Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Dilantik Sebelum Menyelesaikan Penyusunan Kabinet

Donald Trump (twitter.com/realDonaldTrump)

Tanggal 20 Januari, hari pelantikan Presiden AS ke 47, Donald J. Trump menggantikan
Presiden Joe Biden. Pengambilan sumpah jabatan dilakukan di depan Ketua Mahkamah Agung, John G. Roberts Jr. dengan meletakkan tangan kirinya di atas Bible keluarga yang dipegang Ibu Negara Melania Trump, serasa berjanji untuk memenuhi dan mempertahankan konstitusi Amerika Serikat. Pelantikan ini disaksikan seluruh keluarga Presiden dan Wakil Presiden serta para calon menteri di dalam Kabinetnya.

Akan tetapi, ternyata sedikit berbeda dengan gambaran saya di atas, pengambilan sumpah dilakukan, tetapi Presiden Trump tidak meletakkan tangan kirinya di atas Bible Keluarga,  meskipun buku tersebut dipegang Ibu Negara. Di samping anggota keluarga, yang berjejer bukan para calon anggota kabinet, kecuali satu dua, seperti Pete Hegseth dan Marco Rubio, tetapi orang terkaya di dunia Elon Musk, boss Amazone Joss Bezos, Mark Zuckerberg, Vivek Ramaswamy, dan yang lain. Kiranya ini untuk membenarkan dugaan umum bahwa di dalam pemerintahan Trump kedua dan Wapres JD Vance ini pimpinaan pemerintahan AS dipegang oligarchs.

Berhubung Presiden Trump terkena flu, pelantikan tidak dilaksanakan di luar Capitol Building seperti biasanya, melainkan di dalam Gedung Capitol. Setelah pelantikan
selesai, Presiden baru AS ini menyampaikan pidato pertamanya sebagai presiden yang
penuh dengan janji yang tidak enak didengar telinga kebanyakan penduduk. Presiden
Trump memberikan amnesti kepada 1.500 orang yang dipersalahkan melakukan perusakan Gedung Capitol dan insureksi. Ini tentu saja menimbulkan protes keras dari para Senator, polisi Capitol Building seperti Michael Fanone yang tanggal 6 Junuari bertugas dan menderita luka-luka melindungi para wakil rakyat, dan secara umum Wakil Presiden Kamala Harris dan Presiden Joe Biden waktu menyampaikan pidato perpisahannya.

Seperti disebutkan di atas, pembentukan kabinet belum rampung, karena seretnya
pembahasan di Senat, dimulai dari pengganti Met Gaetz untuk calon Jaksa Agung, yang diisi Jaksa Agung Florida Pam Bondi. Seorang pendukung Trump tulen yang bahkan dalam testimoni tidak mau mengatakan bahwa Donald Trump kalah dalam Pemilihan Presiden 2020, melainkan hanya menyebutkan tahun 2020 Joe Biden menjadi Presiden AS yang baru. Dia juga tidak mau bertindak ketika Trump University digugat para calon mahasiswanya yang merasa tertipu karena ternyata universitasnya abal-abal alias tidak ada. 

Padahal Pam Bondi adalah Jaksa Agung di universitas tersebut. Pete Hegseth punya segudang masalah menyangkut pelecehan seksual, dan lainnya. Satu-satunya yang mulus lolos dalam proses seleksi ini adalah Senator Marco Rubio, yang menang telak dengan 99-0 menyetujuinya menjadi Menteri Luar Negeri AS baru. Dan dia juga langsung membuka suara yang menyegarkan menjanjikan AS tidak akan meninggalkan NATO. Kalau AS meninggalkan atau masuk suatu pakta harus memperoleh persetujuan Senat dan mengenai perang Rusia-Ukraina dikatakan secara realistis Ukraina sulit memperoleh kembali area seperti sebelum 2022, tetapi AS ingin sekali perang ini berakhir secepatnya untuk menghentikan semua kerugian manusia dan materi yang tanpa arti tersebut.

Calon-calon anggota kabinet lain, seperti Robert Kennedy Jr untuk Secretary of Health and Humand Development, Kah Patel untuk menjadi Direktur FBI, tampaknya seret, meskipun
mungkin juga akan diterima dengan berat. Yang nampaknya tidak teralu bermasalah adalah calon Secretary of Treasury, Scott Bessent, seorang hedge funds manager bekerja sama dengan Geore Soros yang seorang Fund Manager, Gubernur South Dakota Kristi Noem untuk Secretary for Homeland Security dan yang lain, Secretary of Transportation dan Secretary of Labor.

Demikian pula pos penting White House Chief of Staffs, Susan Wiles. Begitulah cerita tentang proses pembentukan kabinet Trump yang seret jalannya. Agak unik juga inagurasi kali ini. Biasanya, setelah semua acara di Gedung Capitol selesai president baru bersama yang lam, masing-masing dengan keluarga dan anggota kabinet berjalan di sepanjang Massahussets Avenue sampai Gedung Putih. Di tangga Gedung putih presiden baru dan ibu negara akan mengucapkan selamat tinggal kepada presiden dan ibu negara lama yang meninggalkan Gedung Putih, terbang dengan Airforce One terakhir kali ke kota tempat tinggal mereka. Acara ini ditiadakan, tanpa penjelasan mengapa.

Tentu saja semua yang tidak dirasa normal ini menjadi konsern President Trump dan para
pendukungnya. Tetapi jelas pengalihan kekuasaan telah berjalan mulus sebagaimana
dijanjikan Joe Biden dan Kamala Harris pada waktu pertemuan Presiden Terpilih Trump
dengan Presiden Biden di Gedung Putih. Dan sekarang buat pimpinan negara-negara lain
tentu mulai menebak-nebak tentang apa yang akan dijalankan para anggota Kabinet
Trump dala hubungan politik, ekonomi, perdagangan dan keuangan multilateral dan bilateral, apakah akan segera penerapkan tarif impor 25 persen dan 40 persen, apakah akan melaksanakan pemulangan  11 juta iigran ke negara asal mereka masing-masing. 
Tunggu tanggal mainnya, saya akan melaporkan dalam tulisan di masa yang akan datang.
Terima kasih. (Dradjad, 23/01/2025).

Guru Besar Ekonomi Emeritus, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (FEBUI), Jakarta

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
J. S. Djiwandono
EditorJ. S. Djiwandono
Follow Us