Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Zelenskyy Siap Tukar Teritori Ukraina demi Akhiri Perang

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. (President.gov.ua, CC BY 4.0 , via Wikimedia Commons)
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. (President.gov.ua, CC BY 4.0 , via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, pada Selasa (11/2/2025), mengaku siap menukarkan teritori Ukraina. Namun, dengan catatan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mampu membawa Ukraina dan Rusia berada dalam satu meja untuk bernegosiasi damai. 

"Kami akan menukarkan salah satu teritori kami untuk lainnya. Saya tidak tahu persisnya wilayah yang mana, kami akan melihatnya. Namun, kami menganggap semua teritori penting dan tidak ada prioritas tertentu," ungkapnya. 

Pekan lalu, Zelenskyy menyatakan siap berdialog dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengakhiri perang di Ukraina. Namun, ia mendesak AS dan Uni Eropa (UE) bersedia menjamin keamanan Ukraina setelah gencatan senjata. 

1. Sebut AS harus ikut berkontribusi dalam jaminan keamanan Ukraina

Zelenskyy mengaku bahwa Eropa sendiri tidak mampu mengisi kekosongan dalam penjaminan keamanan di Ukraina. Ia menyebut AS harus ikut dalam penjaminan keamanan di negaranya usai perang.

"Terdapat suara yang mengatakan bahwa Eropa sendiri dapat dan mampu memberikan jaminan keamanan tanpa Amerika. Saya selalu mengatakan tidak. Jaminan keamanan tanpa adanya Amerika bukanlah sebuah jaminan keamanan yang sesungguhnya," tutur Zelenskyy, dikutip The Guardian

Ia menambahkan akan pergi ke Konferensi Keamanan di Muenchen, Jerman pekan ini untuk bertemu dengan Wakil Presiden AS JD Vance. Sebelumnya, Vance sudah menolak bertemu dengan Zelenskyy dan mengaku tidak peduli terhadap apa yang terjadi di Ukraina. 

Tak hanya berencana bertemu dengan Vance, Zelenskyy juga akan bertemu dengan beberapa sosok penting dalam pemerintahan Trump. Namun, masih belum dipastikan kapan Zelenskyy akan bertemu dengan Trump secara langsung. 

2. Zelenskyy tawarkan sumber daya alam milik Ukraina kepada AS

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. (President Of Ukraine from Україна, Public domain, via Wikimedia Commons)
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. (President Of Ukraine from Україна, Public domain, via Wikimedia Commons)

Menanggapi soal permintaan mineral langka dari Trump sebagai pengganti bantuan militer, Zelenskyy mengusulkan ide untuk menggali mineral dan sumber daya alam (SDA) lain di Ukraina. 

"Ukraina menjadi negara dengan cadangan uranium dan titanium terbesar di Eropa. Namun, ini bukanlah kepentingan AS. Maka, cadangan SDA ini justru akan beralih ke tangan Rusia dan berpotensi ditransfer ke Korea Utara, China, dan Iran," terangnya, dilansir Ukrinform

Ia akan menyampaikan detail rencana untuk memberikan kesempatan bagi perusahaan AS dalam mengekspliotasi SDA serta membantu dalam membangun kembali Ukraina setelah perang.

Presiden Ukraina itu mengakui bahwa memang ada insentif dari AS untuk membantu perang melawan Rusia. Ia pun mempersilakan AS untuk mengambil SDA sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga Ukraina. 

3. Tolak tuduhan militer Ukraina jual kembali senjata dari AS

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Heorhii Tykhyi, menampik tuduhan komentator sayap kanan AS, Tucker Carlson, soal korupsi di Ukraina. Ia menuduh militer Ukraina menjual kembali senjata yang dikirim dari AS ke Ukraina kepada kartel narkoba. 

"Ini adalah sebuah kebohongan. Setiap senjata api yang dikirimkan ke Ukraina sudah dilacak. Semua suplai senjata dimonitor langsung oleh mekanisme independen," ungkapnya, dilansir The Kyiv Independent.

Carlson dikenal sebagai sosok komentator sayap kanan yang dekat dengan Trump. Ia bahkan sempat mewawancarai Putin dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada 2014. 

Pekan lalu, Zelenskyy sudah menuding Carlson ikut menyebarkan propaganda Rusia. Ia meminta Carlson berhenti bekerja sama dengan Kremlin. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Brahm
EditorBrahm
Follow Us