Relakah Kamu Bila Wajah Masa Depan Indonesia Seperti Ini?

Artikel ini merupakan hasil karya peserta kompetisi menulis #WorthyStory yang diadakan oleh IDNtimes.com. Kalau kamu ingin artikelmu eksis seperti ini, yuk ikutan kompetisi menulis #WorthyStory sekarang juga. Informasi lebih lengkapnya, kamu bisa cek di sini.
‘Perdagangan Bebas’
‘Globalisasi’
‘Pembakaran Hutan’
Hari ini aku mendengar banyak berita tentang hal itu. Baik di TV, di koran bahkan di sosial media. Entah sampai kapan aku bisa berdiam diri dan bertahan dalam zona nyamanku. Tapi, aku hanyalah anak-anak biasa apa yang bisa kulakukan?
“Rio, sudah larut. Kamu tidur dulu ya!” Perintah mama. Aku lekas mengemasi bukuku dan bergegas menuju tempat tidur. Aku menghela nafas dan membayangkan bagaimana Indonesia di masa depan. “Ahh, sudahlah.” Aku memalingkan wajahku dan tidur.
Aku terjaga dan mendapati aku telah berada di sebuah tempat tidur yang asing bagi ku. “Reza bangun! Sudah pagi!” Teriak seseorang dari luar kamar. Aku bergegas ke kamar mandi dan melihat wajahku, aku terkejut melihat wajah yang sama sekali bukan wajahku. Aku terduduk lemas dan berpikir sekeras mungkin mengenai apa yang sedang terjadi.
Aku mempersiapkan diri ke sekolah, berprilaku seolah tak terjadi apa- apa. Aku harus berpikir dengan tenang untuk dapat mencari jalan keluar. Aku makan seperti biasa bersama dua orang yang mengaku mereka adalah orang tuaku.
“Bukankah hari ini kamu ada tour dari sekolah? Kenapa memakai baju seragam?” Tanya seorang wanita (ibu). “Oh ya? aku lupa hal itu, sebaiknya aku tidak sekolah hari ini.”, ujarku. “Bukankah kamu sangat meminati acara ini? Ayah akan mengantarmu.” Kata seorang pria (ayah).

Aku mempersiapkan diriku ulang dan berangkat ke sekolah. Betapa terkejutnya aku melihat Indonesia sudah berubah. Tempat ini menjadi lebih indah walaupun udaranya sedikit lebih sesak.
Aku sampai di sekolah dan melihat teman-teman yang asing bagiku, seperti ada anak berkulit putih berambut pirang berkebangsaan Eropa dan Amerika, juga terdapat anak berkulit hitam berkebangsaan Afrika bahkan Berkebangsaan Tionghoa. Tapi, dimana anak pribumi? Hanya beberapa saja. Diskriminasi anak bangsa.
Aku duduk di sebelah temanku berkebangsaan Indonesia, sepanjang perjalanan dia hanya memegang Gadgetnya. Lantas aku pun membuka gadgetku dan melihat berita di internet.
Aku tidak menyangka bahwa Indonesia mengalami masalah yang lebih buruk, ‘Anak Bangsa Tertekan, Skill Kurang dan Orang Pintar Dihabisi Uang’. Ada juga judul, ‘Pejabat Sibuk Korupsi, Perusahaan Asing Rauk Kekayaan Alam’

‘Pribumi Duduki Posisi Terendah dalam Ekonomi Negara’
‘Anak Bangsa Cari Kerja Rendahan’
‘Sebagian Besar PSK Indonesia, Pribumi’
‘Jadi Pembantu di Rumah Sendiri’
Judul berita yang sangat mengenaskan, aku terdiam dan memandang ke luar jendela bis. Di sana, kenapa gunung itu berwarna coklat? Lahan kritis akibat pembakaran hutan. Itu kan sungai, kenapa warnanya aneh? Hasil pembuangan limbah pabrik. Mengerikan, aku bahkan tidak ingin melihatnya.
Kami sampai di tujuan “Lihat Reza, bahkan temanmu tidak ada yang memperhatikan perjalanan kita, mereka sibuk dengan kecanggihan teknologi tanpa memerhatikan tujuan perjalan ini, maka dampaknya seperti yang terjadi sepanjang perjalan kita tadi.” Jelas ibu guru yang merupakan satu-satunya guru pribumi di sekolah itu.
Pengunjungnya sebagian besar adalah orang asing. Aku berjalan menuju hotel dan aku melihat petugas kebersihannya adalah orang pribumi, di sana ada juga orang Asing yang berpakaian rapi yang mengaku dirinya adalah pemilik hotel itu.
Kami mengadakan acara, malam yang menyenangkan. Inilah yang dilakukan orang asing dan orang pribumi berkerja keras untuk mereka. Aku menyayangkan kondisi itu.

Pagi ini kami kembali dari tour kami dan kami melewati sebuah jembatan. Aku merasa aneh dengan jembatan ini, bukankah itu adalah jembatan yang berkasus korupsi itu? Jembatan itu runtuh dan kami semua terjatuh. Aku berteriak dan ternyata aku sudah berada di lantai kamarku. Dan cahaya matahari menembus tirai. Aku tertegun dan menangis. Aku sangat takut dengan masa depanku, teman-temanku dan Indonesia.
Baiklah aku tidak akan diam saja aku akan keluar dari zona nyaman ini dan aku tidak mau Indonesia bernasib sama seperti dalam mimpiku itu. Aku akan berusaha untuk membuat Indonesia bebas dari perbudakan itu.
#WorthyStory




















