Deforestasi Meluas, Suhu Bumi Makin Panas, Kita Harus Apa?

Ayo buka mata, hutan kita semakin habis

Bencana lingkungan yang terjadi beberapa minggu terakhir di seluruh penjuru dunia semakin memprihatinkan. Setidaknya bencana terparah dalam kurun waktu satu dekade terakhir. Sebagaimana dilaporkan oleh BBC, banjir besar di Pakistan yang membuat sebagian wilayah tak ubahnya danau besar. Ribuan orang tewas dan jutaan lainnya mengungsi.

Tidak hanya itu, kekeringan parah di Eropa juga menjadi yang terburuk selama 500 tahun terakhir. Belum lagi, kekeringan dan banjir di China dan Amerika Serikat serta ancaman kelaparan di Afrika. Mari kita pikirkan, apa kira-kira penyebab dari semua bencana ini? Ya, deforestasi adalah salah satunya.

Apa itu deforestasi?

Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. 30 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan yang dikutip oleh Lindungi Hutan, menyatakan dengan tegas bahwa "deforestasi adalah perubahan secara permanen areal hutan menjadi tidak berhutan yang disebabkan oleh kegiatan manusia". 

Menurut data dari World Population Review, Indonesia menempati posisi kedua atas negara dengan deforestasi tertinggi. Berdasarkan data tersebut, Indonesia telah kehilangan 22,28 persen hutan atau setara dengan 26,4 juta hektar hutan sepanjang tahun 1990-2020. Wow, luar biasa bukan. Sedangkan, Brazil yang menempati posisi pertama, kehilangan 92,2 juta hektar hutan atau setara dengan 15,67 persen.

Walaupun demikian, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, selama periode 2019-2020 total deforestasi sebesar 115,4 ribu hektar. Jumlah ini menurun dari periode tahun sebelumnya, 2018-2019 yang sebesar 462,4 ribu hektar. Meskipun menurun, akumulasi tingkat deforestasi Indonesia tetap tergolong tinggi. Alih fungsi lahan hutan tersebut pada umumnya dimaksudkan untuk pertanian, perkebunan, pertambangan ataupun area permukiman. 

Mengapa deforestasi menjadi salah satu faktor penyebab?

Nah, mengutip Rainforest Alliance, pepohonan hutan mampu menyerap emisi karbon mencegahnya menumpuk di atmosfer yang mampu membuat suhu bumi kita meningkat. Tidak hanya menyerap karbon, pohon juga menyimpan karbon-karbon tersebut di dalam tubuhnya dalam jangka waktu yang sangat lama.

Ketika satu pohon ditebang, maka dia akan melepaskan semua karbon yang telah disimpannya ke atmosfer. Bisa dibayangkan, kita sudah kehilangan penyerap karbon alami. Ditambah lagi, lepasnya sejumlah besar karbon yang disimpan di dalam pohon ketika ditebang atau dibakar. Semakin berlipat-lipatlah kandungan karbon yang menumpuk di atas sana.

Maka tak heran, jika saat ini kita merasa suhu lingkungan di sekitar kita menjadi semakin panas. Karena, kita kehilangan berhektar-hektar penyerap karbon alami tiap tahunnya sehingga meningkatkan suhu atmosfer atau global warming. Kondisi ini akan menggiring perubahan pola cuaca ekstrem di beberapa wilayah.

Ada wilayah yang panas ekstrem dan kering, tapi di belahan dunia lain justru lembab dan hujan deras yang ekstrem pula. Terlebih, perubahan frekuensi cuaca menjadi lebih lama dan datang lebih cepat dari biasanya. Dampak yang dirasakan di antaranya adalah gagal panen akibat kekeringan atau banjir bandang, yang berujung pada krisis pangan.

Efeknya tidak berhenti sampai disitu saja. Keseimbangan ekosistem akibat deforestasi juga mengancam makhluk hidup di dalamnya, persebaran penyakit semakin meningkat hingga populasi flora dan fauna dilindungi pun ikut terancam.

Upaya pemerintah tekan emisi karbon 

Deforestasi Meluas, Suhu Bumi Makin Panas, Kita Harus Apa?Seorang anak laki-laki tengah memegang bibit pohon di tengah lahan yang kekeringan. (freepik.com/jcomp)

Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi deforestasi ini, salah satunya adalah reboisasi atas lahan yang sudah gundul atau penebangan sistem tebang pilih. Selain itu, untuk menghindari peningkatan produksi karbon, pemerintah telah mengupayakan penggunaan peralatan berbasis listrik.

Seperti yang baru-baru ini digaungkan yaitu kendaraan listrik dan kompor listrik. Walau rencana transisi ke kompor listrik pada akhirnya dibatalkan oleh PLN. Gagasan transisi ke peralatan berbasis elektrik memang cukup bagus menekan emisi karbon. Tapi, praktik pemerataan penggunaan peralatan atau kendaraan listrik itu membutuhkan waktu yang tidak sedikit dan untuk saat ini dianggap kurang fleksibel.

Selain itu, sebagus apapun rencana pencegahan produksi emisi karbon, jika tidak diimbangi dengan pengurangan deforestasi, suhu di bumi ini akan tetap panas. Sebagaimana peran hutan sebagai paru-paru dunia, selain menyerap karbon di udara dan menyimpannya di tubuh mereka, hutan juga menghembuskan uap air yang berasal dari air tanah untuk mendinginkan atmosfer.

Lihat, hutan telah memberikan banyak hal yang kita butuhkan. Namun apa balasan yang kita berikan? Menebang dan membakarnya membabi buta. Wajar saja jika alam marah.

Satukan visi misi bersama dan lindungi hutan kita

Negara harus berupaya lebih keras dan tegas agar deforestasi ini tidak semakin berlarut-larut. Butuh penegakan hukum yang tegas menindak pihak-pihak yang harus bertanggungjawab. Momen Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali dalam waktu dekat ini, sangat tepat untuk mengangkat isu ini menjadi prioritas.

Ide maupun gagasan dari para kepala negara yang hadir diharapkan mampu merumuskan solusi yang efektif mengurangi deforestasi beserta dampak yang ditimbulkan. Hutan di negeri kita juga salah satu paru-paru dunia, maka kita harus memberikan sumbangsih nyata menjaga eksistensi hutan dan seisinya.

Presidensi G-20 bersama 1.000 Aspirasi Muda Indonesia menjadi ajang perubahan untuk masa depan alam yang lebih baik. Sehingga tercapai kesempatan untuk Recover Together, Recover Stronger.

Baca Juga: Medina Kamil: Kita yang Butuh Alam, Jaga Ekosistem Tetap Baik

Refalution Photo Verified Writer Refalution

"Tidak harus jadi hebat untuk memulai, tetapi mulailah untuk menjadi hebat." - Zig Ziglar

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Dimas Bowo

Berita Terkini Lainnya