Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[OPINI] 4 Sisi Gelap di Balik Gelar Juara Bhayangkara FC

www.bolasport.com

Bhayangkara FC telah dinobatkan sebagai juara Liga 1 walaupun telah kalah dari Persija Jakarta, dengan skor 1-2 dalam laga terakhirnya.

Padahal sebelum bertemu Persija, Bhayangkara FC telah mengunci gelar juara Liga 1 karena sudah berhasil unggul dari klub lainnya dengan poin 68. Jika Bhayangkara FC di pertandingan terakhirnya kalah, dan pesaing terdekatnya yaitu Bali United menang, mereka tetap berhak menjadi juara karena sudah unggul head to head.

Namun di balik suksesnya Bhayangkara FC dalam meraih gelar juara, terdapat komentar-komentar negatif, konflik, hingga hal-hal kontroversial yang mengikutinya. Banyak pula orang yang menilai bahwa gelar juara Bhayangkara FC itu dianggap sebagai hal yang 'aneh'.

1. Menang WO lawan Mitra Kukar.

ANTARA/ Nova Wahyudi

Konflik paling besar yang terjadi antara Bhayangkara FC dengan Mitra Kukar masih berlanjut hingga saat ini.

Saat Bhayangkara FC bertandang ke kandang Mitra Kukar, sebenarnya pertandingan itu berakhir dengan skor 1-1 untuk kedua tim. Namun Bhayangkara FC melayangkan protes kepada PSSI karena Mitra Kukar telah menurunkan pemain gelandangnya, Mohammed Sissoko, yang tengah menjalani hukuman larangan bertanding.

Larangan itu sebenarnya hanya berlaku sekali saja saat Mitra Kukar melawan Persib Bandung. Namun PSSI mengklaim bahwa mereka telah menambahkan hukumannya dengan dua kali larangan bertanding dan denda Rp 100 juta yang telah diberitahukan lewat pesan elektronik pada Mitra kukar.

Anehnya, Mitra Kukar sendiri tidak tahu menahu soal pemberitahuan itu dan menyebabkan mereka mengajukan banding pada PSSI. Namun PSSI tetap pada keputusannya yang bulat. Hingga akhirnya Mitra Kukar dinyatakan kalah WO dan Bhayangkara FC berhak menang atas pertandingan itu.

Pro dan kontra terjadi mengikuti kasus ini. Banyak yang menganggap aneh pada kekalahan WO yang dialami Mitra Kukar. Hingga teka teki email antara PSSI dan Mitra Kukar yang selama ini hubungannya dianggap selalu berjalan baik.

2. Bali United yang dirugikan.

www.baliutd.com

Setelah kemenangan atas Mitra Kukar yang berbau 'kecurangan', sang pesaing Bhayangkara FC yang terus menguntit di posisi dua klasemen, merasa sangat dirugikan dan perjuangannya dianggap sia-sia setelah mereka memenangkan laga kontra PSM Makassar dengan susah payah.

Kemenangan yang didapat dari hasil WO dengan Mitra Kukar seakan menjadikan Bhayangkara FC dinilai 'tidak mau dilangkahi' oleh Bali United. Padahal jika saja saat itu hasil antara Mitra Kukar vs Bhayangkara FC tetap berakhir imbang, mungkin saja Bali United meraih gelar juara.

Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Tidak ada yang bisa dilakukan jika PSSI sudah menjatuhkan keputusannya.

3. Hukuman Mitra Kukar yang dianggap 'Tidak masuk akal'.

www.republika.co.id

Masih dalam cakupan kontroversi perihal kekalahan WO Mitra Kukar atas Bhayangkara FC, yang menjadikan hasil pertandingan berubah menjadi 3-0 untuk Bhayangkara FC.

Hasil ini sebenarnya bisa jadi hasil yang tidak masuk akal bagi siapa saja yang benar-benar paham aturan pesepakbolaan.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Pimred Pandit Football, bahwa dalam aturan sepakbola di Liga Inggris pun, yang dikenal sebagai liga paling bergengsi, tidak ada hukuman seperti ini. Yang ada hanyalah pengurangan poin atau bisa juga pengulangan pertandingan.

Jadi hasil 3-0 ini masih dianggap sebagai hasil yang kurang tepat. Karena kesalahan ini harusnya hanya Mitra Kukar yang 'dirugikan', bukan malah Bhayangkara FC yang jadi 'diuntungkan'.

4. Pendukung Madura United dilarang nobar di halaman stadion.

www.bola.com

Saat menjamu Bhayangkara FC di Stadion Gelora Bangkalan, Madura United yang sedang menjalani hukuman bertanding tanpa suporter mengambil insiatif dengan rencananya untuk melakukan nobar di halaman stadion.

Tapi sehari sebelum pertandingan dimulai, tiba-tiba mereka dilarang melakukan itu. Padahal tidak ada larangan lho bagi supporter untuk nobar di halaman stadion. Hal ini seakan-akan menjadi sesuatu di ada-adakan oleh pihak berwenang.

Yang menjadi keganjilan lainnya juga saat banyak aparat kepolisian yang masuk dan duduk di tribun dalam pertandingan itu. Padahal sebelumnya jarang sekali ada yang melakukan hal itu jika bukan pertandingan yang mempunyai risiko tinggi dan membahayakan.

Dengan berbagai kontroversi itu, gelar yang diterima Bhayangkara menjadi agak sedikit ganjil. Namun, juara tetaplah juara.

Semoga tidak ada lagi hal-hal berbau kecurangan dalam pesepakbolaan Indonesia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us