Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[OPINI] Amankan Masa Depan Pangan Indonesia: Momen Global, Dampak Lokal

inisiatif program beras regional di Indonesia (dok. FAO Indonesia/Harriansyah)
inisiatif program beras regional di Indonesia (dok. FAO Indonesia/Harriansyah)
Intinya sih...
  • Presiden Prabowo Subianto menekankan ketahanan pangan sebagai inti visi masa depan Indonesia.
  • UN Food Systems Summit +4 Stocktake akan mempertemukan negara-negara untuk transformasi sistem pangan global.
  • Indonesia bersiap meluncurkan inisiatif strategis dengan PBB untuk merombak sistem pangan.

Artikel ini merupakan hasil kolaborasi antara IDN Times dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Indonesia untuk mengangkat isu-isu penting yang berdampak signifikan bagi masyarakat, serta mendorong kesadaran dan aksi nyata demi tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG).

Presiden Prabowo Subianto telah menempatkan ketahanan pangan sebagai inti dari visinya untuk masa depan Indonesia. Pemerintahannya berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap warga Indonesia memiliki akses terhadap pangan yang terjangkau dan bergizi, sekaligus mendukung mata pencaharian 37 juta petani kecil di seluruh negeri. Visi ini bukan hanya keharusan nasional, tetapi juga merupakan tanggung jawab global.

Tanggung jawab bersama ini akan menjadi sorotan akhir bulan ini, ketika dunia berkumpul di Addis Ababa, Ethiopia, dalam UN Food Systems Summit +4 Stocktake (UNFSS+4). Pertemuan yang diketuai oleh Sekretaris Jenderal PBB ini diselenggarakan bersama oleh Pemerintah Ethiopia dan Italia. KTT ini akan mempertemukan setidaknya 18 Kepala Negara, bersama para menteri, pemimpin sektor swasta, dan perwakilan masyarakat sipil. Delegasi Indonesia yang dipimpin Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas akan bergabung dengan mitra global untuk mempercepat aksi transformasi sistem pangan.

Revolusi pertanian Ethiopia menjadi model bagi Afrika dan dunia. Dengan memanfaatkan teknologi, berinvestasi dalam infrastruktur, dan memprioritaskan gizi, Ethiopia tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan global. UNFSS+4 di Addis Ababa akan menjadi ajang perayaan pencapaian tersebut dan kesempatan untuk belajar langsung sekaligus berbagi kisah sukses dari berbagai belahan dunia. Sebagai negara tuan rumah penyelenggara, Italia, yang menjadi markas lembaga pangan PBB (FAO, WFP, IFAD) dan pernah meluncurkan Apulia Food System Initiative (AFSI) saat memegang Presidensi G7, ingin menegaskan kembali komitmennya terhadap ketahanan pangan bersama PBB dan negara-negara mitra lainnya.

Taruhannya cukup besar. Transformasi sistem pangan bukan sekadar tentang pertanian, melainkan juga tentang iklim, kesehatan, dan peluang ekonomi. Dengan menata ulang cara kita memproduksi, mendistribusikan, dan mengonsumsi pangan, kita dapat mengurangi emisi gas rumah kaca, menekan penggunaan sumber daya yang tidak berkelanjutan, meningkatkan gizi, mengurangi limbah pangan, dan memperkuat penghidupan masyarakat pedesaan. Tujuan-tujuan ini bukan sekadar konsep abstrak, melainkan membawa manfaat nyata: produktivitas yang lebih tinggi, biaya lebih rendah, dan pendapatan lebih baik bagi petani.

Indonesia telah mengambil langkah-langkah proaktif untuk merombak sistem pangannya. Bekerja sama dengan PBB, pemerintah sedang bersiap meluncurkan inisiatif strategis yang berfokus pada beras, komoditas pangan pokok terpenting negara ini dan sumber utama emisi sektor pertanian. Inisiatif ini akan mendorong praktik pertanian ramah iklim, biofortifikasi benih padi untuk meningkatkan gizi, dan perluasan mekanisme asuransi petani padi nasional. Inisiatif ini juga akan menjajaki inovasi pembiayaan mikro melalui investasi swasta untuk memperluas dampaknya. Dalam bidang ini, Italia dan Indonesia juga bekerja sama melalui Milan Urban Food Policy Pact (MUFPP), dengan membantu melakukan studi kelayakan dapur komunitas bagi siswa sekolah di tiga kota besar: Bandung, Denpasar, dan Semarang.

UNFSS+4 Stocktake akan menjadi platform penting bagi negara-negara untuk mempresentasikan inisiatif semacam itu kepada investor global. Lebih dari sekadar pertemuan, KTT ini akan berfungsi sebagai ajang pertukaran gagasan, kemitraan, dan pendanaan. Sejumlah negara, termasuk Indonesia, akan memaparkan program-program strategisnya guna menarik investasi yang dapat mempercepat pelaksanaan program-program transformatif.

Momen ini menegaskan satu kenyataan yang lebih luas: pembangunan saat ini adalah urusan semua pihak. Pemerintah tidak bisa sendiri mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan; sektor swasta, masyarakat sipil, dan organisasi internasional harus bekerja sama untuk mendorong inovasi dan investasi. Sistem multilateral tengah berevolusi untuk mendukung kolaborasi ini — menggabungkan aktor publik dan swasta untuk memperluas solusi yang terbukti berhasil.

Saat Indonesia menatap ke depan, negara ini melakukannya dengan pemahaman yang jelas: ketahanan pangan adalah kunci bagi ketahanan nasional. Dengan mentransformasi sistem pangan, kita dapat membangun Indonesia yang lebih tangguh, inklusif, dan berkelanjutan — yang mampu memberi makan rakyatnya, melindungi lingkungannya, dan memberdayakan para petaninya.

KTT di Addis Ababa ini bukan sekadar titik evaluasi, tetapi landasan peluncuran bagi kemitraan yang dapat mendorong fase berikutnya dari transformasi sistem pangan global. Dunia tengah menyaksikan, dan Indonesia siap menjawab tantangan ini.

 

Disusun oleh:

  • Bapak Leonardo A.A. Teguh Sambodo, Deputi Bidang Pangan, SDA, dan Lingkungan Hidup, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Republik Indonesia

  • Yang Mulia Duta Besar Prof. Fekadu Beyene Aleka, Duta Besar Ethiopia untuk Indonesia

  • Yang Mulia Duta Besar Roberto Colaminè, Duta Besar Italia untuk Indonesia

  • Ibu Gita Sabharwal, Kepala Perwakilan PBB di Indonesia

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us