[OPINI] Laki-Laki Rusak: Ketika Perempuan Hanya Jadi Objek Obrolan

Ada satu jenis laki-laki yang harus kita waspadai—mereka yang setiap nongkrong menjadikan perempuan sebagai topik utama, tapi bukan dalam konteks hormat atau kekaguman yang sehat, melainkan sebagai objek seksual yang bebas dikomentari seenaknya. Mereka membicarakan tubuh perempuan seperti barang dagangan: siapa yang "montok", siapa yang "menggoda", bagian mana yang "menggairahkan". Obrolan semacam ini bukan cuma menjijikkan, tapi juga tanda jelas kehancuran moral dan intelektual.
Laki-laki seperti ini sering merasa itu hal biasa—candaan antar teman, bagian dari “kebebasan berekspresi”. Padahal, itu bukan kebebasan; itu bentuk kebodohan dan kekejian yang dibungkus tawa. Mereka memperlakukan perempuan bukan sebagai manusia, tapi sebagai benda—dipajang, dinilai, diperbincangkan, tanpa rasa malu sedikit pun.
Apa yang lebih menyedihkan? Banyak dari mereka berpendidikan. Kuliah tinggi, paham teori-teori besar, hafal istilah filsafat dan politik identitas, tapi tetap gagal pada satu hal mendasar: memanusiakan manusia. Di situlah kita tahu, intelektual tak selalu berbanding lurus dengan akhlak. Gelar akademik tak berarti apa-apa jika lisan dipakai untuk merendahkan.
Obrolan seperti ini bukan cuma masalah etika pribadi. Ini adalah bagian dari budaya patriarki yang membusuk. Ketika perempuan terus-menerus dijadikan bahan konsumsi verbal, kita menciptakan ruang sosial yang tidak aman, tempat perempuan dianggap sah untuk dievaluasi tubuhnya, bukan isi pikirannya. Dan parahnya, banyak laki-laki lain yang diam saja—karena takut dikira sok suci, atau karena mereka memang bagian dari kebusukan itu.