Menguak Kiprah Johannes, Saksi Kunci E-KTP yang Meninggal Misterius

Ia adalah pemilik 500 GB rekaman kasus megakorupsi e-KTP

Dua hari belakangan ini media tengah diramaikan dengan pemberitaan meninggalnya seorang pria bernama Johannes Marliem di kediamannya di Negeri Paman Sam. Penyebab kematiannya belum dapat diketahui pasti. Tapi ada kabar yang menyebutkan bahwa ia mati bunuh diri. Kematian pria tersebut bahkan mengejutkan bagi KPK.

Publik tentunya bertanya-tanya siapa Johannes Marliem dan kenapa kematiannya begitu menggemparkan Indonesia, terutama KPK. Perlu diketahui bahwa Johannes Marliem adalah Direktur Biomorf Lone LLC, Amerika Serikat. Perusahaan tersebut merupakan penyedia layanan teknologi biometrik. Perusahaan inilah yang menjadi penyedia produk automated finger print identification system (AFIS) merek L-1 untuk proyek E-KTP di Indonesia. Inilah yang membuat namanya terseret dalam kasus megakorupsi E-KTP yang berhasil dikuak KPK.

Namanya mulai menyita perhatian publik, terutama yang terus memantau kasus megakorupsi E-KTP yang merugikan negara sampai Rp 2,3 triliun, setelah disebut sebanyak 25 kali oleh jaksa KPK saat memberikan tuntutan terhadap kedua tersangka kasus E-KTP Irman dan Sugiharto.

Seperti yang diwartakan oleh Tempo, Johannes Marliem menjadi saksi kunci kasus e-KTP sebab mengantongi rekaman pembicaraannya dengan para perancang proyek Rp 5,9 triliun tersebut. Bahkan Marliem pada Selasa, 18 Juli 2017 mengaku kepada wartawan Koran Tempo bahwa ia memiliki seluruh rekaman yang jika diakumulasikan berukuran 500 giga bite. Ukuran besar itu karena Marliem menyimpan semua rekaman sejak empat tahun silam.

Namun, sayangnya, titik terang yang sudah didapatkan oleh KPK dalam kasus megakorupsi e-KTP lesap kembali, setelah kabar meninggalnya Johannes Marliem di kediamannya, yang berada di lingkungan rumah mewah Los Angeles pada 10 Agustus 2017.

Simpang siur penyebab kematiannya sempat meruap, tapi dari beberapa media didapati kabar bahwa kematian Marliem ditengarai karena bunuh diri. Ada luka tembak di bagian tubuhnya.

Kematian Marliem sendiri heboh diberitakan oleh media di Los Angles sebab berbarengan dengan insiden penembakan yang melibatkan kehadiran polisi, FBI dan CIA. Juru Bicara Kepolisian Los Angeles, Josh Rubenstein menginformasikan bahwa terjadi baku tembak di lingkungan rumah mewah di Los Angeles. Rumah yang dimaksud merupakan milik Tamme McCauley, mertua seorang aktor terkenal Joseph Gordon-Levitt.

Rubenstein, seperti yang dikutip dari Daily Mail, juga menyebutkan bahwa polisi terpaksa menembakkan banyak peluru dan gas air mata demi mempertahankan diri. Ia pun menginformasikan bila pelaku penembakan tewas di rumah mewah tersebut.

Seiring dengan terpotongnya informasi kematian Johannes Marliem, Tribunnews.com, telah memosting berita yang seolah menegaskan bahwa insiden penembakan yang melibatkan polisi, FBI dan CIA tersebut benar memakan korban, tak lain Johannes Marliem.

Dalam beritanya Tribunnews.com menuliskan bahwa sempat ada insiden pria bersenjata membarikade dirinya di sebuah rumah di kawasan Beverly Grove. Menurut LAPD, pria bersenjata tersebut sempat menyandera seorang perempuan dan anak kecil. Bahkan butuh negosiasi untuk LAPD agar dapat membebaskan dua sandera tersebut.

Namun saat LAP, pasukan Senjata dan Taktik Khusus (SWAT) berhasil memasuki rumah, pria bersenjata tersebut justru ditemukan tewas. Dugaan sementara pria tersebut tewas akibat luka tembak akibat bunuh diri.

Meskipun identitas pria tersebut masih ditahan oleh LAPD, sebuah akun Instagram @mir_at_lgc membenarkan insiden tersebut melibatkan lelaki berinisial JM.

“Ya, itu rumahnya. Saya pernah mengantar Lamborghini Aventador SV Roadster untuknya ke sana," tulis akun @mir_at_lgc ketika ditanyai soal adanya kaitan kematian JM dengan insiden di sebuah rumah di Beverly Grove. Akun tersebut juga membenarkan bahwa dua orang yang disandera oleh JM adalah istri dan putrinya sendiri.

"Orang-orang yang keluar dari rumahnya itu adalah putri dan istrinya," lanjut akun @mir_at_lgc.

Mundur lebih jauh ke belakang. Johannes Marliem yang sempat dijadikan saksi kunci oleh KPK rupanya pernah menyesali bocornya informasi tersebut sampai ke publik. Marliem merasa sangat terganggu pada statusnya kala itu. Ia merasa nyawanya agak terancam.

“Saya tidak mau dipublikasi begini sebagai saksi. Malah sekarang bisa-bisa nyawa saya terancam,” keluhnya sebagaimana dikutip dari Tribunnews.com. Marliem sendiri beranggapan bahwa semestinya penyidikan ini bersifat rahasia.

“Masa saksi-saksi dibuka-buka begitu di media. Apa saja enggak jadi bual-bualan pihak yang merasa dirugikan? Makanya saya itu kecewa betul,” imbuhnya.

Apa yang dimaksud Marliem ialah terbongkarnya bukti berupa rekaman pembicaraan yang dimilikinya ke publik.

Bila pemberitaan tentang apa yang dilakukan Johannes Marliem sebelum kematiannya adalah benar. Sepertinya publik akan bertanya-tanya kenapa pria itu harus menyandera istri dan anaknya sendiri, dan harus terlibat baku tembak dengan polisi? Sementara belum ada berita resmi dari pihak AS, segala macam dugaan bisa muncul.

Bisa jadi apa yang dilakukan Johannes Marliem merupakan dampak dari tekanan yang dihadapinya akibat teror yang barangkali diterimanya. Sebab statusnya sebagai saksi kunci KPK untuk kasus megakorupsi e-KTP. Atau bisa jadi Johannes Marliem mendapatkan tekanan lain dari hal yang berbeda. Sebab Marliem sendiri sudah memiliki catatan kriminal di AS. Kembali ke tahun 2009, Johannes Marliem pernah didakwa oleh jaksa penuntut umum di pengadilan Hennepin County atas penipuan cek kosong senilai US$ 10 ribu.

Kematian Johannes Marliem sendiri menyimpan tabir misteri, khususnya pada kasus megakorupsi e-KTP. Apalagi sebelumnya penyidik senior KPK Novel Baswedan sempat mendapatkan serangan air keras saat sedang mengawal kasus e-KTP. Tak salah bila publik menilai kematian Johannes pun ada kaitannya dengan statusnya sebagai saksi kunci pada kasus e-KTP.

Bahkan, misteri yang ditinggalkan Marliem tak sampai di situ. Sebab semalam setelah kematiannya, akun Twitter milik Marliem (@johannesmarliem) aktif dan sempat memposting sesuatu. Seperti yang diwartakan Tempo, pada Jumat malam, 11 Agustus 2017, sekira pukul 21.30 WIB, akun twitternya mengunggah status, “Trees are on the move!”. Status tersebut bahkan sempat di-retweet oleh 4 orang.

Di dalam postingan tersebut terdapat artikel unggahan Nature.com berjudul Tree in eastern US Head west as climate change, yang tak lain adalah tulisan Emma Harris.

Tentunya unggahan media sosial milik Marliem, semalam setelah kematiannya juga menjadi sebuah misteri.

Rahardian Shandy Photo Verified Writer Rahardian Shandy

Rutin menulis sejak 2011. Beberapa cerpennya telah dibukukan dan dimuat di media online. Ia juga sudah menulis 4 buah buku non-fiksi bertema bisnis. Sementara buku fiksi pertamanya terbit pada 2016 lalu berjudul Mariana (Indie Book Corner).

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya