyat Yunani lebih condong pro-Palestina.
1. Pemblokiran dilakukan beberapa persatuan pekerja di Yunani
Persatuan Pekerja Pelabuhan Yunani (ENEDEP) menyerukan anggotanya menghalangi masuknya truk dari Makedonia Utara di area pelabuhan. Truk itu akan mengirim barang ke dalam kapal berbendera Kepulauan Marshall untuk dikirim ke Israel.
ENEDEP mengatakan, aksi dilakukan oleh sejumlah persatuan pekerja lainnya, seperti Pusat Pekerja Piraeus, Persatuan Pekerja Logam Attica, dan Persatuan Industri Galangan Kapal Yunani. Aksi ini diikuti oleh pekerja, pemuda, dan organisasi lain di Piraeus.
"Kami tidak akan membiarkan Pelabuhan Piraues menjadi sebuah basis pengiriman senjata dan amunisi untuk perang. Kami mendesak seluruh aparatur pemerintahan di Yunani untuk ikut dalam menghentikan perang," ungkapnya, dilansir Balkan Insight.
Pemblokiran ini bukan yang pertama terjadi. Pada Juni, ENEDEP sudah menghalangi kapal MSC Altair berlabuh di Pelabuhan Piraeus. Kapal tersebut diketahui hendak mengirimkan senjata ke Israel.
2. PM Yunani serukan gencatan senjata di Gaza dan Lebanon

Pada Rabu (16/10/2024), Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis menyerukan gencatan senjata di Gaza. Ia pun mendesak Israel menghentikan aksinya di Lebanon Selatan agar tidak berujung seperti di Gaza.
"Pada saat ini, kami mendesak seluruh pihak untuk membatasi diri untuk menyelesaikan masalah utama di Timur Tengah dengan cara diplomasi, seperti solusi pendirian dua negara yang hidup berdampingan dengan damai," terangnya, dilansir Ekathimerini.
Pada awal Oktober, Yunani sudah mengecam keras serangan misil Iran ke Israel. Athena menyebut aksi tersebut akan memicu ekskalasi perang yang lebih besar dan mengancam keamanan regional.
3. Yunani sebut tidak ada tekanan berarti untuk hentikan Israel
Pada September, Menteri Luar Negeri Yunani George Gerapetritis menyebut Israel tidak mendapatkan tekanan besar yang cukup untuk menghentikan perang di Gaza dan ekskalasi di Lebanon.
"Sepertinya tidak ada tekanan besar kepada Israel. Kami berteman dengan Israel dan kami merupakan rekan strategis Israel. Kami akan mengupayakan untuk terbuka dan jujur mengenai keluhan kami kepada mereka. Kenyataannya, saat ini momen terus berlanjut dan reaksi keras terus ditunjukkan Israel," terangnya, dikutip Reuters.
Ia mengatakan bahwa ini adalah saatnya untuk negara-negara Arab dan Eropa bersama-sama menginisiasi penghentian konflik yang dilakukan Israel. Ia pun mengklaim adanya kesalahan kolektif internasional dalam beberapa bulan terakhir.
Gerapetritis mengatakan, negara Eropa dan Arab tidak mencegah agar perang ini tidak merembet. Ia memperingatkan jika tidak ada langkah besar, maka Lebanon bisa menjadi zona perang baru.