Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[OPINI] Fenomena Perselingkuhan Pasangan Mahasiswa Saat KKN

ilustrasi tiga orang tertawa bersama (Unsplash/Brooke Cagle)

Fenomena perselingkuhan saat KKN seolah menjadi semacam "ritual" tak tertulis bagi sebagian mahasiswa. Bayangkan saja, mereka berangkat dengan semangat menggebu-gebu membawa misi pengabdian, tapi pulangnya malah membawa "oleh-oleh" berupa kisah asmara yang berbelit-belit. Ah, KKN, momen di mana hati mahasiswa diuji, tak ubahnya ujian mata kuliah yang penuh jebakan batman.

Selama KKN, mahasiswa ditempatkan di pelosok-pelosok negeri, jauh dari peradaban kampus dan juga dari pacar tersayang. Jarak yang jauh ini sering kali mengakibatkan komunikasi dengan pasangan jadi terbatas. Maklum, sinyal internet di desa-desa KKN itu kadang mirip cendrawasih—eksis tapi sulit ditemukan. Akhirnya, hati yang kesepian mulai mencari pelampiasan, dan muncullah istilah "cinlok KKN".

Di lokasi KKN, mahasiswa bekerja sama dalam kelompok dan harus tinggal bersama selama beberapa bulan. Kedekatan yang terjalin antara sesama peserta sering kali berujung pada perasaan "terlalu nyaman". Apa yang awalnya hanya saling curhat tentang keluhan program kerja, lama-kelamaan berubah menjadi saling tatap mata penuh arti di bawah sinar bulan desa yang syahdu.

Tidak bisa dipungkiri, lingkungan dan pergaulan selama KKN juga turut andil. Di kampus, mahasiswa mungkin berpikir dua kali sebelum berbuat neko-neko karena takut ketahuan pacar atau teman. Tapi di lokasi KKN yang jauh dari "mata-mata" itu? Bebas merdeka! Ditambah lagi, kalau rekan sekampung KKN lebih permisif soal urusan asmara, wah, makin leluasalah para pejuang KKN ini.

Lalu ada masalah klasik: kurangnya pengendalian diri. Mahasiswa yang berangkat KKN sering kali belum sepenuhnya matang dalam hal pengendalian emosi dan hasrat. Saat ada teman sekelompok yang manisnya tiada tara, godaan untuk berselingkuh jadi tak terelakkan. Apa yang awalnya hanya niat membantu masyarakat berubah jadi "membantu diri sendiri" menemukan kenikmatan cinta baru.

Dan mari kita bicara soal komitmen. Menjaga komitmen itu susah, bro! Apalagi ketika ada godaan di depan mata dan pacar di ujung sinyal. Mahasiswa yang belum siap mental untuk setia akan dengan mudah tergelincir. “Ah, cuma sekali ini aja,” pikirnya, padahal kita tahu, sekali tergelincir, susah kembali ke jalan yang benar.

Jadi, begitulah. KKN seharusnya jadi momen mahasiswa mengabdi pada masyarakat, malah sering kali jadi ajang mencari sensasi asmara. Mungkin sudah saatnya lembaga pendidikan memperketat aturan dan memberikan bimbingan lebih intensif. Agar kisah KKN tidak selalu diakhiri dengan air mata penyesalan dari pasangan yang ditinggalkan. Atau mungkin, kita bisa mulai kampanye: "KKN Tanpa Perselingkuhan, Demi Masa Depan yang Lebih Baik". Siapa tahu, dengan begitu, mahasiswa bisa fokus mengabdi tanpa harus mengkhianati hati.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nahlu Hasbi Heriyanto
EditorNahlu Hasbi Heriyanto
Follow Us