Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[OPINI] Mengapa di Umur Sama, Orangtua Punya Segalanya sedang Kita Tidak?

ilustrasi orangtua dan anak
ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Julia M Cameron)
Intinya sih...
  • Harga hidup naik lebih cepat daripada gaji
  • Pendidikan membuat start lebih lama
  • Prioritas hidup generasi sekarang tidak sama
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Membandingkan hidup dengan orangtua sering menimbulkan rasa heran, bahkan tidak jarang membuat kita merasa tertinggal. Saat mereka seumuran dengan kita sekarang, orangtua punya segalanya sedang kita tidak. Pada seumuran kita, orangtua mungkin sudah menikah, punya rumah, atau mapan secara finansial, sementara kita masih berjuang menata karier, menabung, atau sekadar bertahan di tengah biaya hidup yang tinggi. Situasi ini kerap memunculkan tekanan, seakan-akan standar keberhasilan mereka juga harus menjadi ukuran kita.

Padahal, perbandingan hidup lintas generasi tidak pernah sederhana. Setiap masa membawa tantangannya sendiri, bahkan perbedaan lima tahun saja bisa menciptakan kondisi yang benar-benar berbeda. Daripada terus merasa kalah, ada baiknya kita melihat faktor-faktor yang membuat perjalanan hidup sekarang tidak bisa disamakan dengan generasi sebelumnya. Berikut beberapa hal yang bisa membuka sudut pandangmu.

1. Harga hidup naik lebih cepat daripada gaji

ilustrasi biaya hidup (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
ilustrasi biaya hidup (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Salah satu alasan utama mengapa hidup terasa lebih berat sekarang adalah ketidakseimbangan antara kenaikan gaji dan harga kebutuhan. Jika dulu membeli rumah atau kendaraan masih sebanding dengan pendapatan, kini harga properti bisa berkali lipat dari penghasilan tahunan. Hal ini membuat generasi sekarang butuh waktu lebih lama untuk mencapai hal-hal yang dianggap wajar dimiliki orangtua di usia muda. Tidak heran kalau banyak yang merasa selalu tertinggal.

Selain itu, pasar kerja sekarang juga jauh lebih kompetitif. Orangtua bisa bertahan di satu pekerjaan tetap hingga pensiun, sedangkan kita harus adaptif dengan dunia kerja yang serba cepat berubah. Ada banyak peluang baru, tapi stabilitasnya tidak selalu terjamin. Situasi ini menegaskan bahwa standar pencapaian generasi dulu memang tidak bisa dijadikan ukuran mutlak bagi generasi sekarang.

2. Pendidikan membuat start lebih lama

ilustrasi kuliah (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi kuliah (pexels.com/Yan Krukau)

Generasi sebelumnya banyak yang langsung bekerja setelah lulus sekolah menengah atau kuliah singkat, sehingga mereka bisa lebih cepat mandiri. Sebaliknya, generasi sekarang menghabiskan waktu lebih lama di bangku kuliah atau menambah sertifikasi demi bisa bersaing. Konsekuensinya, usia untuk memulai karier pun mundur beberapa tahun. Efek domino dari keterlambatan ini terasa hingga ke perencanaan finansial dan pencapaian pribadi.

Belum lagi biaya pendidikan yang semakin mahal. Banyak orang muda harus menanggung utang kuliah atau membantu keluarga sejak awal, yang otomatis mengurangi kemampuan mereka untuk menabung atau membeli aset besar. Jadi, kalau di usia tertentu kita belum mencapai hal yang sama seperti orangtua, itu bukan karena kita malas, melainkan karena titik mulai kita berbeda.

3. Prioritas hidup generasi sekarang tidak sama

ilustrasi prioritas hidup (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi prioritas hidup (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Orangtua menempatkan rumah, keluarga, dan pekerjaan tetap sebagai prioritas utama. Generasi sekarang justru lebih fleksibel dalam menentukan arah hidup. Banyak yang memilih mengumpulkan pengalaman, menjelajahi dunia, atau fokus pada pengembangan diri terlebih dahulu. Pergeseran ini membuat pencapaian tidak bisa diukur dengan kacamata yang sama.

Di sisi lain, media sosial memberi pengaruh besar dalam membentuk cara kita memandang kesuksesan. Standar hidup jadi lebih beragam, tapi sekaligus membingungkan karena kita terpapar pencapaian orang lain setiap hari. Hal ini kadang membuat kita merasa kurang, padahal sebenarnya kita hanya punya prioritas berbeda. Perbedaan nilai inilah yang sering kali menimbulkan jurang saat kita membandingkan diri dengan orangtua.

4. Lingkungan sosial mengubah cara kita menilai diri

ilustrasi persahabatan (pexels.com/Diva Plavalaguna)
ilustrasi persahabatan (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Orangtua tumbuh di lingkungan dengan standar hidup yang lebih seragam. Mereka tahu apa yang dianggap sukses dan jarang ada pilihan lain. Berbeda dengan kita yang hidup di masyarakat serba kompleks, di mana kesuksesan bisa berarti macam-macam, dari karier cemerlang sampai kebebasan mengejar passion. Keanekaragaman ini memang memberi ruang, tapi juga bisa membuat kita merasa tersesat.

Selain itu, tekanan sosial kini datang dari lebih banyak arah. Tidak hanya keluarga, tetapi juga teman sebaya, komunitas, bahkan orang asing di internet. Semua itu membentuk ekspektasi yang sering kali sulit dipenuhi. Maka wajar bila generasi sekarang lebih mudah merasa belum cukup, meski sebenarnya sudah berjuang dengan cara mereka sendiri.

5. Teknologi membuka peluang tapi juga tantangan

ilustrasi manfaatkan teknologi (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi manfaatkan teknologi (pexels.com/Yan Krukau)

Teknologi membuat hidup generasi sekarang berbeda total dari orangtua. Kita punya akses tak terbatas ke informasi, peluang kerja baru, dan berbagai cara untuk menghasilkan uang. Namun, banjir informasi ini juga membawa sisi gelap berupa perasaan tertinggal karena selalu ada orang yang terlihat lebih sukses. Sementara orangtua menjalani hidup dengan lingkaran sosial terbatas, kita harus menghadapi dunia yang serba terbuka.

Perubahan ini juga tercermin pada jenis pekerjaan yang tersedia. Banyak profesi digital yang menjanjikan kebebasan, tetapi belum tentu aman dalam jangka panjang. Kondisi ini jelas berbeda dengan pekerjaan konvensional di masa lalu yang cenderung stabil. Jadi, jika pencapaian generasi sekarang tampak lambat, sebenarnya bukan karena gagal, melainkan karena medan yang dilalui lebih berliku.

Setiap generasi punya beban dan perjuangannya sendiri. Hal ini yang mengakibatkan pada masa itu orangtua punya segalanya sedang kita tidak di masa kini. Apa yang terlihat mudah di masa orangtua tidak bisa dijadikan patokan tunggal bagi hidup kita sekarang. Memahami perbedaan konteks ini bisa membantu kita berhenti membandingkan diri secara tidak adil dan mulai menerima bahwa jalan setiap orang, bahkan dalam keluarga yang sama, bisa sangat berbeda.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Opinion

See More

[OPINI] Mengapa di Umur Sama, Orangtua Punya Segalanya sedang Kita Tidak?

19 Sep 2025, 08:28 WIBOpinion
Bendera Merah Putih.png

Rasa Itu...

11 Agu 2025, 15:01 WIBOpinion